Beberapa minggu ini memang tukang yang bekerja di tempat saya lembur-lembur. Mengingat satu minggu lagi bulan puasa dan memang ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum hari raya.
Saya bersyukur kalau diberikan partner kerja yang loyal untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan.
Setiap sorenya, sekitar pukul 18.00 para tukang baru saja selesai bekerja dengan hitungan lembur. Saya pun sebagai anak dari pemilik usaha memberikan respect kepada mereka dengan menyiapkan konsumsi setiap sore nya. Maklum ya, mereka bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 18.00, meskipun siangnya mereka sudah makan dengan bekal masing-masing, tetap mereka harus disiapkan makanan. Kami pun peduli dengan kesehatan fisik para tukang.
Biasanya saya dan mama masak sendiri untuk makanan tukang. Kadang ayam, daging, tahu tempe, telur dan lainnya. Kami usahakan selalu ganti menu setiap mereka lembur. Kebetulan kemarin saya fokus menyelesaikan data (skripsi) yang untuk saat ini adalah menjadi prioritas saya. Menyelesaikan studi yang sudah saya mulai menjadi hal utama yang saya kerjakan setiap hari.
Akhirnya saya memutuskan membeli makanan saja untuk konsumsi mereka. Saya pilih nasi goreng yang nggak terlau ribet dan saya rasa cukup lah untuk makanan tukang karena porsinya juga sudah cukup banyak. Saya menyiapkan makanan yang sudah saya beli ditempat biasanya mereka makan.
Satu per satu pak tukang mengambil makanan makanan yang disiapkan. Sore itu saya memutuskan untuk disana, ngobrol dan membaur dengan mereka, saya juga ikut makan dengan makanan yang sama.
Ada salah satu pak tukang yang tiba-tiba tersedak dan berkata
"nggak habis ce"
yaudahlah kalau emang nggak habis mau diapakan lagi?
"yaudah buang aja"
jujur saya menyesal setelah mengatakan itu dengan entengnya, pikir saya siapa pula yang mau makan sisanya tukang?
"pasti anak ku mau kok ce"
wait, saya terdiam beberapa saat dan baru sadar kalau ternyata si bapak membungkus kembali nasi gorengnya lagi untuk anaknya dirumah. Disitu saya langsung trenyuh dan melihat hati bapak yang sebenarnya.
Saya yakin kok kalau si bapak pasti lapar setelah kerja berjam-jam sebelumnya.
Bagi saya, makanan ini hanya Rp.10.000, nominal yang sangat kecil buat ukuran saya dan keluarga. Rupanya untuk orang lain makanan dengan nominal tersebut sangat berharga.
Kemudian malam harinya saya ngobrol tentang kejadian tadi ke papa.
"Papa pernah kayak gitu?"
"Nggak pernah, soalnya papa yakin kalau anaknya sudah jelas makan makanan yang lebih layak dirumah"
How blessed I am :)
Search
Popular Posts
-
Ketika semua hal yang terjadi harus memberikan sebuah jawaban, aku rasa beberapa kali aku membiarkan semuanya tanpa jawaban. Seperti ketika...
-
A : wanita B : pria Versi 1 (Dua orang bersahabat yang sedang bercakap-cakap di malam hari yang sedang bingung dengan hatinya setelah dia...
-
Dear all Blog ini sudah berusia hampir 2 tahun dengan karya-karya saya selama 2 tahun terakhir ini. Sebenarnya saya sudah menjadi seorang ...
Diberdayakan oleh Blogger.
About Me
Cara yang Ajaib
Bekerja disalah satu instansi pemerintah, bukan hal yang pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Sampai disatu titik, semuanya itu mungkin sa...
Cari Blog Ini
Popular Posts
-
Ketika semua hal yang terjadi harus memberikan sebuah jawaban, aku rasa beberapa kali aku membiarkan semuanya tanpa jawaban. Seperti ketika...
-
A : wanita B : pria Versi 1 (Dua orang bersahabat yang sedang bercakap-cakap di malam hari yang sedang bingung dengan hatinya setelah dia...
-
Dear all Blog ini sudah berusia hampir 2 tahun dengan karya-karya saya selama 2 tahun terakhir ini. Sebenarnya saya sudah menjadi seorang ...
0 komentar:
Posting Komentar