Sabtu, 14 Juli 2018

Perempuan Kelima

Sesampainya disana saya bertemu dengan teman-teman lama saya. Kira-kira 5 tahun lebih kami tidak saling jumpa. Ada yang masih saya ingat, ada juga yang sudah asing untuk saya. Awalnya kami berbicara layaknya teman yang lama tak jumpa
"kerja dimana?"
"udah nikah belum?"

Sambil meneguk segelas orange squash, saya mulai memperhatikan gerak-gerik teman-teman saya.

Perempuan pertama sebut saja bernama mawar. Rambutnya hitam kecoklatan karena sengaja dicoklatkan. Memakai pakaian yang super ketat, dengan tas samping berwarna merah. Didepannya minuman coklat yang rupanya enak. Sambil memesan dengan gaya "bos"
"mas, makanannya pisang 3, kentang goreng 3 sama tahu nya 3 ya"
Masa bodoh sih pesan apa, toh dia yang pesan pasti dia juga yang akan bayar hehe.

Perempuan kedua lebih feminim, sebut saja bunga. Menggunakan rok yang cukup minim tapi tetap sopan. Sangat pendiam diawal. Dia masih cukup bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Meskipun penilaianku diawal dia adalah perempuan yang cukup pendiam. Seperti yang ku kenal ketika kita masih sama-sama memakai seragam biru putih.

Perempuan ketiga datang terlambat dengan membawa pasangannya. Ramah karena dia melemparkan senyum ketika pertama kali bertemu. Anehnya kenapa dia mencari tempat duduk yang berbeda dengan kami? Oh mungkin dia nggak enak karena dia datang bersama dengan pasangannya. Sudahlah saya berpikir positif saja.

Perempuan keempat, dari sekian banyak orang yang ada disitu dia adalah orang yang paling saya kenal. Pernah tinggal satu asrama yang sangat religius. Tetapi untuk akademik rasanya dia cukup di titik putih abu-abu saja. Sepertinya dia bekerja disebuah kantor yang pulangnya sore, karena tidak sengaja dia berkata "kalau pertemuan lagi agak maleman lah, biar aku bisa ikut".

Malam semakin larut, makanan di meja semakin habis. Beberapa orang mulai berpamitan pulang. Setelah melakukan beberapa kali foto, katanya sebagai kenang-kenangan. Kemudian keempat perempuan itu mulai mengeluarkan korek dan mengambil sebatang rokok yang disimpan dalam tasnya yang sangat lucu.

Perempuan kelima, dari awal kuperhatikan dia datang tepat waktu. Dengan menggunakan pakaian yang sangat religius. Dia tidak menambahkan sepatahkatapun. Tapi dalam benaknya penuh dengan umpatan-umpatan
"dih, rambut diwarna-warni. nggak bersyukur ya dengan ciptaan Tuhan"
"dih, pakai pakaian minim banget. Nggak punya uang ya? beli pakaian kok kurang bahan"
"dih, bukan muhrim kemana-kemana berdua, pasti mendekati zinah"
"dih, berubah banget, nggak makin tobat malah jadi nggak bener"
Tentu saja, perempuan kelima adalah seorang sarjana, menjadi guru besar, selalu beribadah tepat waktu, menggunakan pakaian yang selalu tertutup.

"ya sudah ya, aku pamit, udah malam"
Kata perempuan kelima.

0 komentar:

Posting Komentar