Sabtu, 15 Desember 2018

Sonja

Sonja, gadis yang baru saja menyelesaikan study S1 nya, kini dia mempunyai gelas sarjana pendidikan. Sonja mendapat posisi sebagai guru honorer disalah satu sekolah swasta di Semarang. Saat ini usia sonja baru genap 23 tahun 3 bulan. Sebagai guru honorer, Sonja seringkali mendapat cibiran keluarga besarnya. Bagaimana bisa seorang gadis dari seorang ayah pengusaha batu bara hanya menjadi seorang guru honorer?

Setahun berlalu kehidupan Sonja dengan masa abdi kepada pendidikan. Sonja lelah. Sonja memutuskan untuk tidak melanjutkan profesinya sebagai guru honorer. Masuklah Sonja dalam perusahaan elit, paras elok dan kemampuan mumpuni Sonja beradaptasi dengan lingkungan baru membuat Sonja dengan mudah mendapatkan jabatan General Manager, sebuah posisi yang tidak menyulitkan dia untuk makan pizza 3 kali sehari dan membeli sepatu mewah 2 kali seminggu.

Keluarganya mulai memandang Sonja sebagai anak yang sukses. General Manager di usia 25 tahun. Meskipun ketika malam, Sonja mengingat dan berharap dapat melihat tawa anak-anak setiap pagi. Apalah, saat ini hanya digit-digit angka yang dia lihat, entah sampai kapan angka-angka ini diharapkan terus meningkat setiap tahunnya.

Senin, 10 Desember 2018

Memuaskan Lidah dan Perut

Dua bulan lalu, saya bertemu dengan beberapa orang dari Tangerang. Kebetulan mereka adalah penikmat kuliner nusantara. Atau mungkin manca negara. Apalah sebutannya, mereka adalah orang2 yang suka mencoba makanan-makanan baru. Termasuk partner kerja saya adalah orang yang biasa memakan hal-hal yang bagi fika aneh dan bagi mereka itu biasa saja. Misalnya cumi, bebek, kelinci, kuda atau anjing.

Saat itu, ketika fika ditanya mengapa nggak mau coba makanan yang aneh-aneh? Jawabannya monoton, unsur kesehatan didalamnya. Meskipun toh sebenernya makan cumi juga sehat, makan bebek juga sehat selama masih pada taraf makan yang wajar. Entah mengapa jika fika pergi kerumah makan dan disitu banyak sekali pilihan menu makanan yang aneh-aneh, yang saya ajukan adalah tahu tempe, ayam atau sapi. Makanan-makanan itu yang memang seringkali dimasak mama dirumah.

Sama sekali tidak tertarik mencoba makan makanan yang buat fika itu aneh. Bebek pun, bagi kebanyakan orang biasa, bagi saya itu adalah makanan yang aneh. Kalau di kantor dan mau pesen makan jawaban fika selalu "terserah"++
"terserah, tapi bukan cumi, bukan bebek, bukan seafood, bukan yang ane-aneh" endingnya adalah pesen mie goreng :p

Sampai suatu ketika saya menemukan sebuah video yang judulnya adalah "binatang bukan benda". Isi dari video itu adalah bagaimana orang yang bekerja di penjagalan.
- Bagaimana seekor sapi yang hanya dipotong ekornya dan hanya akan dijadikan sup buntut
- Bagaimana sapi diangkat pakai crane kayak ngangkat balok dan rasanya itu pasti sakit
- Bagaimana ayam dijalankan dimesin penggilingan hidup-hidup
- Bagaimana sapi yang hanya diambil hidungnya buat dibikin rujak cingur
- Bagaimana ayam ditaruh dikandang yang sesak, bahkan berdiri aja gak bisa
- Bagaimana sirip ikan hiu yang diambil gitu aja hanya untuk dijadikan sop sirip ikan hiu yang harganya selangit tingkat 7
- Bagaimana seekor babi ditusuk dari anus sampai kepala
- Katak yang jantungnya masih berdetak disajikan dengan bagian tubuh lainnya yang dicincang
- Ikan hidup yang dimasukkan dalam minyak panas, kepala masih hidup, badan udah mateng

Kebayang nggak sih rasanya jadi mereka?

Dan masih banyak bagaimana-bagaimana yang lain. Kalau mengingat itu semua rasanya miris. Kita bisa kenyang dengan makan tahu dan tempe, plus sayur. Oh btw saya bukan vegetarian, mungkin semi vegetarian (istilah yang saya buat sendiri). Saya masih makan daging ayam atau sapi, selain itu rasanya sangat jarang. Sisanya adalah tahu tempe telur, repeat dengan macam-macam olahan.

Dan btw, tujuan dari olahan-olahan yang wow tadi selain mencari uang adalah memuaskan lidah dan perut. Bisa jadi, nggak lama fika akan jadi vegetarian haha. Tidak janji, hanya kemungkinan aja sih ya.

Hei guys, yuklah stop makan makanan yang beribet. Stop makan makanan dari hewan yang aneh-aneh. Yuklah, dimulai dari diri sendiri, tidak berkontribusi didalam keserakahan dunia, termasuk tidak memakan makanan dari hewan yang aneh-aneh atau membelinya. Mungkin saya akan dianggap norak banget nggak pernah makan makanan olahan daging A B C D. Dan saya pun akan bilang, norak banget sih hidup hanya dikuasai oleh keinginan memuaskan lidah dan perut plus pundi-pundi uang.

Stop bilang "hari ini mau makan apa ya?"
Ingat kalau diluar sana jangankan bingung mau makan dengan menu olahan daging apa, tapi bingungnya hanya karena bisa makan atau enggak.
Lihat apa yang ada didepanmu, nikmati dan syukuri, dengan begitu kita tidak akan memiliki pikiran untuk pergi ke laut mencari ikan hiu yang hanya akan diambil siripnya untuk sop sirip ikan hiu.

Meskipun tadi pagi saya tidak makan olahan bayam merah dan memilih makan roti aja hehe.

Jumat, 02 November 2018

Tanpa Jawaban

Ketika semua hal yang terjadi harus memberikan sebuah jawaban, aku rasa beberapa kali aku membiarkan semuanya tanpa jawaban.
Seperti ketika aku melihat dia untuk yang pertama kalinya dalam satu-satunya kesempatan. Perjumpaan satu-satunya, entah kapan aku bisa kembali berjumpa. Mungkin semuanya hanya angan belaka.

Aku membiarkan tanpa jawaban. Aku membiarkan semuanya mengalir. Inilah masa ketika sisi melankolis seorang intovert muncul.
Aku membiarkan dia dengan dunianya, aku membiarkan dia dengan sinarnya, aku membiarkan dia dengan kehebatannya. Apalah daya sisi seorang pengagum. Pribahasa yang tepat bagaikan punguk merindukan bulan mungkin tepat.

Beberapa teman menyampaikan "ungkapkan dan tanyakan"
Ah menurutku aku hanya akan mencari antara Ya atau Tidak. Padahal diantara Ya atau Tidak ada masa-masa indah. Indahnya mengagumi pencipta menciptakan sebuah rasa yang sederhana. Diantara Ya dan Tidak akan ada hal lain yang aku pun tidak tahu.

Kemungkinan Ya yang lain dan kemungkinan Tidak yang lain.

Biarkan saja, Tuhan membuat semuanya indah pada waktunya.
Pun ketika malam ini aku merasakan indahnya pencipta memberikan sebuah rasa sederhana, tanpa jawaban.

Rabu, 17 Oktober 2018

Trip To Jakarta 2 - Cerita Tentang Palembang

Agak aneh? Iya sih, karena masih melanjutkan cerita sebelumnya tentang first trip to Jakarta tapi yang diceritakan adalah Palembang.

Masih dalam ranah trip to Jakarta buat urusan kerjaan, kebetulan ada 2 teacher yang berasal dari Palembang. Sebut saja si A dan si B. Syukurnya mereka adalah teman-teman yang asik diajakin ngobrol dan bercandaan. Kebetulan juga partner dari Malang (Vega) juga punya pacar orang Palembang. So, aku sendiri dong yang buta tentang Palembang haha.

Beberapa hari aku mengulik-ulik cerita tentang Palembang, tips buat para penulis nih perbanyaklah mendengar sehingga bisa dapat banyak inspirasi nulis. Sebenernya tulisan ini based to aku banyak denger cerita aja dari orang lain. Btw, karena aku bener-bener nggak tau tentang Palembang jadinya interested ketika mereka banyak cerita tentang Palembang. Selain pempek yang katanya endes gila ternyata Palembang punya sisi kehidupan yang lain and until now I can't believe it. And I hope someday I can go to Palembang haha.

Salah satu teacher Palembang, sebut saja Si A pernah bercerita kalau dia pernah menjadi seorang guru SD. Memang dia adalah lulusan Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Kalau ingatanku nggak salah dia guru kelas 3 SD. Dia bercerita tentang salah satu muridnya yang membawa bekal ke sekolah. Namanya juga anak-anak liat temennya makan pasti pengen dan ujungnya minta. Aku pernah jadi anak SD dan pernah juga minta jajan temen. Pas si temen minta, menurut cerita si A nih langsung ditusuk kepalanya pakai garpu.

"Hah? Serius? terus gurunya gimana?" Kaget dong aku yang nggak pernah menemui murid gila macem gitu
"Ya itu udah biasa" Si A mah santai-santai aja kalau bilang tusuk menusuk kepala adalah hal yang biasa.

Yasudah, akhirnya semakin kepo lah aku dengan cerita tentang Palembang. Kalau ada kesempatan tanya pasti aku tanya hal-hal yang menurutku menarik tentang Palembang. Dilanjutkan cerita tentang Palembang oleh si A. Katanya, kehidupan di Palembang jangankan selfie dipinggir jalan, main hape dipinggir jalan aja bisa kena begal -_-
Emang segitunya banget ya?

"kalau di Palembang, orang ilang tiba-tiba itu udah biasa" kata Si A
"lah terus keluarganya gimana?" heran dong aku nya
"Ya berarti di anak ini bermasalah, yaudah biasa aja"
"Nggak nangis-nangisan kayak di Jawa gitu?"
"Jarang sih ada yang kayak gitu"

OMGGG, ada ya daerah kayak gitu?
Honesly, yang bikin aku bener bener heran, ya masak ada gitu keluarga yang sama sekali nggak punya belas kasihan ke sesama anggota keluarga. Anjing aja kalau anaknya digangguin si induk pasti marah. Masak manusia ada yang setega itu sama keluarganya?

"Nih Palembang" kata si A sambil nujukkan video berantem dipinggir jalan dan orang-orang sekitarnya emang biasa aja melanjutkan aktifitasnya sendiri-sendiri.
Jadi, aku mikir dong. Emang di Palembang nggak ada agama ya?
Kepo dan tanyalah aku ke Si A.

"Sorry, mayoritas agama disana itu apa?"
"Islam, kristen juga ada" Jawab Si A
"Nah ini anehnya, kalau momen-momen ibadah, masjid rame, tapi ya gitu banyak begal, banyak pembunuhan"
"Lah? mereka beragama diajarin apa?"
"Nah itu aku juga nggak habis pikir"

OMGGG again, jadi gimana dong? Sebegitukan agama tidak berperan sama sekali? Haha
Tapi sih kalau dipikir-pikir, jangankan jauh-jauh ke Palembang, dimana-mana ada tempat ibadah dan dimana-mana masih ada korupsi, barusan aja sih emang di Malang Walikota dan Bupati nya sudah resmi jadi tersangka haha. Emang agama ngajarin apa? -_-

Mungkin Palembang yang sebenernya dan Palembang yang ada dipikiranku ini berbeda. So, aku sama sekali tidak menghakimi orang-orang Palembang haha. Aku masih yakin kalau ditengah-tengah kondisi buruk seperti yang diceritakan masih banyak orang baiknya. Kalaupun tidak menemukan orang baik, ya jadilah baik ^_^

NB : tulisan ini berdasarkan cerita, bukan pengalaman.

Senin, 15 Oktober 2018

Trip To Jakarta 1 - Kos Putra

Setelah drama skripsi berakhir haha, akhirnya aku bisa lebih fokus ke bisnis dan pekerjaan. Beberapa teman sih bilang "aku bilang juga apa, jangan kerja dulu. Molor kan jadinya"
But, everything happen there is always something good to be grateful

Seminggu setelah sidang akhir, saya harus pergi ke Jakarta (Tangerang Selatan - BSD) buat training kerja selama satu minggu. Dan trip kali ini adalah trip pertama ke Jakarta, kota Metropolitan haha. Really exited with my first trip to Jakarta, beberapa teman pun ku hubungi dan berharap bisa berjumpa di Jakarta. Setelah prepare dan memastikan semua kebutuhanku selama seminggu disana cukup, terbanglah ke Jakarta tanggal 8 Oktober 2018.

Sesampainya disana, aku dijemput oleh team DK (Mr. Steven dan Mr. Rendi). Kebetulan juga ada 2 teacher lainnya yang berasal dari Palembang. Kami langsung menuju center untuk kenalan dengan tempat dan beberapa orang yang akan mentraining kami selama disana. Syukurnya mereka adalah orang-orang yang asik.

Setelah sampai disana, kami hanya dikenalkan dasar-dasar learning center tempat kami bakalan ngajar dan beberapa hal yang harus kami pahami sebagai teacher. Nggak makan waktu lama, akhirnya kami diantarkan ke Kos tempat kami akan menginap selama satu minggu.

Btw, sebelum kami berangkat, Bos kami bilang "ya kalau nempatin anak orang tapi tempatnya nggak lumayan kan nggak enak". Jadi yang ada dibayangan saya itu adalah cluster yang enak untuk tidur. Ditambah aku kan orang Malang, jadi AC adalah benda yang bener-bener ku butuhkan di kamar haha. Secara, suhu kamar di Malang tanpa AC aja tiap hari 18 - 23 derajat. Tergolong dingin dong.

Ketika sampai disana, agak "canggung" karena didepan ada tulisan "KOS PUTRA", kalau ada yang bilang itu kos campur mungkin dia nggak bisa baca atau buta kali. Orang udah jelas-jelas ada tulisan KOS PUTRA. Karena posisinya aku orang asing yang nebeng seminggu tinggal disana yaudah sih aku ikuti dulu alurnya.

Sampai akhirnya di ibu kos dateng dan menunjukkan kamar kami (aku dan vega). Kebetulan yang dari Malang ada 2 orang. Pikirku kamar kami bisa berdekatan, nyatanya aku dapet kamar di lantai 2 dan vega di lantai 1. Ya kali lantainya deketan gitu, udah aku harus masuk dulu ke dalem baru naik lantai 2. Oke deh, aku tahan dulu perasaan campur aduk karena feeling tinggal disini udah nggak enak.

Sampai kamar pun, aku nggak mau unpack barang-barang dulu karena nih feeling masing nggak enak. Akhirnya aku turun dan nebeng ke kamar vega. Dan guys, kamar vega rupanya lebih panas dari suhu luar kamar. Awalnya nih, dia nggak kerasa karena dia didalem kamar terus. Ketika dia keluar tuh baru kerasa kalau kamarnya lebih panas dari suhu luar kamar. Gilak, berarti AC nya bikin tambah panas dong. Kemudian, aku naik lagi ke kamar aku dan berharap AC kamarku lebih dingin. Betapa kagetnya aku ketika aku tengok kanan-kiri kamar isinya cowok semua ditambah kamarku posisinya paling ujung.

Mungkin akan ada beberapa orang yang menganggap kalau selantai sama cowok semua selama nggak satu kamar itu nggak masalah. Buat saya sih, kalau saya kenal mereka-mereka ini siapa dan ada di daerah sendiri sih OK. Tapi, plisss aku orang Malang dan tinggal di Kos Putra, cewek sendiri di lantai 2 yang jauh dari kamar temen. Panik dong. It's OK sih kalau beberapa orang bilang sikapku mungkin berlebihan. That's why jaman now free sex, hamil diluar nikah de el el udah hal biasa karenaaaaa protect buat diri sendiri itu dianggap hal yang berlebihan. Buat aku, anak yang dibesarkan dari keluarga yang sehat dan baik-baik sih bener-bener risih dengan sikon tempat nginep kayak gitu.

Jadilah saya telfon ke Bos, Puji Tuhan si Bos ini adalah partner lama yang pengen bisnis bareng dari duluuuuu tapi baru bisa partneran beneran sekarang haha. Aku ceritakan kondisi kos tempat tinggal dan agak maksa buat aku pindah tempat tinggal malam itu juga. Sampai aku searching sendiri penginapan dekat-dekat dengan lokasi training. Dapetlah kami di sebrang kos lama. Kebetulan sebelahan juga dengan penginapan teacher palembang.

Tapi, malam itu masih tidur di Kos Putra sekamar dengan vega karena AC kamar vega mati dan aku ga berani tidur sendirian. Dan besok paginya lansung deh pindah kos.

Nah, disini yang mau aku bagikan sebelum aku nulis Trip To Jakarta yang berikutnya adalah protect yourself. Toh meskipun kanan kiri mu bilang it's OK kok selantai sama cowok-cowok selama nggak satu kamar. No, if you feel not secure just tell it and go away. Jangan mencobai diri sendiri dengan hal yang sekiranya itu membahayakan kamu. Kita nggak pernah tau sih kapan dan dimana hal-hal buruk bisa terjadi. So, yang bisa kita lakukan adalah menjaga dari kemungkinan buruk yang terjadi.

Kemudian, jangan menggampangkan hal-hal yang remeh. Kadang kita bisa nyesel karena kebiasaan meremehkan hal-hal kecil, kalau bisa diantisipasi sejak sekarang kenapa nunggu nanti-nanti. Ya mungkin jaman skrg udah biasa keluar cewek cowok gitu, selantai atau mungkin juga sekamar selama gak ngapa-ngapain. Atau mungkin ngapa-ngapain juga ga masalah selama ga hamil.
Tapi sih, Tuhan jelas banget bilang kalau hidup kita adalah hidup yang kudus dan hidup yang harus berkenan kepadaNya. Kalau Tuhan sendiri yang bilang apakah kita masih OK OK aja dan takut kalau kita dianggap berlebihan?

Cintai Tuhan dulu, Kasihi Tuhan dengan segenap hati dan akal budimu. Maka hidupmu akan dituntun olehNya.

Roma 8:28

-To Be Continue-

Kamis, 04 Oktober 2018

Drama Skripsi

Mahasiswa tua, jelas dong kalau ribet skripsi kadang mengalihkan pikiran "yaudahlah nikah aja". gimana gak pengen nikah? ketemu dosen aja beribetnya amit-amit, kalau dosennya ganteng atau minumal ramah OK dong, kalau udah aura-aura nyiksa nih bakalan jadi neraka uji coba kali ya.

Anyway, kebetulan saya dapet dosen pembimbing pertama yang baik. Ya secara emang aku mahasiswa yang udah ambil kerja part time dan ngurusi segala macem keperluan keluarga sendiri, pecahlah konsentrasiku mengerjakan skripsi. Dateng - Ilang - Dateng lagi - Ilang lagi. Skripsi Style yang salah hehe.

Btw, ini adalah skripsi kedua setelah skripsi pertama fail. Ya karena kerja juga hoho.

Di skripsi kedua, topik lebih jelas, hasil lebih jelas jadi nggak terlalu susah juga buat aku mengerjakan skripsi kalau ku bandingkan dengan skripsi pertama.

Awal-awal, mulai dari perencanaan sistem gak berjalan dengan baik, Saat itu aku selesai ngrusi keuangan, ngurusi administrasi dan lain-lain selesai bulan Maret 2018 dan aku pun maksa maju seminar proposal april pertengahan 2018. Layak sih emang kalau perencanaan belum mateng. Banyak rombak ini itu.

Setelah fix tuh perencanaan, jadilah aku mulai ngoding-ngoding dan kesulitan. Nah, ini tips buat para pekerja IT, jangan mendewakan 1 bahasa pemrograman. Kalau pas bahasanya bisa dipakek ya nggak masalah tapi kalau ternyata bahasa pemrogramannya nggak sesuai atau terbatas dibeberapa kondisi itu bakal nyusahin diri sendiri.

Awalnya sih aku mau dekstop aja, karena dengan pertimbangan dosen pembimbing juga apps dekstop lebih OK untuk kondisi TA dibandingkan web. Padahal aku cuma bisa web. Nah kebetulan juga pas aku ambil 144 SKS selama kuliah, surga yang ku rasakan dijaman kuliah adalah mata kuliah Pemrograman Website :D

Kemudian, kan aku belajar dari 0 dan kehabisan waktu belajar bahasa pemrogramannya saja. Belum lagi nanti aku mikirin logic yang ada dikepala ke dalem codingan. Finally, aku potong jalan ngoding pakek bahasa pemrograman yang aku bisa aja buat memastikan logic yang ada dikepala bisa ku coding. Finally, aku coding pakek PHP dong.

Sampai akhirnya dibantuin sama beberapa orang yang jago bikin program dektop tapi sayangnya, karena logikanya banyak, kelamaan saya harus mengubah dari PHP ke VB (dekstop). Yaudah diselesaikan pakek metode hybrid. Interfacenya Dekstop pakai VB, tapi engine dalemnya pakek PHP. Ini bener-bener coding yang nggak baik hehehe.

Sesuai dugaan ini bakalan dicacat sama dosen. Akhirnya suruh memutuskan, mau full pakai VB atau full pakai Web. Ya nggak pikir panjang aku pilih full Web dan Interface ngulang dari 0. Meskipun logicnya udah jalan kan yang bikin interface nggak kayak orang pesen bakso. Belum lagi sering aku tinggal kerja dan ngurusi hal lain.

Deadline yudisium semester itu dan wisuda semester itu udah lewat, In the end aku ga bisa dong ikut wisuda tahun itu. Baiknya masih ada extend 2 bulan. Pas kebetulan 2 bulan dikasih waktu extend buat nyelesaikan skripsi masalah datang bertubi-tubi. Udah kepleset, jatuh, ketimpa tangga dan kejatuhan drum pula. Dalam pikiran yang ada, nih kalau nggak dibantuin sama dosen pembimbing pasti aku ga bisa lulus semester ini deh.

Jadilah aku ke kampus lagi 2 minggu sebelum batas akhir sidang. Itu dengan kondisi laporan udah selesai dan program sudah selesai. Tapi memang dalam proses bimbingan saya sering ilang dan ga ngasih kabar. Ya kali dosen bakal bosen denger kabarnya tentang fika doang.

Maksa tiga dosen buat maju ujian itu sebenernya udah diluar batas kemapuan saya. Dan parahnya, di ruang ketiga dosen itu udah terjadi pertumpahan air mata. Gimana nggak nangis sih, kenyataannya emang akunya salah karena sering ilang dan lebih fokus kerja kemudian mendesak biar segera maju ujian dan bisa lolos.

Ada 2 temen lain yang ujiannya juga maksa banget. Selain aku harus bisa membujuk hati para dosen, aku juga harus berebut jadwal dengan 2 temen itu. Kita sama-sama pengen lulus. Satu temanku udah dipastikan ujian hari Senin jam 1 siang, temanku yang lainnya 3 hari sebelumnya. Pas papasan dengan dosen penguji langsung deh aku tembak
"Buk buk, senin saya bisa ujian semhas? kan ibu kosong jam 3"
"Iya bisa"

Acc bisa itu udah keren dengan kondisi ngomong sambil putus asa dan tidak pada tempatnya. Buruknya, itu udah hari Jumat sore jam setengan 5. Dari dosen pembimbing belum dapat Acc semhas. Besoknya sabtu dan aku ngajukan kapan dong kalau ujiannya senin sore?
Tenang-tenang, aku masih punya senin pagi. Buruknya lagi, dosen penguji belum aku kasih draft ujian seminar hasil.

Sampai ketiga dosen acc saya ujian seminar hasil hari senin jam 3, saya dateng pagi-pagi jam 7 sampai kampus. Ternyata dosen penguji udah ada tuh diruangan. Saya ketok dan saya ajukan pagi itu untuk ujian nanti sore. Endingnya, aku ditolak hahaha. Batal deh aku nih ujian nanti sore, padahal aku kan udah prepare, termasuk prepare makanan juga.

Sebelumnya dua dosen lainnya konfirm kalau selain senin gak bisa, selasa ada jadwal padat, rabu kamis tugas keluar kampus dan jumat harus udah kompre. Gila aja, aku belum semhas T_T
Rasanya itu udah putus asa banget. Jadinya mohon-mohon sama dosen pembimbing 1 buat bolehin maju besok pagi-pagi banget.

Again, karena kebaikan hati dosen pembimbing dibolehkanlah saya maju seminar hasil selasa jam 8. Saya selesai mengajukan urusan administrasi hari senin sore. Terjadi lagi hal yang bikin deg-deg an, sampai sore jam 4 pengumuman di email buat jadwal dan ruang belum keluar padahal ujian besok jam 8, aku belum tau diruang mana juga. Jadinya saya email bagian sekretaris fakultas buat nanya ruang ujian. Nggak lama email keluar dan pas bagian ruang di Bold dengan huruf kapital. LoL. Itu pasti sekfak udah kesel banget, ngajukan mendadak minta buru-buru pula.

Ya, masih OK karena bisa ujian seminar hasil hari selasa, jadi jumat saya masih bisa ujian kompre. Masih ada secercah harapan.

Selasa pagi jam 7 saya sampai kampus buat nyiapkan ruang dan LCD. Drama dimulai lagi, LCD ruangan rusak dan otomatis aku ga bakal bisa pakai ruangan itu. Sekfak belum pada dateng. Panik dong, ujian jam 8, sekfak belum ada, ruangan ga bisa dipakek pula. Nanya satpam juga gatau mana ruangan yang kosong pagi hari. Nggak lama mbak-mbaknya dateng dan langsung deh aku nanya ruang mana lagi yang kosong? Dapet deh ruangan, pindah ruang, siap-siap lagi. Sempet ngontak dosen via Chat buat ngasih tau kalau ruangan sebelumnya ga bisa dipakek.

Masih baik dosen ngebales dan ngasih tau kalau bakal dateng agak telat, jadinya aku bisa bernapas setelah ngos-ngos'an dari lantai 1 ke 3, ke 1 lagi balik ke 3. Udah aku nih kurus, makin kurus lagi dengan beban pikiran dan perasaan ditambah lari pagi naik turun tangga.

Finally, selesai satu masalah seminar hasil. Tinggal selangkah lagi sidang akhir. Satu-satunya hari yang bisa dipakai cuma hari Jumat, itupun jadwalnya berebut sama 2 temen yang juga sama-sama mau kompre. Kalau Jumat belum kompre bisa-bisa perpanjang lagi ini dah -_- amit-amit dah. Bayar mahal ntar.

Masalah jadwal yang mepet ditambah dengan dosen yang nggak ada dikampus hari rabu dan kamis. Aku ngajukannya gimana dong? T_T
Again and again, dosen pembimbing nih yang akhirnya nyaranin pakek jam makan siang aja buat aku. Tapi nggak tau nih dosen yang lain pada mau nggak nguji di jam makan siang?
"saya coba konfirmasikan ya? kamu tunggu dulu"
Singkat cerita ketiga dosen bersedia nguji di jam makan siang. Ya niat baik saya sendiri sih mau bawakan makan siang juga buat dosen.

Selesai dah urusan seminar hasil dan sidang akhir, kemudian saya dinyatakan lulus dengan nilai yang biasa-biasa aja hahahaha.

Masih lanjut drama skripsi, batas revisi dan lain-lain 10 hari setelah kompre. Nah ini juga aku nggak teliti dipenulisan, banyak typo, banyak daftar pustaka nggak sesuai pula akhirnya bolak-balik revisi laporan. Masih bersyukur ada printer yang boleh aku pakai sesuka hati asal kertas beli sendiri.

Ini nih, ketika aku nulis ini, aku udah selesai revisi. Tapiiii, nih kan udah Jumat, besok libur kampus. Senin aku harus terbang ke Jakarta buat kerja. Ya udah berusaha juga nemuin dosen, lah kalau yang mau ditemuin sibuk mulu aku bisa apa?

But, in the end God always take control on you.
Roma 8:28

Jangan ditiru karena mepet-mepet deadline juga sama sekali nggak baik. Yuk bangkit dan mulai awal karir sebagai pengajar yang baik :)

Good Luck para pejuang skripsi yang lain :)



Senin, 01 Oktober 2018

Kento Momota


Setelah uforia Asian Games 2018 dan Indonesia mampu meraih emas dicabang bulutangkis tunggal putra dan ganda putra, kembali rame permainan badminton di Indonesia. Bahkan semua beranda sosial media saya bermunculan meme meme tentanga atlit bulutangkis dan foto-foto yang sudah diedit nitijen sedemikian kreatifnya.

Anehnya saya tidak terlalu tertarik dengan kehidupan atlit lokal hehe, bukan mereka tidak ganteng. Versi saya kalau saya lihat dari jejak-jejak sosmednya saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik dengan pembulutangkis asal Jepang, Kento Momota. Pembulu tangkis kidal yang tidak bisa berbahasa inggris itu punya sebuah cerita yang membuat saya cukup terinspirasi.

Pada tahun 2016, dilansir dari beberapa sumber berita yang saya sempat baca Kento Momota tersandung beberapa kasus. Perjudian dan foto panas dengan beberapa perempuan penghibur. Namanya dicoret dari BWF (Badminton World Federation) dan tidak dapat mengikuti beberapa turnamen buluntangkis karena dia harus menjalani suspend (konsekuensi). Bagi saya, hal itu tidak mudah buat seorang yang sudah memiliki "nama" dicabang bulutangkis kemudian tidak dapat mengikuti pertandingan dalam jangka waktu yang cukup lama. Saya membayangkan jika saya ada di posisi kento pasti saya sudah depresi dan tidak ingin lagi bermain badminton.

2 tahun berikutnya, tahun ini (2018) Kento Momota sukses menjadi pembulu tangkis nomor 1 dunia versi BWF sejak 27 September 2018. Buat saya proses 2 tahun bukan proses yang panjang. Proses yang singkat untuk atlit kelas dunia seperti Momota.

Yang saya pelajari dari kasus yang terjadi dengan Momota, someday kita merasa bahwa masalah kita adalah masalah terbesar, bahkan sebisa mungkin orang lain harus memahami kondisi kita. That's No to Momota. Dia bisa bangkit dari kesalahannya dan menjadi pembulutangkis terbaik 2 tahun setelah dia melakukan kesalahan yang mungkin itu cukup fatal.

Semakin kesini saya semakin kepo dan membuka-buka sosial media Momota. Bersih. Dalam artian bersih adalah dia benar-benar fokus sebagai atlit. Tidak seperti kebanyakan atlit Indonesia yang sosial medianya tercemar dengan iklan-iklan produk tertentu. Mungkin juga ajang aji mumpung si Atlit, mumpung terkenal, mumpung bisa nambah penghasilan lewat Iklan. Ya semua itu adalah keputusan masing-masing atlit. Selama iklan tidak mengganggu fokus sebagai seorang atlit it's OK untuk menjadi bintang Iklan.

That's
I like Momota

Selasa, 11 September 2018

Kurang dan Lebih seorang Atlit

Belakangan ini sedang ramai perbincangan tentang bulutangkis semenjak Jonatan Cristie memenangkan ajang pesta olah raga se-Asia, yang kemudian melakukan selebrasi membuka baju. Terutama dikalangan emak-emak dan tante-tante atau mungkin juga remaja cewek lainnya mulai berbondong-bondong cari info tentang athlete badminton.

Saya yang sudah mengikuti pertandingan badminton dan tahu beberapa pemain merasakan perbedaan yang sangat jauh sebelum demam jonatan dan setelah  demam jonatan. Biasanya komentar yang muncul di pertandingan live dari luar negeri hanya orang-orang tertentu, itupun kalau menang di interval pertama, di set pertama atau sudah selesai pertandingan. Beda dengan Japan Open 2018 yang dilaksanakan di Tokyo, 30 menit sebelum pertandingan sudah rame para nitijen berkomentar dan saya geli aja melihat kesaktian jempol orang-orang Indonesia. Begitu cepatnya mereka menilik orang yang dikagumi. Sepanjang pertandingan pun live komentar terus berjalan. Dalam hati bertanya "ini live badminton dari jepang atau live komentar?".

"ayo Jojo"
"Semangat Jojo"
"Bawa kemenangan Jojo"
"Harumkan nama Indonesia Jojo"
Padahal yang ditayangkan adalah live permainan Anthony Ginting, ya kan aneh. Karena pertandingan yang live hanya di court 1 dan 2 sedangkan Jojo ada di court 4. Ini bener-bener dah.

Semenjak itu pun mulai banyak foto-foto Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus Fernaldi Gideon, Ihsan Maulana bermunculan di media sosial. Bahkan ketika membuka channel youTube yang muncul pertama kali adalah wajah-wajah mereka. Saya juga suka karena saya tidak repot lagi mencari update tentang mereka.

Awalnya saya mengagumi juga sosok Jonatan Christie. Pemenang Asian Games 2018. Yang menjadi sorotan utama saya adalah kalimat yang humble dan memberikan kemenangannya untuk kemuliaan Tuhan. "Ya yang pertama semua ini karena pertolongan Tuhan kalau saya bisa menjadi pemenang". Kalimat yang dilontarkan ketika Jonatan melakukan wawancara. Bahkan dibeberapa akun fans club Jonatan banyak sekali foto-foto yang bercaption ayat-ayat alkitab, tidak sedikit juga yang fotonya diedit sedemikian rupa, dikasih kata-kata macem-macem, kartun-kartun Jojo juga mulai banyak bermunculan.

Kemudian saya melihat pemain dari pasangan ganda Indonesia yang menjadi peringkat 1 dunia saat ini yaitu Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi.

Marcus Fernaldi sudah punya seorang istri hehe, jadi kekaguman saya hanya sebatas karakter dan kekalemannya yang beberapa kali saya lihat dari video-video wawancaranya. Dari semua atlit badminton saya paling suka dengan gaya bicara dan gaya ketawa Marcus. Membumi dan sangat terlihat humble. Ada satu video yang pernah saya lihat dari akun instagram Marcus "Semua akan terlihat tidak masuk akal sampai semuanya selesai". Kalau saya boleh request sesuka hati saya, saya minta sosok suami yang seperti Marcus hehe. Kalem, nggak banyak omong, membumi, dewasa dan nggak terlalu banyak gaya. Meskipun Kevin Sanjaya lebih tampan dan Jonatan lebih atletis dan terkenal.

Kevin Sanjaya buat saya adalah atlit badminton yang paling ganteng. Gayanya tengil dan beberapa video yang saya lihat, menunjukkan sekali bagaimana gaya tengil sosok Kevin Sanjaya. Diakun Instagram Kevin Sanjaya, beberapa atlit wanita dari manca negara memberikan komentar di foto Kevin, beberapa kali Kevin juga live bareng dengan mantan Putri Indonesia. Ya saya sendiri juga tidak menampik kalau dia muda, tampan dan kaya raya, berprestasi pula jadi pemain nomor 1 dunia, ya pastinya akan banyak perempuan yang mendekat. Cukuplah saya mengagumi kalau dia tampan.

Semua yang saya tuliskan berdasarkan pengamatan saya sendiri secara subjektif. Sebenernya juga tidak perlu diperbedatkan atlit mana yang lebih baik karena mereka punya sisi kurang lebihnya masing-masing. Jonatan dengan kelebihannya, Anthony dengan kelebihannya, Marcus Kevin juga dengan kelebihannya. Tidak perlu mendewakan satu atlit, juga tidak perlu mencemooh atlit lainnya. Itu adalah pekerjaan mereka, kalau suka dukung kalau nggak suka ya biasa aja kan.

Jumat, 31 Agustus 2018

Rumit

Beberapa bulan yang lalu, saya tiba-tiba dichat oleh salah satu teman jauh. Sebenarnya saya dan dia tidak pernah saling kenal. Hanya tau kalau dia sekarang bekerja ditempat saya kerja dulu. Ketika saya sudah resign dia baru masuk, pernah bertemu beberapa kali ketika saya main-main ke kantor saya sebelumnya.

Ditempat kerja yang sama juga ada sodara saya yang saya ketahui dia sudah punya pasangan. Sodara saya perempuan. Saya sudah lama tidak bersua dengan sodara saya dalam jangka waktu yang cukup lama. Entah bagaimana keadaan yang sebenarnya, saya pun tidak paham. Tiba-tiba saya mendengar kabar bahwa dia sedang dalam hubungan yang renggang dengan pasangannya. Setahu saya dan rekan-rekan yang lain, dia akan segera lamaran dengan pasangannya. Kabarnya, memang ada kebohongan diantara mereka dan campur tangan pihak ketiga. Bukan sebuah kebenaran apa yang saya tuliskan, saya hanya menuliskan dari informasi yang saya terima.

Ketika saya akhirnya bertemu dan membicarakan banyak hal, pihak ketiga berasal dari keduanya. Dan salah satunya adalah teman jauh yang saya sebutkan di paragraf pertama.

Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan mereka nantinya. Ah semoga saja Tuhan menuntun setiap jalan dan langkah mereka.

Minggu, 26 Agustus 2018

Dosa dan Micin

Apa pendapat saya tentang Dosa?
Saya biasa aja, ya gpp ada dosa.
Kenapa?

Kamu tau micin? Itu bisa bikin kanker, bisa bikin bodoh juga katanya. Kamu tau apa pendapat saya tentang micin?
Pendapat saya tentang micin yang biasa aja, ada micin ya biasa aja. Apa boleh ada micin, boleh-boleh aja, kenapa gak boleh ada micin?
Karena micin bikin kanker, bikin bodoh.
Saya tidak akan kena kanker atau jadi bodoh selama saya tidak makan micin, kalau saya nggak makan micin, apakah micin ada pengaruhnya dengan saya?
Sama sekali nggak ada. Toh saya nggak mengajurkan makan micin.

Gimana dengan Dosa?
Sama aja, saya biasa aja sama Dosa. Dosa bikin masuk neraka, bisa merugikan orang lain.
Iya terus kenapa? Selama itu nggak saya lakukan, apakah Dosa ada hubungannya dengan saya?
Apa pendapat saya tentang Dosa? Saya biasa aja. Toh saya tidak menganjurkan untuk berdosa kan?
Saya dan kamu sudah sama-sama tahu tentang konsekuensi Dosa, lantas apa lagi yang perlu dipertanyakan?

Ada micin atau nggak ada micin gak masalah, saya punya pilihan nggak makan micin meskipun sebelah rumah saya pabrik micin kan?
Ada dosa atau nggak ada dosa juga nggak masalah, saya punya pilihan untuk tidak melakukan dosa.

Jadi apa pendapat saya tentang dosa? Ya gpp, ya biasa aja, emang kenapa?
Lain cerita jika kamu bertanya
Jadi apa pendapat saya tentang seseorang yang berbuat dosa? :)

Jadi apakah ada dosa sebuah masalah?
Ya nggak lah. Kalau kamu berbuat dosa itu yang masalah :)

Mari minum kopi.

Lama Sekali

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan dosen pembimbing saya. Saya menunjukkan hasil saya dan beliau tidak banyak berkomentar. Satu kalimat yang membuat saya terkejut adalah judgement diawal "buat saya ini terlalu lama kamu menyelesaikan ini, kan tinggal pakai". Meskipun setelahnya beliau bisa menerima alasan saya kenapa saya menyelesaikan ini dengan jangka waktu yang cukup lama, tapi saya sudah merasa mendapatkan judgement yang cukup pedas.

Dibaliknya saya menghasilkan satu buku antologi, mengajar sebagai guru matematika, membantu Desa mendatakan data desanya.

Ah yasudahlah, dia hanya duduk dan hanya siap menjugde saya lagi mungkin.


Jumat, 24 Agustus 2018

Demam Asians Games 2018


Yang membuat saya menambah angka following di instagram saya dan membuat saya duduk manis di depan TV dengan kopi sachet'an dan kentang goreng adalah Asians Games 2018. Pesta Olah Raga Se-Asia. Salah satu cabang olah raga yang saya favoritkan adalah bulu tangkis, selain saya sendiri juga memang main bulu tangkis, olah raga itu yang sering ditampilkan di media televisi.

Atlit-atlit yang mewakili Indonesia cukup membuat saya terpesona. Salah satunya Jonatan Christie. Kalau dilihat dari segi bermainnya masih lebih bagus Anthony Sinisuka Ginting, dari peringkat dunia pun Anthony masih lebih unggul. Tapi, Jonatan Christie menjadi idola saya karena perawakan yang sangat altlethis dan tampang yang ganteng sekali (ganteng relative, tapi buat saya dia ganteng).

Untuk yang pertama kalinya juga saya trenyuh sampai nangis liat pertandingan sepak bola. Saat itu yang bermain adalah Anthony Sinisuka Ginting dalam pertandingan regu menghadapi pemain dari China. Diset pertama unggul, kalah diset kedua sampai akhirnya mengalami cidera diset ketiga. Sampai perolehan Score 20-21 yang seharusnya masih ada Game Point, Anthony tidak bisa melanjutkan permainannya karena cidera yang didapatkan diset ketiga. Score yang sangat tipis. Benar-benar Indonesia, sampai titik darah penghabisan dan menahan rasa sakit dikaki karena kram Ginting masih melanjutkan permainan hingga akhir. Saat itu Juri tidak memberikan kesempatan perawatan medical dengan pertimbangan time limit. Ginting menarik banyak perhatian masyarakat Indonesia dengan perjuangannya membela Indonesia dicabang badminton.

Ketika menjalani perawatan medis, presiden Indonesia Joko Widodo turut menjenguk Ginting di ruang perawatan, beberapa wartawan mengabadikan moment sang presiden melihat kondisi kesehatan Ginting. Gagal menambahkan point untuk Indonesia pada badminton beregu, tapi Ginting berhasil mengambil hati masyarakat Indonesia.

Beda dengan Jonatan Christie yang saat ini saya idolakan. Dia harus mengakui keunggulan lawannya ketika menghadapi pemain china. Score yang diperoleh Jojo juga sangat tipis meskipun harus mengalami kekalahan.

Diteam ganda ada the minions (Kevin dan Marcus), menghadapi atlit dengan perawakan badan yang jauh lebih tinggi dari mereka bukanlah hal yang mudah. Mereka adalah satu-satunya penyumbang poin dalam pertandingan beregu putra. Diakhir pertandingan, gaya tengil yang menjadi ciri khas Kevin kembali menarik perhatian warga masyarakat. Gaya "mendengarkan" seolah mengejek pemain lawan yang digadang-gadang menyulut emosi lawan.

"saya tidak memancing emosi lawan, dari tadi teriak-teriak ke arah saya, maksudnya apa coba?" kurang lebih begitu yang disampaikan Kevin pada wartawan.

Yang pasti permainan team beregu putra yang mewakili Indonesia cukup panas.

Yasudah, saya melanjutkan menikmati kopi sachet'an saya aja.

Sabtu, 18 Agustus 2018

Agustus'an 2018

Jika sudah memasuki bulan agustus, sudah mulai sibuk orang-orang kampung saya gotong royong bersih-bersih sungai, mengecat pinggir jalan guna memperindah jalanan, memasang umbul-umbul dan masih banyak kegiatan yang dilakukan warga desa setempat.

Foto Pengecatan Jalan Kampung RT 04

3 hari lalu, secara berturut-turut pemuda kampung sini, khususnya RT 04 Desa Sidorahayu yang menyebut dirinya sebagai Taruna Berkarya menyelenggarakan lomba bagi anak-anak. Makan kerupuk, Balap Karung, Tangkap Bebek, Pukul Air, Koin Keberuntungan dan lain-lain. Sekitar 40 anak dari berbagai RT turut mejadi perserta lomba. Lomba sengaja dilaksanakan pukul 15.00 kemudian berhenti sejenak disaat Maghrib dan kembali dilaksanakan lomba lagi setelah Ibadah Sholat Isya'.
Foto Lomba Makan Kerupuk

Setelah kegiatan-kegiatan lomba selesai, para panitia lomba masih melanjutkan kegiatannya membungkus hadiah-hadiah sampai malam. Sekitar jam 11 malam mereka baru saja selesai menyelesaikan membungkus hadiah-hadiahnya.

Foto Rekan-rekan Taruna Berkarya

Keesokan harinya masih dilanjut dengan pertunjukkan orkes kecil-kecilan dan gerak jalan. Ruang untuk para ibu membebaskan sejenak beban dapur, melupakan kreditan panci atau mungkin sekedar melupakan tanggungan SPP anak yang belum dibayar.
"hak e hak e... hak e hak e... lalalalalalaaaaa.... heeeee...."
teriakannya kira-kira begitu, sambil mengangkat tangan dan asik'in aja mengikuti irama lagu dangdut. Penyanyi
Foto Ibu-ibu berjoged bersama

Hadiah utama mesin cuci, kipas amgin dan barang-barang yang bisa dibeli dengan harga Rp.10.000 dan mendapatkan 3 item. Tidak masalah dengan barang yang diterima oleh mereka dan jauhnya perjalanan yang harus ditempuh ibu-ibu, bahkan saya memilih untuk tidak sama sekali terlibat kecuali menjadi pengamat saja hehe.

Tidak ketinggalan saya belajar dari seorang pengambil sampah keliling, betapa dia menikmati hidup dengan berjoged berasa manusia yang sama sekali tidak mempunyai beban. Tumpukan sampah yang diinjaknya bukan menjadi masalah untuk menikmati hidup. Saya mencoba menebak apa yang ada dipikirannya, mungkin saat itu dia berpikir mengambil sampah keliling kampung tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan para pahlawan dulu. Check this video. Semoga videonya bisa keputar.


Dirgahayu Indonesia yang ke 73 :)

Sabtu, 28 Juli 2018

Aku Berterimakasih

3 bulan yang lalu, kebaikan semesta mempertemukan aku dengan salah seorang teman yang tidak pernah aku kenal. Bagiku sebuah hal yang "aneh" jika seorang dia memberikan kebaikan sejauh itu. Bagiku, kebaikannya sudah lebih dari cukup. Berbeda dari pemikirannya (mungkin). Saya menganggap itu luar biasa dan dia menganggap itu biasa saja. Tidak apa, aku hanya ingin memberikan apresiasi. Terimakasih sudah mendukung sejauh ini, meskipun bagi dia itu biasa saja. Tidak perlu aku menganggap itu berlebihan. Entahlah, mungkin aku terhanyut dalam perasaan yang masih takjub dengan kebaikan semesta.

Aku ingin mengungkapkan rasa terimakasihku, tidak lebih. Dia sudah cukup baik. Meskipun ada yang mengatakan kepadaku "dia tidak jahat, tapi aku tidak bisa bilang dia baik". Aku tidak peduli apa maknanya. Bagiku, kenapa aku harus menolak kebaikan semesta?

Aku ingin mengabadikan kebaikannya dalam sebuah karyaku. Oh, mungkin bukan karya, ini hanya sebuah ujian, berbeda dengan pemikiranku. Aku sudah melihat polanya selama 3 bulan, aku mempelajari setiap polanya dengan baik, aku mempelajari pola-pola dari kebiasaannya. Aku terbiasa dengan pola, menghitung dan meprediksikan apa yang terjadi secara matematis. Jika aku berkata matematis, jangan selalu anggap itu adalah sekumpulan rumus dan angka. Melainkan pengenalanku akan pola kehidupan seseorang, termasuk dia.

Pola yang kupelajari, aku sudah tahu jawabannya, dia pasti menolak. Tetapi, malam itu aku memastikan bahwa pola yang tersusun adalah pola yang benar. Tidak apa, aku sudah tahu itu yang akan dia katakan. Aku berbesar hati. Tidak mengapa seseorang dengan tabiatnya masing-masing.

Aku bisa menyimpannya dalam diam, menganggap semuanya luar biasa. Oh, hanya aku yang menganggap semuanya luar biasa, entah, itu biasa saja baginya. Tak apa. Terimakasih.



Kamis, 26 Juli 2018

Rahwana


Versi 1
Alkisah, hiduplah sepasang suami istri, bermana Rama dan Sinta. Kedua sejoli ini saling mencintai, diikatkan dalam sebuah pernikahan dan hidup bahagia. Mereka tinggal disebuah kerjaan yang cukup besar. Rama adalah seorang Raja yang dihormati pada masanya, Sinta adalah Ratu dengan paras yang elok, sudah selayaknya jika seorang Raja setampan Rama akan jatuh cinta dengan paras eloknya. Kehidupan sepasang suami istri yang sangat sempurna.

Di sebuah negeri antah barantah, hiduplah seorang raksasa, bernama Rahwana. Rahwana disebut juga Dasamuka karena ia mempunyai 10 wajah yang lain. Kerajaan yang ditinggali oleh Rahwana bernama Alengka Diraja. Rahwana terkenal dengan kejahatannya, kesombongan. Bahkan para dewa pada kala itu menjadi musuh Rahwana.

Keelokan paras Sinta membuat Rahwana tidak dapat mengendalikan perasaan cintanya. Rahwana sang raksasa telah jatuh cinta. Entah bagaimana Rahwana bisa menyaingi ketampanan Rama, yang pasti cinta adalah cinta.

Cinta tidak terelakkan, Rahwana mengambil jalan untuk menculik Sinta. Masuk ke dalam kerjaan Rama dan menyandra Sinta. Tidak tinggal diam mengetahui istrinya diculik oleh seorang raksasa yang kejam, Rama memerintahkan pasukan-pasukannya untuk mencari dimana keberadaan Sinta. Rama dibantu oleh para Wanara (Kera).

"Saya akan membawa Sinta kembali Tuan" Kata Hanoman, seorang Wanara paling sakti diantara Wanara lainnya.

Dengan gagah Hanoman masuk kedalam kerjaan, merebut kembali Sinta dari cengkraman Rahwana, hempasan-hempasan pedang, adu kekuatan tidak terelakkan. Membawa Sinta berlari keluar. Rama yang telah menunggu diluar siap dengan Obor ditangan, melemparkan ke dalam kerajaan Alengka setelah memastikan Sinta dan Hanoman keluar. Kerjaan Rahwana luluh lantah. Rama dan Sinta kembali hidup bahagia.

Versi 2
Sinta adalah seorang putri dari kerajaan Wideha, kala itu ia jatuh cinta dengan seorang pangeran dari negeri Antah Baratah bernama Rama. Rama sangat tampan, gagah dengan pakaian ksatria dan pedang yang siap menghunus musuh-musuhnya. Tatapan mata yang tegas dan penuh wibawa. Pangeran yang akan mewarisi kerajaan tidak mengelak bahwa Sinta memiliki paras yang elok telah membuatnya jatuh cinta.

Di negeri tersebut hidup pula seorang bernama Rahwana, wajahnya tidak setampan Rama. Bahkan Rahwana lebih mirip raksasa, wajahnya garang, senyum tidak sudi mampir diwajahnya, keganasan terlihat disudut matanya, gigi bertaring. Ya begitulah seorang Rahwana.

Sama halnya perasaan Rama terhadap Sinta yang terpikat dengan keelokan wajahnya, Rahwana pun mempunyai rasa cinta yang tidak kalah besarnya. Sebuah perasaan yang tulus, dimiliki oleh seorang Rahwana. Sepatutnya, Sinta sama sekali tidak memandang Rahwana, bahkan dengan sebelah mata sekalipun. Sinta terlanjur menjatuhkan pilihannya kepada pangeran tampan. Rama.

Rahwana yang mempunyai kerajaan bernama Alengka membawa Sinta sang pujaan hati bersamanya. Entah dengan paksaan atau karena suatu keajaiban semesta Sinta bisa hidup selama bertahun-tahun di kerajaan Rahwana. Selama Sinta tinggal di kerajaan Alengka, Rahwana sang raksasa memperlakukannya bak tuan putri, menghormati Sinta sebagai perempuan seutuhnya, menjaga sinta dengan kehormatan dan kesuciannya. Tidak menyentuh sedikitpun bagian tubuh perempuan dengan paras eloknya. Rahwana memberikan segala yang Sinta butuhkan. Benar-benar seorang Tuan Putri bagi Rahwana.

Rama, pangeran yang berwajah tampan tidak tinggal diam. Ia bersama para Wanara pergi berkalana mencari Sinta. Sampai mereka menemukan Sinta berada dikerjaan Rahwana. Tanpa basa-basi, Rama dan para Wanara membakar kerjaan Rahwana. Luluh lantah. Rahwana tidak melakukan perlawanan, membiarkan Sinta pergi bersama dengan pujaan hatinya, Rama. Setelah Rahwana melayani sang tuan putri semasa hidupnya.

"Aku tidak percaya jika kamu masih suci Sinta" kata Rama
"Percayalah, selama bertahun-tahun aku menjaga kesucian hidupku"
"Rahwana, seorang raksasa itu pasti sudah merenggut kesucianmu"
"Tidak, Rahwana tidak melakukan apapun Rama, aku menunggumu, menjaga kemurnian rasa cintaku"
"Masuklah pada kobaran api ini, jika berbau busuk maka kamu adalah perempuan yang tidak suci, jika berbau harum aku akan percaya dengan kesucianmu"

Melompatlah Sinta pada kobaran api tersebut untuk membuktikan kesuciannya kepada Rama. Melihat itu Rahwana yang tetap diam ditengah kobaran api berkata
"Sinta, aku yang selalu menjagamu, menjaga kesucianmu, kenapa kau berpaling kepada seorang pangeran yang masih meragukan rasa cintamu?"
Sinta habis dalam kobaran api dan bau harum semerbak merobek hati Rahwana.

***

Cerita yang sama, dua versi yang berbeda, penokohan seorang Rahwana yang berbeda. Saya tidak pernah tahu, mana versi yang lebih mendekati benar.

Dulu, ketika masih kanak-kanak saya mendengarkan penuturan cerita dari nenek saya. Cerita tentang Rahwana dari versi 1. Sampai saya dewasa saya menilai tokoh antagonis dari seorang Rahwana. Jahat dan perusak kebahagiaan orang.

Kemudian saya bertemu dengan dalang-dalang lain yang menceritakan tentang tokoh Rahwana dengan ketulusan cintanya. Tidak melakukan perlawanan dan membiarkan sang pujaan hati bersama dengan orang yang dicintainya.

Begitulah sebuah cerita. Saya tidak tahu, apakah suatu saat saya akan menemukan kisah Rahwana dengan versi yang lain. Biarlah.

Minggu, 22 Juli 2018

Dia adalah Orang Asing

Bertemu dengan orang baru, berkenalan, saling bertanya, berbagi cerita dan pengalaman pahit manisnya kehidupan. Pagi yang cukup indah, saya memasuki ruangan salah satu Universitas Swasta di Kota Malang. Ruangan dengan kursi yang sudah ditata dengan rapi, sound system dan layar LCD di depan para hadirin.

Saya duduk dibangku deret ketiga, ketika saya duduk seorang ibu yang usianya saya duga lebih dari setengah abad berjalan dengan tongkatnya dan duduk disebelah saya "Selamat Pagi" saya melempar 2 kata ditambahi dengan senyum yang memang tulus saya berikan untuknya.

"Anda penulis?" Tanya kepada saya
"Saya baru belajar menulis"

Kemudian dia memperkenalkan dirinya, seorang penulis yang 20 tahun tinggal di Negeri Hitler, menjadi seorang penyiar radio. Tidak berselang lama dari perkenalan kami dia memberitahukan alamat rumahnya. "Kapan-kapan kamu main kerumah saya ya"

Tidak pernah meninggalkan tanah jawa, bagi saya ajakan itu tidak lebih dari sekedar basa-basi. Tentu saja, saya tidak menanggapi ajakannya terlalu serius. Untuk apa, dia adalah seorang penulis senior yang karyanya sudah melalang buana. Sedangkan saya hanya seorang penulis blog yang pembacanya masih stag tiga digit yang berjejer.

Berhari-hari bayangan ibu itu tidak lagi ada dipikiran saya. Wajar, saya bertemu satu kali, meskipun saya menyimpan nomor ponselnya, saya tidak tertarik untuk menghubungi dia. Saya pikir, dia adalah seorang penulis senior yang pasti sibuk, sudah diusia senja dan pasti akan lama dan semacam tidak asik jika saya yang masih belum genap 22 tahun menghubungi seorang "nenek".

Malam ini, ponsel saya bergetar. Saya mendedikasikan ponsel saya sebagai ponsel paling diam, dengan ketahanan batre lebih dari 24 jam. Kalian pasti tahu kenapa, saya tidak suka menghabiskan waktu dengan ponsel yang akan merebut waktu saya dari novel, karya sastra dan tangan saya untuk merangkai kata. Saya hanya menyanding dan melihat notifikasi, kalau memang penting saya akan respon, bukan apatis atau cuek, saya menginginkan sebuah pertemuan intens bukan percakapan ponsel omong kosong.

Notifikasi dari seorang penulis senior yang sudah melalang buana dan menghasilkan tulisan sampai ke 28 negara, kemudian menikmati masa senjanya masih sama, menulis dan menulis. Saya membuka pesan yang berisi sebuah video, inspirasi. Bagi saya, itu bukan lagi sebuah video. Melainkan kerendahan hati yang ditunjukkan oleh seorang senior kepada seorang anak kemarin sore.
"Terimakasih videonya, saya terinspirasi dengan video itu" jawab saya singkat dan saya rasa sudah cukup sopan.

Kemudian, dia melanjutkan percakapannya "kamu main kerumah saya hari kamis jam 9 pagi ya, mari sarapan dirumah saya". Saya masih diambang mimpi, serasa kemarin saya benar-benar mengabaikan ajakan tersebut, rupanya dia serius ingin saya berkunjung kerumahnya. Saya tidak berpikir panjang dan kemudian mengiyakan ajakannya.

Kamis pagi, saya bergegas untuk segera bertemu dengan dia, alamat rumah yang sudah ada dibuku saya, dekat dengan lokasi kuliah saya, tidak susah untuk menemukan rumah orang asing itu. perasaan tenang, saya merasa bertemu dan berkunjung kerumah orang asing untuk yang pertamakalinya bukan masalah untuk pagi ini.

Saya berhenti didepan rumah pagar hitam, banyak tanaman hijau didepannya. Nampak dari depan rumah itu bangunan kuno, tidak banyak orang didalamnya, kucing-kucing antri meminta jatah sarapan. Tidak sampai memencet bel rumahnya, si mbak yang tinggal menemani dia sudah keluar dan membukakan pintu untuk saya. Maknanya, kedatangan saya memang sudah ditunggu.

"Pakai saja sepatunya, tidak perlu dilepas" kata mbak sambil menyiapkan kue kue. Pagi itu saya kagum dengan banyak kue, teh yang sudah tersedia dan masih hangat. 2 piring lengkap dengan sendok dan garpu.


Bagi saya ini sudah bukan kue yang biasa lagi, meskipun kue itu salah satu kue favorite saya. Pagi ini teh dan kue dimeja makan orang asing ini terasa lebih enak. Bukan hanya kue, tetapi juga kesungguhan orang asing yang mengundang saya dan sudah menyiapkan hidangan semacam ini. Obrolan kami seputar saya berkuliah dimana, dia menceritakan suaminya yang menyukai batu.

Kemudian saya diijinkan masuk keruang kerjanya. Menakjubkan. Diusia yang sudah senja nanti, saya bercita-cita untuk menikmati hidup, jalan-jalan keluar negeri dan menikmati waktu dikebun bunga. Tetapi dia menikmati waktu diruang kerja yang menakjubkan. 3 sisi tembok dipenuhi rak buku setinggi 3 meter, penuh dengan berbagai buku dengan bahasa yang berbeda-beda. "ini ruang kerja saya, saya suka membaca dan disini saya menemukan banyak inspirasi"


"kamu suka baca novel?" dia mengagetkan saya yang masih kagum dengan ruang kerjanya.
"oh, saya suka. saya sedang membaca novel karya Tere Liye. Judulnya harga sebuah percaya"
"saya punya banyak novel, kalau kamu mau boleh baca"
Saya masih tersenyum tidak percaya dengan orang asing ini.

Kami keluar dari ruang kerja yang keren, duduk kembali dengan teh hangat yang ada di meja. Dia melanjutkan ceritanya tentang perjalanannya ke 28 negara lainnya. Australia, Amerika, Mesir, Iran dan lain. Saya tidak bisa mengingat dengan detil negara mana saja yang dia berhasil kunjungi. "Disetiap negara yang saya kunjungi, saya membeli sendok teh, karena saya suka minum teh, mari lihat koleksi saya".


Saya masih tidak tahu kenapa ada saja orang-orang yang suka mengoleksi barang. Mungkin saya adalah tipe manusia yang melihat sebuah barang berdasarkan nilai gunanya. Sehingga gantungan-gantungan sendok membuat saya nggumun

Berjalan dilorong rumahnya yang tertata apik, saya melihat koleksi batu. Sekali lagi saya masih nggumun, untuk apa batu disimpan ditempat semahal ini.
"Almarhum suami saya suka dengan batu, kalau dia bercerita tentang batu, dia bisa lupa waktu". Dia mengambil buku dirak lain. Katanya buku disana adalah hasil karya suaminya. Ini hasil karya suami saya. Ensiklopedia tentang batu. What Amazing.

Fika, kamu tahu kenapa batu disukai oleh suami saya?
Kenapa? saya masih heran.
Suami saya pernah bercerita, ada batu yang dihasilkan dari angin, ada yang dihasilkan dari air, ada batu yang dihasilkan dari pasir. Pada akhirnya batu akan mengeras, kuat. Ada yang berbentuk sangat indah ada yang buruk. Pada akhirnya batu akan menjadi semakin keras. Bahkan, tanah tidak bisa menjadi keras jika tidak ada unsur batu. Pondasi rumah tidak akan kuat jika tidak ada batu.

Saya yakin, ada sesuatu lain yang ingin dia sampaikan kepada saya. Saya masih duduk menatap mata perempuan asing diusianya yang senja.

Itulah kehidupan. Seperti batu. Batu terbentuk dari apapun, berproses lama, bertemu dengan panas, dingin, diinjak, kadang dilempar, tapi dia kuat.


Jika mengamati, memang ya, beberapa batu memang sangat indah dan dengan proses yang sangat panjang.





Terimakasih. Orang asing.

"Fika, main kesini lagi ya"
"Iya kapan-kapan"
"Kamu kesini tidak perlu kapan-kapan, kapanpun mau main kamu main saja, lain kali kita makan siang disini ya, saya sangat senang berjumpa dengan kamu, saya akan menemani kamu berproses menjadi penulis, kamu tetap semangat ya"
"Iya, terimakasih"
"Saya berikan ini buat kamu"

2 buku yang adalah karyanya, isinya bagus, tatanan bahasa yang keren. Saya masih mengagumi keajaiban semesta mempertemukan saya dengan orang asini ini.


Saya akan menuliskan kisah makan siang saya bersama orang asing :)

Sabtu, 21 Juli 2018

Sebuah Prasangka

Kemarin aku bertemu kembali dengan teman lama, sayangnya dia adalah teman yang hanya kuketahui tanpa aku mengenalnya. Suatu ketika dia menanyakan apakabarku. Aku menjawab kala itu memang aku sedang tidak terlalu baik. Dia mencoba menanyakan, apa yang terjadi denganku. Kupikir sudah saatnya aku berbagi cerita dengan temanku. Apa salahnya, meringankan beban pikiran dengan berbagi cerita.

Ternyata, teman yang kuketahui arogan 3 tahun lalu adalah seorang yang sangat dermawan dengan intuisi yang cukup kuat. Dari segi dia memandang dan menyikapi kehidupan memang cukup baik, setidaknya bagiku. Kemudian dia menawarkan sebuah pertolongan. Sungguh bagiku, itu hal yang luar biasa. Tidak disangka-sangka, kadang pertolongan Tuhan memang diluar pikiran manusia. Beberapa sahabat bertanya "kenapa dia membantumu?"
Aku tidak bisa menjawabnya, hanya dia yang tau alasan kenapa temanku mau membantuku.

Aku tidak bisa mengatakan apapun, selain segala respect dan ucapan terimakasih banyak telah membantuku. Selain itu, aku sangat bisa mengandalkan dia, dari segi apapun aku mengandalkan dia. Pandangannya untuk menyikapi sebuah masalah tidak jarang ku pakai.

Prasangkaku saat ini, dia semakin menjauh, apakah benar menjauh? ataukah hanya kesibukan yang memaksa untuk menjauh? atau kemungkinan yang lain?
Kadang hati cukup terasa dengan sebuah keanehan, aku tidak paham. Hanya prasangka, kemungkinan yang selalu aku semogakan.

Minggu, 15 Juli 2018

Pasang Internet

Dua bulan ini memang agak diribetkan dengan internet. Seisi rumah semuanya pakai internet, kalau dihitung matematis kalaupun pakai kuota anggap aja 1 orang 100rb untuk satu bulan, serumah ada 4 orang jadi kurang lebih 400rb (estimasi biaya yang sangat mahal, seharusnya tidak semahal itu). Masih akan terbatas dengan kuota yang bakal habis kalau pemakaian diluar batas wajar, kayak saya misalnya. Mending pasang WiFi lah, kira-kira 350ribu, puas-puas pakai dan kenyataannya memang anggota keluarga jarang banget keluar rumah.

Solusi pertama adalah pasang bareng-bareng dengan tetangga sebelah, toh akhirnya nggak enak juga. Ada rumah yang pakai cuma 1 orang, ada yang seisi rumah pakek internet semua kayak rumah saya, ada yang dipakai kalau malam aja, ada yang sepanjang hari pakai internet. Sehingga ada cemburu-cemburu, situ pakai banyak kok bayarnya sama dengan yang pakai sedikit? Karena keluarga saya yang merasa pakai paling banyak, terutama saya jadi kami putuskan lebih menjaga hubungan baik dengan tetangga dari pada ada omongan yang nggak enak.

Solusi kedua adalah gabung dengan WiFi sekolah depan rumah. Jaraknya kurang lebih 50meter dari rumah dan sinyalnya bisa sampai depan rumah aja. Bayangin saya mau nulis blog macem gini, dini hari terus harus keteras rumah nyari sinyal WiFi :p
Kalau musim tidak 18 derajat celcius sih rasanya gpp, palingan cuma akan ada tuyul yang tiba-tiba nongol. Kalau ada perempuan yang tiba-tiba ketawa yaudah ikutan ketawa aja. Bisa juga narik router dari sekolah ke rumah, toh relasi dengan pihak sekolah sangat baik.

Solusi ketiga adalah pasang internet sendiri. Lain cerita kalau pasang internet sendiri bukan solusi, tapi masalah yang beberapa kali menguji kesabaran sekali.
Orang pertama datang dengan menawarkan biaya 230rb per bulan. Ok lah, buat saya masih bisa menanggung biaya dengan nominal tersebut per bulan. Entah apa yang menjadi alasan mereka tiba-tiba batal gitu aja. Tanpa konfirmasi, nggak sopan sekali.
Orang kedua datang dengan menawarkan 330rb per bulan. Ok lah, naik 100rb tapi masih bisa diatasi. Lagi-lagi dikecewakan dengan omong kosong semua. Dilanjutkan dengan, kalau yang biaya 500rb per bulan baru bisa pasang. Akhirnya saya putuskan buat nggak usah pasanglah.
Orang ketiga datang, lebih aneh lagi. Bisa pasang yang 330rb per bulan, tapi ada biaya tambahan 200rb. Mainannya kurang asik sih. Jadi yaudah nggak usah aja.

Finally saya menyadari bahwa sebenernya mereka bisa melakukan pemasangan internet (kasus orang ketiga). Yang jadi masalah mungkin saya terlalu idealis aja kali, jadi nggak tertarik dengan permainan mereka.

Lebih dalam lagi saya menyadari, semakin besar nominal semakin mudah semua urusan. Hidup nominal hehehe

Sabtu, 14 Juli 2018

Perempuan Kelima

Sesampainya disana saya bertemu dengan teman-teman lama saya. Kira-kira 5 tahun lebih kami tidak saling jumpa. Ada yang masih saya ingat, ada juga yang sudah asing untuk saya. Awalnya kami berbicara layaknya teman yang lama tak jumpa
"kerja dimana?"
"udah nikah belum?"

Sambil meneguk segelas orange squash, saya mulai memperhatikan gerak-gerik teman-teman saya.

Perempuan pertama sebut saja bernama mawar. Rambutnya hitam kecoklatan karena sengaja dicoklatkan. Memakai pakaian yang super ketat, dengan tas samping berwarna merah. Didepannya minuman coklat yang rupanya enak. Sambil memesan dengan gaya "bos"
"mas, makanannya pisang 3, kentang goreng 3 sama tahu nya 3 ya"
Masa bodoh sih pesan apa, toh dia yang pesan pasti dia juga yang akan bayar hehe.

Perempuan kedua lebih feminim, sebut saja bunga. Menggunakan rok yang cukup minim tapi tetap sopan. Sangat pendiam diawal. Dia masih cukup bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Meskipun penilaianku diawal dia adalah perempuan yang cukup pendiam. Seperti yang ku kenal ketika kita masih sama-sama memakai seragam biru putih.

Perempuan ketiga datang terlambat dengan membawa pasangannya. Ramah karena dia melemparkan senyum ketika pertama kali bertemu. Anehnya kenapa dia mencari tempat duduk yang berbeda dengan kami? Oh mungkin dia nggak enak karena dia datang bersama dengan pasangannya. Sudahlah saya berpikir positif saja.

Perempuan keempat, dari sekian banyak orang yang ada disitu dia adalah orang yang paling saya kenal. Pernah tinggal satu asrama yang sangat religius. Tetapi untuk akademik rasanya dia cukup di titik putih abu-abu saja. Sepertinya dia bekerja disebuah kantor yang pulangnya sore, karena tidak sengaja dia berkata "kalau pertemuan lagi agak maleman lah, biar aku bisa ikut".

Malam semakin larut, makanan di meja semakin habis. Beberapa orang mulai berpamitan pulang. Setelah melakukan beberapa kali foto, katanya sebagai kenang-kenangan. Kemudian keempat perempuan itu mulai mengeluarkan korek dan mengambil sebatang rokok yang disimpan dalam tasnya yang sangat lucu.

Perempuan kelima, dari awal kuperhatikan dia datang tepat waktu. Dengan menggunakan pakaian yang sangat religius. Dia tidak menambahkan sepatahkatapun. Tapi dalam benaknya penuh dengan umpatan-umpatan
"dih, rambut diwarna-warni. nggak bersyukur ya dengan ciptaan Tuhan"
"dih, pakai pakaian minim banget. Nggak punya uang ya? beli pakaian kok kurang bahan"
"dih, bukan muhrim kemana-kemana berdua, pasti mendekati zinah"
"dih, berubah banget, nggak makin tobat malah jadi nggak bener"
Tentu saja, perempuan kelima adalah seorang sarjana, menjadi guru besar, selalu beribadah tepat waktu, menggunakan pakaian yang selalu tertutup.

"ya sudah ya, aku pamit, udah malam"
Kata perempuan kelima.

Kamis, 12 Juli 2018

Sedih pun juga Rasa

Sudah banyak orang yang sering sekali menganggap bahwa kesedihan adalah sesuatu yang negatif. Memang benar, kesedihan seringkali dihindari. Bahkan ketika kita bersedih, tidak sedikit kan orang yang mengatakan kepada kita "Sudah jangan bersedih".

Sebenarnya begini, sedih adalah sebuah perasaan. Sama seperti perasaan senang. Kenapa orang hanya diharuskan untuk merasakan senang? tanpa mengijinkan kesedihan datang? Saya pikir ini tidak adil. Sedih bukanlah sebuah hal dari langit yang tiba-tiba turun tanpa alasan. Kesedihan adalah penyeimbang. Penyeimbang ketika kita mengalami kesenangan jangan berlebihan, ketika mengalami kesedihan juga jangan berlebihan.

Tidak perlu menolak kesedihan. Terima dan sadari sepenuhnya bahwa sesuatu yang diluar kehendak manusia akan menimbulkan kesedihan. Contohnya begini, dua hari lalu saya bertemu dengan mantan pacar saya. Saya menerima kalau dia adalah mantan saya. Saya menerima jika dia sudah tidak menjadi bagian dari kisah cinta saya. Saya merasa senang ketika dia datang kembali dengan baik, tetapi keinginan manusia (saya) tidak semuanya harus dipenuhi ya. Ada hal-hal yang memang kami menyadari tidak bisa untuk menjadi sepasang kekasih (commitment broke everything). Saya sedih ketika saya menyadari bahwa sebesar apapun perasaan saya kepadanya hanyalah akan menjadi sebuah kisah saja.

Ada penyeimbang. Ketika saya merasa senang secara berlebihan, saya akan mematikan logika bahwa ada batas-batas, yaitu komitmen. Mungkin saya akan melanggar komitmen atau mungkin juga aturan keluarga. Mungkin dia juga akan melakukan hal sama. Sehingga saya harus tau batas bahwa rasa senang saya dengan hadirnya tidak boleh melewati batas. Pun kesedihan yang saya alami ketika realita berkata saya harus berhenti pada batas tertentu. Tetap kesedihan yang memiliki batas. Batasnya adalah saya menerima rasa sedih dengan ikhlas dan meyakini sang penulis kehidupan menyiapkan kelanjutan cerita yang lebih baik. Tidak perlu berlebihan sampai meninggalkan dan menutup hati dari orang-orang yang baru, sampai tidak mau makan dan lain sebagainya. Itu cuma drama.

Life must go on.
Terima saja. Kesenangan dan kesedihan adalah dua hal yang memang harus dirasakan.

Selasa, 03 Juli 2018

Pekerjaan yang Ideal

Pekerjaan yang ideal adalah pekerjaan yang tertib, datang ke kantor tepat waktu, menggunakan pakaian yang rapi dan enak dilihat, sampai di kantor bersalaman dengan teman kanan kiri atau minimal say hai untuk teman bangku kanan atau kiri, bisa pula kalau ketemu dengan mas OB say good morning. Kemudian duduk dibangku, mulai menyalakan komputer dan menyelesaikan laporan atau tugas yang kemarin belum selesai. Jam 12 makan siang dan lanjut didepan komputer lagi sampai sore atau bahkan sampai malam kemudian pulang dengan lelah fisik, tidur dan besok akan memulai hari dengan kegiatan yang sama.

Pekerjaan yang ideal adalah pekerjaan yang tidak peduli wajah bentuknya seperti apa, masuk dapur, nyalakan kompor buatkan minuman hangat untuk seisi rumah, menyiapkan sarapan untuk keluarga, membersihkan pakaian yang sudah menumpuk sejak 3 hari lalu, mencuci piring bekas sarapan bersama, mengepel lantai bekas susu yang tumpah dibawah meja makan, mengelap jendela yang mulai tertutup dengan debu, menenangkan si baju pink yang tidak sengaja jatuh dari sepeda roda 3 nya, menjajakan uang ke pasar untuk supaya nanti malam ada makanan dirumah dan mulai memasak, kemudian menunggu mobil yang tadi keluar dari garasi untuk kembali lagi ke garasi. Kemudian besok akan mengulangi kegiatan yang tidak jauh beda.

Pekerjaan yang ideal adalah duduk didepan laptop sambil menuliskan apa yang ada dikepala dengan sandingan kopi hitam dan roti goreng hangat yang barusan dibeli dipasar. Menggunakan kaos yang belum berubah dari tadi malam sebelum tidur, sesekali melihat langit dan sawah yang sedikit terhalang pilar rumah. Memutar lagu Pop tahun 2000 an yang menjadi favorit dan bergeming mengikuti irama musik.

Pekerjaan yang ideal adalah pergi ke sawah sebelum matahari terbit sambil menengguluk cangkul dan membawa bekal sebotol kopi hangat. Menatap padi-padi yang siap diberi pupuk, mencabuti rumput liar disekitarnya. Melawan terik matahari dipertengahan hari sembari membuka bungkusan hasil masakan istri yang berisi daun singkong rebus komplit dengan sambal, tempe yang digoreng dengan rasa yang tidak seasin biasanya tapi bisa diseimbangkan rasanya dengan ikan asin.

Pekerjaan yang ideal adalah bertemu dengan malaikat-malaikat kecil berpakaian putih merah atau putih biru terkadang juga putih abu-abu. Masuk ke ruang dengan teh hangat yang sudah disiapkan Mas Bejo, mulai melepas jaket karena menerjang dingin pagi hari adalah sebuah tantangan. Meneguk teh hangat dan membuka Rencana Pembelajaran hari ini. Menunggu bel tanda masuk berdering dan masuk kelas demi kelas dengan  membagikan senyum khas dan beberapa pikiran yang menghantui "apakah besok anak-anak ini bisa lulus Ujian Nasional".

Pekerjaan yang ideal adalah mereka yang berkeliaran dengan jaket khas berwarna hijau, berhenti dipinggir jalan atau didepan restoran sambil melihat smartphone mereka. Barangkali akan ada pelanggan yang memesan makanan ditengah kesibukan pekerjaan yang lain. Masker dan Sarung tangan yang melindungi dari debu dan serangan panas matahari.  "Mbak, tolong bintang 5 ya. Makasi Mbak"

Pekerjaan yang ideal adalah mereka yang stay digedung pusat desa, menunggu barangkali ada yang akan merubah data kependudukan, barangkali ada yang mengurus surat administrasi desa lainnya. Atau sekedar menambahkan data penduduk baru karena belum lama Mbok Sri dianugrahi cucu perempuan. Atau bisa pula mencatat data kematian karena seminggu yang lalu Mbah Sariman berpulang karena usia yang sudah sepuh.

Pekerjaan yang ideal adalah menantang panas matahari untuk membuat tempat pelindung dari panas dan hujan. Batu bata berasa tidak mempunyai berat ditangan-tangan perkasa yang menghitam karena terik matahari. Semen, pasir dan air komposisi yang harus pas untuk melekatkan batu bata menjadi tumpukan dan jajaran yang akan membentuk sekat-sekat ruang. Sesekali menghisap rokok seharga kisaran 12.000 yang dinikmati bersama, sandingan kopi dengan gelas bergantian yang kata ibu-ibu modern itu menjijikan, gorengan yang tidak setiap hari ada. Paling tidak Mbak Yem sesekali memberikan semangka disiang hari. Lanjutlah dengan sekop, menata bebatuan itu.

Pekerjaan yang ideal adalah menyapa setiap orang yang masuk "Selamat datang, selamat berbelanja". Salam yang manis pula "Terimakasih, silahkan datang kembali". Berseragam menawan, cantik, flat shoes hitam yang nyaman karena akan lelah kalau pakai high heels. Teman yang lainnya juga tidak kalah ramahnya "nambah pulsa sekalian Mbak?", lemparan senyum khas, ahhh manis sekali senyumnya.

Begitulah pekerjaan yang ideal :)
Ukurannya adalah diri sendiri :)

Selasa, 12 Juni 2018

Aku dan Skripsi

Aku belajar untuk terus berjuang. Sama seperti kisah sebelumnya, aku berjuang untukmu di detik-detik terakhir sampai akhirnya aku harus merelakan kepergianmu dengan hal yang baru. Berhari-hari aku tidak tidur. Aku memikirkan sebenarnya apa yang terjadi diantara kita. Kenapa semuanya serumit ini?

Apakah ini yang dinamakan cinta?
Butuh banyak pengorbanan?

Saat ini aku berjuang dengan kekasih yang baru, dia yang aku lihat sebelum aku tidur dimalam hari dan yang pertama aku lihat ketika aku membuka mata dipagi agak siang karena bangun agak kesiangan. Sama-sama beratnya, seberat ketika aku mempertahankan yang terdahulu.

Memang, kehilangan dia yang dahulu adalah salahku. Aku menduakan hati untuk kesibukan yang lain sampai kekasihku itu tidak mendapat perhatianku. Kini aku baru sadar bahwa terkadang kita hanya perlu fokus untuk satu tujuan.

Skripsi, semoga hubungan kita berakhir indah kali ini.

Aku mencintaimu.

Selasa, 29 Mei 2018

Perkara Meninggalkan atau Ditinggalkan

All we have is between hello and goodbye. May be.
Beberapa jam yang lalu saya iseng membuka posting-posting lama saya di Line. Saya berniat mengosongkan semua sosial media saya dari konten-konten alay saya pada jamannya.

Scrol-scrol sampai akhir saya menemukan posting-posting saya tentang kedekatan saya dengan beberapa orang. Ada percakapan dengan orang-orang tersebut yang sengaja saya screencapture. Untuk saat ini, mungkin SC tidak seperti dulu maknanya. Kalau sekarang saya mengambil SC dari chat seseorang mentok saya jadikan story IG yang 24 jam lagi akan hilang. Tindakan yang sama punya makna yang berbeda antara dulu dan sekarang. Dulu saya mengambil SC dari chat seseorang karena dia memang bermakna buat saya.

Kemudian saya mengingat lagi sebuah rasa yang pernah ada #cielah
Saya akan bercerita tentang kedekatan saya dengan salah satu dosen saya. Saya sangat dekat, hampir setiap hari saya berkomunikasi, bercanda bahkan sekedar ngobrol nggak penting. Ruangan beliau sudah seperti ruangan saya. Terkadang saya ambil sesuatu diruangannya cuma dikasih kunci ruang dan beliaunya gatau pergi kemana. Ya beliau saking percayanya kali, kunci ruangannya sampe dikasih gitu aja.

Pernah pula ketika akan presentasi kuis besar saya kehabisan bensin dijalan dan menghubungi si bapak, kemudian si bapak membatalkan kuis besarnya karena saya tidak bisa datang tepat waktu. Kami pernah hampir berurusan dengan wakil rektor karena saya dianggap anak emas dan nilai saya bagus semuanya dan ada mahasiswa lain yang nilainya kurang memuaskan mempermasalahkan hal itu. Nama saya pernah beberapa kali ada distatus BBM nya :)

Masih banyak kenangan yang membahagiakan sampai saya tidak tahu jelas perkara apa yang terjadi sampai kami menjadi benar-benar asing. Memang benar saya pernah melakukan kesalahan ketika saat itu ada project dan saya salah karena tidak bisa menyelesaikan project itu dengan baik. Marahlah si bapak, ditambah proses bimbingan skripsi yang saya abaikan karena saya menikmati pekerjaan saya sebagai guru. Ya, saya yang salah karena sama sekali tidak pernah menghubungi beliau selama kurang lebih 7 bulan hahahaha.

Sampai saya datang lagi, kami sudah menjadi dua orang asing yang kayaknya nggak mengenal satu sama lain. Saya minta maaf dengan semua kesalahan yang saya lakukan dan hubungan tidak bisa kembali seperti semula.

Baiknya, saya tetap dibimbing sesuai janjinya dulu ketika masih "dekat" kalau beliau lah yang akan membimbing saya sampai saya lulus. Dan memang benar, sampai saya ganti topik skripsi pun, saya tidak dilepaskan jadi anak bimbingannya.

Kisah kedua tentang seorang staff kampus yang cukup dekat pula dengan saya. Dari awal masuk kuliah sampai akhirnya beliau kembali ke Bandung, beliau yang menjadi fasilitator saya. Saya sangat hafal cara-caranya ngobrol
"jadi gini ya Fikak..."
"begitu ya Fikak..."

Berbulan-bulan saya jadi bahan bully'an mahasiswa dan staff yang lain. Saya benar-benar galau dan sedih ketika si bapak memang harus berkarya di Bandung.

Keduanya mempunyai posisi yang sama dikehidupan saya saat itu. Sama-sama penting dan sama-sama berartinya buat saya. Sama-sama sedihnya ketika saya kehilangan.
Kalau pagi ini saya tidak membuka tulisan-tulisan lama saya, saya tidak akan ingat tentang sebuah rasa yang saya miliki dulu #cielah rasa lagi -_-

Semuanya dijawab oleh waktu.

Bertahun-tahun saya sudah menjalani kehidupan saya seperti biasanya dan sama sekali tidak kepikiran tentang keduanya. Meskipun 3 tahun yang lalu keduanya sangat berarti. Apa memang rasa saya aja yang sangat dangkal. Saya tidak tahu. Yang pasti ketika saya melihat dan membandingkan perasaan saya dulu dan sekarang sudah tidak ada hubungannya sama sekali.

Entah saya yang ada diposisi meninggalkan atau ditinggalkan saya akan baik-baik saja dengan berjalannya waktu. Saat itu saya ingat kalau saya sedih, toh sekarang saya sudah bisa bahagia dengan yang lainnya.

Tidak akan ada yang selamanya.
Semuanya hanya berada diantara hello dan goobye. Selanjutnya, waktu yang akan bekerja :)

FYI, saya tidak menghapus semuanya. Suatu saat saya akan melihatnya kembali dan mengingat kalau saya pernah menjadikan seseorang special yang saat ini biasa saja :)

Sabtu, 19 Mei 2018

First Impression

Sempat viral didunia per-ig-an. lupa tepatnya gimana karena nggak ikutan bikin saat itu, intinya minta orang lain menuliskan first impression dari si orang yang punya akun itu. Pernah membalas first impression ke orang lain, tapi sebagai pengisi waktu luang aja hahaha.

Btw tentang first impression, 90% pengalaman saya menyimpulkan seseorang dari first impression itu salah. Karena saya yang mudah percaya, apa adanya dan mencoba selalu positif aja menanggapi orang lain sehingga beberapa kali saya salah dalam "mempercayai" orang lain.

Seringnya yang saya alami adalah karakter seseorang itu berkebalikan dari first impression saya terhadap orang tersebut.

Saya pernah bertemu dengan seorang laki-laki. Dia adalah pelayan Tuhan yang bisa dibilang setia, berasal dari keluarga "Hamba Tuhan". Someday, saya sempat dekat dengan laki-laki ini, saya memposisikan diri sebagai teman. Suatu ketika saya diajak ke tempat ibadahnya, bagi saya oke-oke saja toh ngajaknya ke tempat ibadah. Dikenalkanlah saya kepada teman-temannya, bapak ibuknya, kakaknya dan keluarganya yang lain. First Impression saya saat itu adalah dia laki-laki yang sangat baik. Bahkan beberapa kerabatnya yang juga kerabat saya mengatakan bahwa saya adalah perempuan yang paling beruntung karena bisa dekat dengan laki-laki ini. Saya semakin dikuatkan dengan pernyataan salah satu hamba Tuhan yang lain, yang mengenal saya dan dia, menurut beliau dia memang laki-laki yang baik. But, it's all Zonk!
Bukan masalah dia pelayan Tuhan, bukan masalah dia berasal dari keluarga Hamba Tuhan dan bukan berasal dari kata-kata orang lain, bahkan First Impression saya saat itu 100% SALAH. Dia keras kepala dan tidak punya sopan santun dalam berkomunikasi. I can say this. If "you" read my article, I am so sorry with all my statement about "you". Rasanya tidak perlu saya ceritakan ya kenapa-kenapanya. Simpulkan saja apa yang dilakukan seorang laki-laki sehingga seorang wanita pemikir (seperti saya) bisa menyimpulkan demikian.

Lain cerita saya pernah pula bertemu dengan laki-laki lain lagi. Dia saya anggap sebagai teman saya. Bapaknya juga adalah teman mama saya. Di awal baik, manis dll. Bahkan beberapa tindakan "konyol" pernah dia lakukan demi saya. Misalnya, UTS dikampus yang dia tinggalkan demi nemenin saya sempro (di skripsi yang pertama), hujan dan jarak kampusnya cukup jauh dari kampus saya. Finally dia harus ngulang mata kuliah itu. Bagi saya sah-sah saja buat saya saat itu mempunyai first impression kalau dia adalah laki-laki yang baik. Ternyata semuanya berkebalikan dari first impression saya. Tahunya adalah ketika secara tidak sengaja dia emosi di depan saya dan caranya emosi benar-benar membuat saya speechless.

Saya juga pernah bertemu dengan laki-laki super cuek dan saya tidak pernah kenal selama dikampus. Saya hanya tau namanya, prodinya (karena beda prodi) dan skill nya. First impression dia ini sombong. Dikuatkan dengan kata orang lain yang juga mengatakan hal yang sama seperti yang saya pikirkan. Bahkan ada salah satu temannya yang dengan gamblang mengatakan kalau dia sombong, suka ngejek temennya yang nggak bisa coding karena dia jago coding dan lain sebagainya. Bahkan selama kita satu kampus dan ambil jurusan yang hampir sama, kita sama sekali nggak pernah saling komunikasi. Pernah sih karena kelas sertifikasi MTA dan saya kebetulan satu kelas dengan dia. Saya kagum ketika dia dapet nilai 100 di Ujian MTA dan percayalah kalau soal dan materi yang keluar di ujian beda. Syukurnya saya masih lulus hehe.
Suatu ketika saya membutuhkan informasi tentang seberapa powerfull sebuah bahasa pemrograman, yang saya tahu dia cukup mahir dibidang itu. Sampai suatu ketika saya iseng-iseng kontak dia dan tanya. So, HUMBLE. Tidak ada satu pun kesan sombong-sombong nya kalau sudah komunikasi sama dia.
Bahkan sebisa mungkin dia akan menjawab apapun pertanyaan yang saya ajukan, dia mencoba "coding" sesuatu yang saya tanyakan. Sampai detik ini dia keep support. Padahal bisa dibilang saya menghubungi dia saat itu karena saya ada butuhnya.

Pernah juga saya bertemu dengan seseorang yang saya yakin dia baik dan bisa dipercaya. Saya pertama kali bertemu dengan dia ketika ibadah ditempat teman saya. Sampai saya memperayakan sebuah pekerjaan yang bagi saya saat ini cukup mengecewakan. Entah karena saya selalu positif menanggapi orang lain atau saya yang ceroboh percaya ke orang lain. Atau memang ada sesuatu yang kurang saya pahami dari kondisi dia saat ini sehingga ada guratan kekecewaan di saya.

Ada pula kakak angkatan saya. Selama dikampus dulu rasanya saya nggak pernah komunikasi intens, nggak pernah cerita secara dalam bahkan nggak pernah sharing tentang kehidupan privasi saya. Bahkan saya lebih dekat dengan kakak-kakak angkatan yang lain. Saya tahu dia, saya berteman dengan semua sosmednya, tetapi saya tidak kenal dia dengan baik. Saya tidak paham seberapa baik dia. Yang saya tahu dia adalah pemain basket, dia jurnalis dan kakak angkatan saya. Udah sebatas itu saja. Sampai rasanya masih konyol ketika saya sedang skripsi dan dia adalah satu-satunya kakak angkatan yang menawarkan bantuan. Honestly, saya membuat satu folder pribadi dilaptop saya. Isinya adalah hasil coding yang dia kasih dan saya kasih nama folder itu "superhero". Memang banyak yang memberi support "semangat ya" "semoga cepat selesai" dan lain sebagainya. It's good enough lah. Padahal kalau saya ingat-ingat bagaimana penilaian saya kepada dia selama dikampus nggak ada, dalam artian saya tidak pernah memberikan penilaian apapun. Kalau kata teman saya "dia arrogant". Saya juga nggak tahu, atau mungkin luput dari pengamatan saya aja.

Saya juga kenal salah satu tetangga saya yang sebenernya masih satu RT dengan saya. Penampilan luarnya aja bikin saya takut dan secara otomatis otak saya memberikan penilaian yang negatif kepada orang ini. Sampai suatu ketika saya melibatkan diri di kegiatan RT. Ya maklum memang saya orang desa dan saya bangga karena depan rumah saya bukan ruko, tapi sawah. Saya masih bisa ambil tebu langsung dari sawah dan menikmati manisnya sebelum diolah jadi gula. Oleh Pak RT setempat saya dipercaya jadi bendahara dan orang ini jadi ketua pelaksana. Serem sih awalnya, tapi yaudahlah apa salahnya saya komunikasi dulu yang baik. 180 derajat karakternya berbanding terbalik dengan penampilannya. Bertahan sampai 3-4 tahun saya dipercaya sebagai bendahara RT dan dia ketuanya. Ya memang tingkat RT doang sih hehe. Sampai akhirnya saya undur dan merasa sudah cukup kiprah saya buat RT.

Memang tidak selamanya First Impression itu salah. Tetapi menilai seseorang sebelum kita benar-benar mengenal dia dengan baik adalah sesuatu yang salah. Beberapa pengalaman saya banyak sekali belajar, apa yang kita pikirkan di awal tentang orang itu baik atau jahat tidak selamanya benar.

Kadang Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang kita nilai baik diawal ternyata mengecewakan. Sebaliknya, ada yang kita nilai negatif dulu tentang orang itu ternyata dia sangat baik. Mungkin juga orang yang nggak pernah ingin kita kenal sebelumnya akan menjadi orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita. Semuanya terjadi dan mengalir begitu saja.

Apa benar ya kalau sebenarnya kita tidak perlu memberikan penilaian apapun ke orang. Biarkan waktu yang akan memberikan jawaban siapa orang itu dan melihat apa yang akan terjadi dengan kita.

Pengalaman-pengalaman manis dan pahit membuat saya saat ini tidak ingin memberikan penilaian baik atau jahat kepada orang baru atau orang lama dalam kehidupan saya. Bagi saya saat ini bagaimana saya mampu menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidup saya.

Setiap perjumpaan dan perpisahan memang tidak selamanya manis, tetapi ada maksud baik Tuhan disetiap hal yang terjadi. Pandai-pandai bersyukur :)

1 Samuel 16 : 7
Manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.