Sabtu, 28 Juli 2018

Aku Berterimakasih

3 bulan yang lalu, kebaikan semesta mempertemukan aku dengan salah seorang teman yang tidak pernah aku kenal. Bagiku sebuah hal yang "aneh" jika seorang dia memberikan kebaikan sejauh itu. Bagiku, kebaikannya sudah lebih dari cukup. Berbeda dari pemikirannya (mungkin). Saya menganggap itu luar biasa dan dia menganggap itu biasa saja. Tidak apa, aku hanya ingin memberikan apresiasi. Terimakasih sudah mendukung sejauh ini, meskipun bagi dia itu biasa saja. Tidak perlu aku menganggap itu berlebihan. Entahlah, mungkin aku terhanyut dalam perasaan yang masih takjub dengan kebaikan semesta.

Aku ingin mengungkapkan rasa terimakasihku, tidak lebih. Dia sudah cukup baik. Meskipun ada yang mengatakan kepadaku "dia tidak jahat, tapi aku tidak bisa bilang dia baik". Aku tidak peduli apa maknanya. Bagiku, kenapa aku harus menolak kebaikan semesta?

Aku ingin mengabadikan kebaikannya dalam sebuah karyaku. Oh, mungkin bukan karya, ini hanya sebuah ujian, berbeda dengan pemikiranku. Aku sudah melihat polanya selama 3 bulan, aku mempelajari setiap polanya dengan baik, aku mempelajari pola-pola dari kebiasaannya. Aku terbiasa dengan pola, menghitung dan meprediksikan apa yang terjadi secara matematis. Jika aku berkata matematis, jangan selalu anggap itu adalah sekumpulan rumus dan angka. Melainkan pengenalanku akan pola kehidupan seseorang, termasuk dia.

Pola yang kupelajari, aku sudah tahu jawabannya, dia pasti menolak. Tetapi, malam itu aku memastikan bahwa pola yang tersusun adalah pola yang benar. Tidak apa, aku sudah tahu itu yang akan dia katakan. Aku berbesar hati. Tidak mengapa seseorang dengan tabiatnya masing-masing.

Aku bisa menyimpannya dalam diam, menganggap semuanya luar biasa. Oh, hanya aku yang menganggap semuanya luar biasa, entah, itu biasa saja baginya. Tak apa. Terimakasih.



0 komentar:

Posting Komentar