Senin, 01 Oktober 2018

Kento Momota


Setelah uforia Asian Games 2018 dan Indonesia mampu meraih emas dicabang bulutangkis tunggal putra dan ganda putra, kembali rame permainan badminton di Indonesia. Bahkan semua beranda sosial media saya bermunculan meme meme tentanga atlit bulutangkis dan foto-foto yang sudah diedit nitijen sedemikian kreatifnya.

Anehnya saya tidak terlalu tertarik dengan kehidupan atlit lokal hehe, bukan mereka tidak ganteng. Versi saya kalau saya lihat dari jejak-jejak sosmednya saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik dengan pembulutangkis asal Jepang, Kento Momota. Pembulu tangkis kidal yang tidak bisa berbahasa inggris itu punya sebuah cerita yang membuat saya cukup terinspirasi.

Pada tahun 2016, dilansir dari beberapa sumber berita yang saya sempat baca Kento Momota tersandung beberapa kasus. Perjudian dan foto panas dengan beberapa perempuan penghibur. Namanya dicoret dari BWF (Badminton World Federation) dan tidak dapat mengikuti beberapa turnamen buluntangkis karena dia harus menjalani suspend (konsekuensi). Bagi saya, hal itu tidak mudah buat seorang yang sudah memiliki "nama" dicabang bulutangkis kemudian tidak dapat mengikuti pertandingan dalam jangka waktu yang cukup lama. Saya membayangkan jika saya ada di posisi kento pasti saya sudah depresi dan tidak ingin lagi bermain badminton.

2 tahun berikutnya, tahun ini (2018) Kento Momota sukses menjadi pembulu tangkis nomor 1 dunia versi BWF sejak 27 September 2018. Buat saya proses 2 tahun bukan proses yang panjang. Proses yang singkat untuk atlit kelas dunia seperti Momota.

Yang saya pelajari dari kasus yang terjadi dengan Momota, someday kita merasa bahwa masalah kita adalah masalah terbesar, bahkan sebisa mungkin orang lain harus memahami kondisi kita. That's No to Momota. Dia bisa bangkit dari kesalahannya dan menjadi pembulutangkis terbaik 2 tahun setelah dia melakukan kesalahan yang mungkin itu cukup fatal.

Semakin kesini saya semakin kepo dan membuka-buka sosial media Momota. Bersih. Dalam artian bersih adalah dia benar-benar fokus sebagai atlit. Tidak seperti kebanyakan atlit Indonesia yang sosial medianya tercemar dengan iklan-iklan produk tertentu. Mungkin juga ajang aji mumpung si Atlit, mumpung terkenal, mumpung bisa nambah penghasilan lewat Iklan. Ya semua itu adalah keputusan masing-masing atlit. Selama iklan tidak mengganggu fokus sebagai seorang atlit it's OK untuk menjadi bintang Iklan.

That's
I like Momota

0 komentar:

Posting Komentar