Sabtu, 19 Mei 2018

First Impression

Sempat viral didunia per-ig-an. lupa tepatnya gimana karena nggak ikutan bikin saat itu, intinya minta orang lain menuliskan first impression dari si orang yang punya akun itu. Pernah membalas first impression ke orang lain, tapi sebagai pengisi waktu luang aja hahaha.

Btw tentang first impression, 90% pengalaman saya menyimpulkan seseorang dari first impression itu salah. Karena saya yang mudah percaya, apa adanya dan mencoba selalu positif aja menanggapi orang lain sehingga beberapa kali saya salah dalam "mempercayai" orang lain.

Seringnya yang saya alami adalah karakter seseorang itu berkebalikan dari first impression saya terhadap orang tersebut.

Saya pernah bertemu dengan seorang laki-laki. Dia adalah pelayan Tuhan yang bisa dibilang setia, berasal dari keluarga "Hamba Tuhan". Someday, saya sempat dekat dengan laki-laki ini, saya memposisikan diri sebagai teman. Suatu ketika saya diajak ke tempat ibadahnya, bagi saya oke-oke saja toh ngajaknya ke tempat ibadah. Dikenalkanlah saya kepada teman-temannya, bapak ibuknya, kakaknya dan keluarganya yang lain. First Impression saya saat itu adalah dia laki-laki yang sangat baik. Bahkan beberapa kerabatnya yang juga kerabat saya mengatakan bahwa saya adalah perempuan yang paling beruntung karena bisa dekat dengan laki-laki ini. Saya semakin dikuatkan dengan pernyataan salah satu hamba Tuhan yang lain, yang mengenal saya dan dia, menurut beliau dia memang laki-laki yang baik. But, it's all Zonk!
Bukan masalah dia pelayan Tuhan, bukan masalah dia berasal dari keluarga Hamba Tuhan dan bukan berasal dari kata-kata orang lain, bahkan First Impression saya saat itu 100% SALAH. Dia keras kepala dan tidak punya sopan santun dalam berkomunikasi. I can say this. If "you" read my article, I am so sorry with all my statement about "you". Rasanya tidak perlu saya ceritakan ya kenapa-kenapanya. Simpulkan saja apa yang dilakukan seorang laki-laki sehingga seorang wanita pemikir (seperti saya) bisa menyimpulkan demikian.

Lain cerita saya pernah pula bertemu dengan laki-laki lain lagi. Dia saya anggap sebagai teman saya. Bapaknya juga adalah teman mama saya. Di awal baik, manis dll. Bahkan beberapa tindakan "konyol" pernah dia lakukan demi saya. Misalnya, UTS dikampus yang dia tinggalkan demi nemenin saya sempro (di skripsi yang pertama), hujan dan jarak kampusnya cukup jauh dari kampus saya. Finally dia harus ngulang mata kuliah itu. Bagi saya sah-sah saja buat saya saat itu mempunyai first impression kalau dia adalah laki-laki yang baik. Ternyata semuanya berkebalikan dari first impression saya. Tahunya adalah ketika secara tidak sengaja dia emosi di depan saya dan caranya emosi benar-benar membuat saya speechless.

Saya juga pernah bertemu dengan laki-laki super cuek dan saya tidak pernah kenal selama dikampus. Saya hanya tau namanya, prodinya (karena beda prodi) dan skill nya. First impression dia ini sombong. Dikuatkan dengan kata orang lain yang juga mengatakan hal yang sama seperti yang saya pikirkan. Bahkan ada salah satu temannya yang dengan gamblang mengatakan kalau dia sombong, suka ngejek temennya yang nggak bisa coding karena dia jago coding dan lain sebagainya. Bahkan selama kita satu kampus dan ambil jurusan yang hampir sama, kita sama sekali nggak pernah saling komunikasi. Pernah sih karena kelas sertifikasi MTA dan saya kebetulan satu kelas dengan dia. Saya kagum ketika dia dapet nilai 100 di Ujian MTA dan percayalah kalau soal dan materi yang keluar di ujian beda. Syukurnya saya masih lulus hehe.
Suatu ketika saya membutuhkan informasi tentang seberapa powerfull sebuah bahasa pemrograman, yang saya tahu dia cukup mahir dibidang itu. Sampai suatu ketika saya iseng-iseng kontak dia dan tanya. So, HUMBLE. Tidak ada satu pun kesan sombong-sombong nya kalau sudah komunikasi sama dia.
Bahkan sebisa mungkin dia akan menjawab apapun pertanyaan yang saya ajukan, dia mencoba "coding" sesuatu yang saya tanyakan. Sampai detik ini dia keep support. Padahal bisa dibilang saya menghubungi dia saat itu karena saya ada butuhnya.

Pernah juga saya bertemu dengan seseorang yang saya yakin dia baik dan bisa dipercaya. Saya pertama kali bertemu dengan dia ketika ibadah ditempat teman saya. Sampai saya memperayakan sebuah pekerjaan yang bagi saya saat ini cukup mengecewakan. Entah karena saya selalu positif menanggapi orang lain atau saya yang ceroboh percaya ke orang lain. Atau memang ada sesuatu yang kurang saya pahami dari kondisi dia saat ini sehingga ada guratan kekecewaan di saya.

Ada pula kakak angkatan saya. Selama dikampus dulu rasanya saya nggak pernah komunikasi intens, nggak pernah cerita secara dalam bahkan nggak pernah sharing tentang kehidupan privasi saya. Bahkan saya lebih dekat dengan kakak-kakak angkatan yang lain. Saya tahu dia, saya berteman dengan semua sosmednya, tetapi saya tidak kenal dia dengan baik. Saya tidak paham seberapa baik dia. Yang saya tahu dia adalah pemain basket, dia jurnalis dan kakak angkatan saya. Udah sebatas itu saja. Sampai rasanya masih konyol ketika saya sedang skripsi dan dia adalah satu-satunya kakak angkatan yang menawarkan bantuan. Honestly, saya membuat satu folder pribadi dilaptop saya. Isinya adalah hasil coding yang dia kasih dan saya kasih nama folder itu "superhero". Memang banyak yang memberi support "semangat ya" "semoga cepat selesai" dan lain sebagainya. It's good enough lah. Padahal kalau saya ingat-ingat bagaimana penilaian saya kepada dia selama dikampus nggak ada, dalam artian saya tidak pernah memberikan penilaian apapun. Kalau kata teman saya "dia arrogant". Saya juga nggak tahu, atau mungkin luput dari pengamatan saya aja.

Saya juga kenal salah satu tetangga saya yang sebenernya masih satu RT dengan saya. Penampilan luarnya aja bikin saya takut dan secara otomatis otak saya memberikan penilaian yang negatif kepada orang ini. Sampai suatu ketika saya melibatkan diri di kegiatan RT. Ya maklum memang saya orang desa dan saya bangga karena depan rumah saya bukan ruko, tapi sawah. Saya masih bisa ambil tebu langsung dari sawah dan menikmati manisnya sebelum diolah jadi gula. Oleh Pak RT setempat saya dipercaya jadi bendahara dan orang ini jadi ketua pelaksana. Serem sih awalnya, tapi yaudahlah apa salahnya saya komunikasi dulu yang baik. 180 derajat karakternya berbanding terbalik dengan penampilannya. Bertahan sampai 3-4 tahun saya dipercaya sebagai bendahara RT dan dia ketuanya. Ya memang tingkat RT doang sih hehe. Sampai akhirnya saya undur dan merasa sudah cukup kiprah saya buat RT.

Memang tidak selamanya First Impression itu salah. Tetapi menilai seseorang sebelum kita benar-benar mengenal dia dengan baik adalah sesuatu yang salah. Beberapa pengalaman saya banyak sekali belajar, apa yang kita pikirkan di awal tentang orang itu baik atau jahat tidak selamanya benar.

Kadang Tuhan mempertemukan kita dengan orang yang kita nilai baik diawal ternyata mengecewakan. Sebaliknya, ada yang kita nilai negatif dulu tentang orang itu ternyata dia sangat baik. Mungkin juga orang yang nggak pernah ingin kita kenal sebelumnya akan menjadi orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita. Semuanya terjadi dan mengalir begitu saja.

Apa benar ya kalau sebenarnya kita tidak perlu memberikan penilaian apapun ke orang. Biarkan waktu yang akan memberikan jawaban siapa orang itu dan melihat apa yang akan terjadi dengan kita.

Pengalaman-pengalaman manis dan pahit membuat saya saat ini tidak ingin memberikan penilaian baik atau jahat kepada orang baru atau orang lama dalam kehidupan saya. Bagi saya saat ini bagaimana saya mampu menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidup saya.

Setiap perjumpaan dan perpisahan memang tidak selamanya manis, tetapi ada maksud baik Tuhan disetiap hal yang terjadi. Pandai-pandai bersyukur :)

1 Samuel 16 : 7
Manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.

0 komentar:

Posting Komentar