Kamis, 07 Desember 2017

Kalimat yang Menyentuh Hati

Kalau ucapan berasal dari hati pasti akan sampai ke hati, itu adalah prinsip yang saya dengar dari salah satu orang yang menginspirasi saya.

Belakangan ini saya dekat dengan sebagian besar anak SMP (tidak semua). Saya menjadi tempat mereka bercerita dari masalah pacaran, suka sama siapa, kabar orang tua, masalah dengan teman sekelas sampai kadang hal yang lucu dari anak-anak.

Termasuk juga dengan seorang anak yang belakangan ini mendekat kepada saya. Akhirnya pun saya membuka hati kepada anak ini. Sampai pada satu titik anak tersebut mengajukan permintaan kepada saya
"Bu, saya nanti mau belajar sama ibu ya?"
Kalau dipikir-pikir sepulang sekolah itu saya sudah lumayan capek dan bisa mengerjakan skripsi saya yang masih terbengkalai.
Kalau saya pikir dua kali, permintaan anak ini bukan permintaan yang layak ditolak, dia hanya minta "belajar bareng", saya spend waktu 1 jam dan saya bisa menyenangkan hati 2 sampai 3 anak. Dengan belajar sambil bercanda, membangun kedekatan saya dengan beberapa anak plus memberikan materi yang memang saya harus ajarkan kepada anak-anak.

Ditengah-tengah saya memperhatikan anak ini menuliskan di kertasnya, anak ini nyeletuk
"Bu, ibu jangan pindah ke sekolah lain kalau saya belum lulus ya, pokoknya jangan pergi dulu"
saya juga tidak tahu anak ini kenapa punya berpikiran semacam itu.

Saya terdiam beberapa detik

"disini banyak guru-guru lain, tidak boleh bergantung sama manusia ya"
"lah nanti itu anaknya ibuk gimana? ibuk ganti anak?"
Seketika saya ngakak 😂😂😂
"ya mana mungkin anak bisa diganti-ganti? teteplah anaknya ibuk. dia kan bakal tetap sekolah disini, ada ataupun nggak ada bu fika"

Saya membayangkan jika yang mengatakan itu adalah rekan sekerja atau mungkin atasan saya, pasti saya tidak akan membuat tulisan ini. Tapi karena yang mengatakan adalah seorang anak, hati saya trenyuh.

Saya pikir, saya tidak boleh membuat anak bergantung kepada saya. Anakpun harus bisa beradaptasi dengan siapapun yang dia temui dikehidupan.

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Selasa, 24 Oktober 2017

Presepsi Manusia (Saya bukan Satu-satunya)

Sudah selayaknya jika manusia mempunyai presepsi masing-masing. Termasuk presepsi saya menilai seseorang dari sudut pandang saya ditambah dengan presepsi saya memandang orang lain sesuai dengan keyakinan yang saya miliki.

Sebulan yang lalu saya mendapatkan tawaran mengajar seorang anak senin sampai jumat, satu jam setengah dengan upah yang cukup tinggi. Saya menyetujui tawaran tersebut, sehingga setiap malam saya datang kerumah orang tersebut dan mulai mengajar. Ada satu titik jenuh ketika setiap hari saya mengajar anak yang sama, pelajaran yang sama dan pola yang sama.

Disisi lain, keluarga anak ini adalah orang "terpandang". Bapak dan Ibu nya Haji, setiap saya kesana kedua anak gadisnya menggunakan jilbab komplit. Awalnya saya berpikir "yakin nih?", saya sampaikan di awal kalau saya berbeda keyakinan dengan beliau dan ternyata beliau baik-baik saja. Ya Okelah kalau dari pihak mereka setuju-setuju saja.

Didepan rumah anak yang saya ajar, ada mushola khusus. Ya memang itu adalah tempat ibadah khusus buat keluarga mereka "Gila nih keluarga mangku mushola" batin saya saat itu. Tapi ah sudahlah disini saya cuma mau ngajarin matematika dan IPA saja, tidak lebih.

Titik puncak kejenuhan saya melanda dan saya memutuskan untuk nggak masuk saja ngelesinya. Alasan saya saat itu adalah sakit. 3 hari terhitung Jumat, Senin, Selasa saya tidak datang kerumah beliau. Harapan saya besok Rabu saya akan kembali mengajar karena saat ini saya sedang jenuh. Saya memberikan kabar Jumat dan Senin dan mengatakan bahwa saya sedang sakit (sakit jenuh). Selasa memang saya tidak ngelesi dan tidak memberi saya, pikir saya beliau akan menganggap bahwa saya masih sakit.

Saat saya asik dengan laptop saya ada yang mengetuk pintu rumah dan terdengar sampai kamar saya. "Whaaaaat??? Aku diparani??? Mateeeeng koeeeen"

Dibukalah pintu oleh Mama dan Papa saya.
"Mbak Fika nya ada?"
"Oh ada"
Saya sudah menduga kalau itu adalah ibuknya, bapak dan anaknya. Tuh kan bener.

Puji Tuhan malam itu saya sakit gigi, sehingga mama saya langsung bilang "Mbak Fika sakit gigi ini"
"Ohhh aku terselamatkan karena sakit gigi" dan Ibu ini memberikan amplop (secara nominal buat saya itu banyak) dan BPJS supaya saya bisa berobat dan segera ngelesi lagi.

Kalau dipikir-pikir, saya bukan guru les satu-satunya di Malang, bahkan masih banyak guru les yang lebih baik dari saya dan tidak moody seperti saya. Dan percayalah, secara financial orang ini nggak bisa diragukan meskipun mereka berbeda keyakinan dengan saya. Care nya ngalah-ngalahin orang yang satu keyakinan dengan saya.

Padahal dulu saya sempat berpikir serem juga ngelesi di keluarga yang "sangat" menjunjung tinggi keyakinannya.

Ya begitulah, kadang manusia suka menyimpulkan dahulu. Seperti saya yang sudah mempunyai presepsi serem ketika tahu bahwa ini keluarga yang berbeda keyakinan, saklek, Keluarga Haji dll. Semakin belajar bahwa presepsi kita tidak selamanya benar.

Kamis, 05 Oktober 2017

Berawal dari Sebuah Pelanggaran

Saya tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya, saya tidak menjadi guru pengajarnya. Kami dipertemukan melalui ekskul yang saya ampu di sekolah tempat saya mengajar dan entah kenapa anak ini tertarik mengikuti ekskul saya. Padahal anak ini tergolong anak yang kurang bisa mengikuti ekskul saya. Ekskul saya ini adalah ekskul programming yang membutuhkan ketelitian lebih dibandingkan dengan ekskul lainnya.

Setiap saya melihat dia saya tertarik untuk mengenal anak ini lebih lagi. Dia adalah salah satu anak yang sangat sering menulis pelanggaran di sekolahnya. Setiap dia menulis pelanggaran, dia melihat ke arah saya semacam mencari perhatian saya. Iseng saya panggil anak tersebut ketika menulis pelanggaran "kamu kenapa menulis pelanggaran?" ada saja alasan yang diberikan mulai lupa kalau ada PR sampai ragu-ragu mengerjakan PR karena tidak paham materi yang di ajarkan.

Keesokan harinya dia menulis pelanggaran lagi dan saya memanggil dia lagi "sekarang melanggar apa lagi nak?" alasannya berbeda lagi, kali ini dia bilang salah melihat jadwal sehingga tidak membawa buku yang seharusnya.

Lagi, dia melanggar peraturan. Kalau saya lihat pada catatan, dia adalah anak yang paling banyak melakukan pelanggaran dan saya kembali ingatkan "nak, kenapa menulis lagi?" katanya lupa bawa buku. Kalau biasanya saya hanya menegur dia kali ini saya membuat kesepakatan dengan anak ini. "boleh kah kamu berjanji kepada Bu Fika?"
"janji apa?"
"janji kepada Bu Fika, besok tidak menulis buku tata tertib"
"iya Bu"

Keesokan harinya saya menunggu anak tersebut masuk kantor menulis buku pelanggaran dan ternyata dia tidak menulis. Wah anak ini hari ini tidak menulis buku pelanggaran, tapi ini masih jam pelajaran ke 5 dan 6. Masih ada jam pelajaran 7 dan 8. Siapa tahu nanti jam ke 7 dan 8 dia melanggar. Dia masih belum lulus janji karena jam sekolah belum berakhir.

Sampai bel pulang sekolah berbunyi ternyata anak ini menepati janjinya, minimal kepada saya. Saya berjalan pulang dan berharap masih bisa bertemu anak ini.

Ternyata dia masih bermain sepak bola bersama anak-anak yang lain dan dia melihat ke arah saya. Mungkin yang ada dipikirannya saat itu "Tuh kan saya nggak melanggar hari ini". Saya panggil dia lagi ditengah-tengah dia bermain sepak bola.
"Nak, besok janji sama Bu Fika lagi tidak akan menulis buku pelanggaran"
"Iya Buk"

Saya menunggu dia lagi untuk masuk kantor dan sampai pulang sekolah dia tidak masuk kantor untuk menulis buku pelanggaran. Artinya dia menepati janjinya yang kedua.

Anak ini bisa disayangi, pikir saya kala itu. Saya melakukan janji yang ketiga, keempat sampai dia tidak melakukan pelanggaran sama sekali selama seminggu penuh. Suatu siang saya pulang sekolah dan bertemu anak ini, saya memanggil dia lagi dan akan mengatakan hal yang sama
"saya tahu Bu, Bu Fika mau bilang besok saya nggak boleh nulis tatib"
"Betuuuul. Deal ya"
"Iya Bu"

Benar, akhirnya seminggu lebih dia bertahan tidak menulis buku pelanggaran, saya berbagi kepada sesama guru di kantor. Saya rasa sudah tidak perlu lagi mengingatkan anak ini.

Dugaan saya salah, beberapa hari kemudian dia melanggar lagi. Ketika dia melanggar, dia senyum-senyum kepada saya, mungkin dia tahu kalau saya akan memanggilnya kembali.
"melanggar apa lagi hari ini?"
"nggak bawa LKS"
"kenapa nggak bawa LKS?"
"lupa Bu"
"kalau hidung nggak nempel juga bakalan lupa?"
dia hanya senyum-senyum

Menurut cerita guru-guru yang lain, anak ini tergolong anak yang perlu ditolong dalam financial. Saya bukan orang berlebih, tapi saya berkecukupan. Jika untuk menolong anak ini, saya masih bisa karena nominal yang saya keluarkan tidak sampai 100rb per bulan.

Anak ini, belum melakukan pembayaran sampai bulan yang ditentukan untuk bisa mengikuti UTS. Saya memanggil dia secara pribadi
"nak, km tau kalau belum bayar SPP?"
"iya Bu"
"kenapa?"
(dia tidak bisa menjawab apapun)
"kamu tau kalau km sudah dapat beasiswa?"
"tau Bu"
"jadi kamu nggak membayar penuh kan? kamu hanya membayar sekian loh, ini karena guru-guru menilai kamu adalah anak yang hebat"
(dia masih diam dan tidak menjawab apapun)
"Bu Fika akan menolong kamu secara pribadi, Bu Fika yang akan bayar SPP kamu bulan ini tapi kamu harus janji menjadi seorang anak yang baik dan berprestasi"
(dia kembali diam tapi kali ini dia tidak menunduk tetapi melihat ke arah saya)
"Kamu bisa menjadi anak yang baik?"
"bisa Bu"
"Target nilai kamu berapa?"
"90 di matematika"

Saya berpikir, dia bilang seperti itu mungkin karena saya adalah guru matematika meskipun saya tidak mengajar di kelasnya. Dikelasnya diampu oleh guru lain sehingga saya tidak bisa melihat langsung kemampuan dia di kelas.

"wow, apakah itu tidak terlalu tinggi?"
"nggak Bu, saya yakin bisa Bu"
"Okee, ada lagi yang ingin disampaikan?"
"Ya, saya berusaha tidak melanggar lagi biar nggak bulis buku tatib"
"Okee, deal ya. Besok bawa kartu SPP"

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya saya juga mempunyai saudara yang sama-sama sekolah di sekolah ini dan sama membutuhkannya seperti anak ini dengan kondisi yang sama dengan anak ini, belum melunasi SPP sampai bulan yang ditentukan. Tetapi saya lebih memilih menolong anak ini. Keyakinan saya, anak ini bisa dikasihi dan disayangi.

"Nanti setelah istirahat ke Bu Fika bawa kartu SPP" Ucapan saya kepada dia ketika istirahat pertama dan benar dia menghadap saya setelah dia makan dan istirahat.

"Mana kartu SPP nya?"
(dia memberikan kepada saya, sambil melihat ke arah saya)
"Nak, Bu Fika nggak rela kalau anak sebaik kamu tidak bisa mengikuti UTS hanya karena belum membayar SPP. Lihat, Bu Fika ambil uang dari dompet Bu Fika sendiri untuk kamu. Bu Fika mau kamu menjadi anak yang baik dan berprestasi"
Saya menuliskan namanya pada selembar kwitansi dan dia memandangi saya. Saat itu saya tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran dia.

Flashback beberapa tahun yang lalu, saya diperlakukan sama oleh salah satu Dosen saya dikampus yang memberikan uang pribadinya supaya saya bisa mengurus KRS. Saya pernah ada di posisi dia dan saya mengingat detil-detilnya hingga saat ini. Saya ingat betul saat itu saya baru memasuki Semester 2.

"Makasi ya Bu" Sambil tersenyum tulus.
"Jadi anak yang baik yaa"
"Iyaa"

Semenjak kejadian itu, dia sama sekali tidak menulis buku pelanggaran dan tersenyum ketika bertemu dengan saya. Mungkin dia memang murah senyum hehehe.

Waktu UTS tiba dan saya bahagia ketika bisa melihat anak ini bisa duduk di tempat UTS nya. Hati saya teriris ketika saya juga melihat saudara saya masih mempunyai tanggungan yang sama tetapi saya memilih menolong anak lain. This is my choice. Saya memilih mengasihi dan menyayangi anak yang bisa dikasihi dan disayangi.

Kebetulan, hari pertama adalah matematika dan saya ingat betul janji dia dengan target nilai 90. Selesai UTS saya mengambil lembar soal dan lembar jawabannya. Saya tahu saya bukan guru pengampunya, tapi minimal saya bisa menjawab soal-soal yang dia kerjakan dan bisa memperkirakan berapa nilai yang dia dapatkan. Kurang sedikit lagi dia mencapai target. Dia memperoleh nilai 88 dan saya sampaikan itu ke anaknya. Rupanya anak ini menjadi takut dengan targetnya sendiri.

"Gapapa, Bu Fika yakin kamu sebenarnya bisa hanya kamu mungkin kurang teliti"
(dia diam saja dan menunduk)
"kenapa tidak bisa sempurna nak?"
"Kurang teliti Bu, maaf ya Bu saya nggak dapat nilai 90"
Ya ampuuuun dia bukan anak saya dan saya nggak mengajar dia, tapi dia punya rasa tanggung jawab. Minimal dia minta maaf karena targetnya yang hanya kurang 2 point saja.

Otomatis saya menjadi semakin respect kepada anak ini.
Semenjak kejadian itu guru-guru menyebut anak ini sebagai "anaknya Bu Fika"

Sabtu, 16 September 2017

Tantangan Baru

tidak banyak sih yang menyukai sebuah tantang, apalagi sudah tau bahwa tantangan tersebut tidaklah mudah. begitu pula dengan saya. sebenarnya saya suka dengan kehidupan yang ada di Zona nyaman. seperti sekarang, saya hidup bersama dengan keluarga yang baik, financial yang baik dan banyak hal yang selayaknya saya syukuri untuk hari ini.

namun, belakangan ini banyak yang membuat kehidupan saya semakin tertantang, bahkan ketika saya menulis tulisan ini. tantangan muncul.

Yas, saya harus menahan ngantuk. 11:45 AM
jam yang ada di laptop saya, oke sepertinya memang saya harus menyerah dan segera tidur siang. Happy Sunday all :)

Jumat, 15 September 2017

Memilih Kehidupan

Sebelumnya saya pernah menulis tentang sebuah pertanyaan. Jika saya harus menukar hidup saya, saya akan menukarnya dengan apa? Berbeda dengan konsep tulisan sebelumnya, yang mana saya sudah merasa sangat yakin dengan apa yang saya pilih saat itu.

Bertemu dengan berbagai realita kehidupan. Tuntutan keluarga, latar belakang pendidikan, kebutuhan diri untuk berkembang pun membentuk sebuah pilihan-pilihan yang akan kita tetapkan. Kalau saat itu, saya yakin akan menukar hidup saya dengan mengajar karena itu adalah sebuah passion, ada hal lain yang akhirnya memaksa untuk melepaskan passion.

Lama atau sebentar, keputusan untuk meninggalkan zona nyaman pasti tercapai. Step by step.

Ya, hidup adalah pilihan.

Maybe, next time I will share my life choice.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah - Roma 8:28



Minggu, 20 Agustus 2017

Tidak Suka Menjadi Guru

Baca Sampai Selesai, Jangan Hanya Judulnya :)

Hampir satu tahun saya bergabung dengan salah satu sekolah swasta di Malang dan mengajar mata pelajaran matematika serta mengisi ekskul programming.
Ngomong-ngomong tentang judul, tidak suka menjadi guru. Ya, memang ada beberapa hal yang saya tidak suka menjadi seorang pengajar.

Pada dasarnya, saya orang yang suka mengajar, bertemu dengan anak-anak yang menyambut saya "Bu Fikaaaa... bla bla bla" Sederhana tetapi itu sangat menyenangkan. Saya bisa mendapatkan spirit ketika bercanda bersama dengan mereka.

Tetapi semakin kesini saya menyadari apa yang saya lakukan. Saya membuat materi, saya memberikan ulangan, saya mengoreksi ulangan dan melayani anak-anak yang kadang curhat. Kalau bahagia dengan melakukan itu semua tentu saja saya bahagia.

Beberapa minggu lalu saya mendengar sharing dari pembicara tamu yang datang ke sekolah saya bahwa profesi seorang guru itu profesi Annomali. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Harus begini harus begitu. Setiap ketemu dengan murid kalau bisa selalu memberikan teladan dan lain sebagainya. Ya saya setuju dengan pendapat tersebut.

Belakangan ini saya banyak berkecimpung di bidang sosial muda-mudi. Termasuk saya menduduki posisi sosial yang cukup kuat. Yang namanya muda-mudi itu sudah selayaknya pulang malam dan bertemu dengan muda-mudi lain. Kalau semua muda-mudi berkarakter seperti saya wah ya tentu saja bakal garing. Serius dan banyak mikir. Mau tidak mau saya harus gabung dengan mereka yang "kadang" bercandanya berlebihan dan memang tidak baik kalau diterapkan di sebuah pekerjaan yang berkecimpung di bidang edukasi.

Ditambah lagi, saya perempuan. Hal yang saya bingung "kenapa perempuan yang pulang malam cenderung mendapat judge dia perempuan tidak baik". Padahal saya pulang malam dengan alasan yang jelas. Ya itu aturan sosial yang memang tidak tertulis :)
Toh orang tua saya tidak keberatan dengan hal tersebut, tapiiiii ketika saya papasan dengan murid saya yang kebetulan bertetangga dengan saya jadilah pembicaraan pagi di sekolah
"Bu Fika kemarin pulang malam sama mas __________, cieeeeeeee"
Nah loh, salah kan? Harusnya guru nggak boleh ngasih contoh pulang malam, harusnya ngasih contoh jam belajar, tidur sebelum jam 10.
Oke tunggu, kalau pagi sampai siang saya sudah disekolah kemudian sore saya harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan lain, malamnya saya harus memberi contoh belajar dan nggak pulang malam, kapan dong saya menghidupi kehidupan sosial saya?

Padahal bersosialisasi dengan orang lain juga bentuk keseimbangan hidup. Banyak anak pandai belajar, pandai mengerjakan soal-soal matematika tapi buat berbicara dengan orang lain megap-megap. Loh kalau di sekolah kan sudah bersosialisasi?
Kehidupan bukan hanya disekolah saja, Indonesia itu luas. Banyak hal yang harus kita kenal. Kalau merasa sudah cukup bersosialisasi di sekolah, kalau sudah lulus sekolah gimana? Nggak kenal apapun dong.

Belakangan ini pun saya sedang suka dan tertarik dengan salah satu topik penelitian di bidang IT. Kalau saya mahasiswa dulu, saya di jejali dengan jurnal-jurnal penelitian. Tapi sekarang, untuk memahami satu jurnal saja membutuhkan waktu berminggu-minggu. Kenapa? Karena waktu saya habis untuk memberikan ilmu dan mengajar. Sedangkan input yang saya terima untuk diri saya sendiri sangat kurang.

Ealah, yang penting kan sudah lulus kuliah, tinggal ujian skripsi dan wisuda. Pertanyaannya, apakah perkembangan dunia akan berhenti ketika saya sudah lulus kuliah?
Ketika saya lulus kuliah, teknologi dan jaman akan tetap berkembang. Tidak peduli saya lulus kuliah tahun berapa. That's why, ketika saya bergabung dengan sekolah ini saya merasa "andai saja saya punya waktu khusus untuk mengembangkan diri saya"

Sebenarnya itu adalah kesedihan sendiri yang saya rasakan. Tidak cukup hanya memberikan pengajaran, tetapi seorang pendidik harus tetap mendapatkan input untuk mengembangkan diri sendiri. Minimal update dengan perkembangan teknologi jaman sekarang.

Sebegitu saja sih :)

Solusinya, ya jangan buang-buang waktu untuk hal yang nggak penting saja :)

Minggu, 23 Juli 2017

Grow Me Pertama

Senin, 24 Juli 2017 adalah hari pertama saya mendampingi kelompok Grow Me. Grow Me itu adalah salah satu kegiatan di Sekolah Kristen Pamerdi, yang isinya adalah saling berbagi tentang buku yang sudah dibaca.

Karena berbarengan dengan anak TK yang sedang memperingati Hari Anak Nasional, jadi suasana pagi itu cukup ramai. Anak-anak tentu saja tidak bisa fokus. Saya pun sebagai fasilitator pagi itu tidak memaksa mereka untuk fokus membaca, ya saya pun kesulitan fokus pagi itu.

Kemudian ada satu anak yang mencoba mendekat ke saya, saat itu posisi saya berdiri dan dia tiba-tiba berdiri. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan ini ke anak lain. Secara saya tipe orang yang cenderung diam dan cuek, bahkan saya memilih untuk tidak terlalu mencampuri urusan orang lain.

Pagi itu berbeda, saya bertanya kepada nya
"namanya siapa? maaf Bu Fika belum hafal"
dia menjawab dengan lirih. Saya menanyakan hal yang umum ditanyakan kepada murid baru tentang bagaimana sekarang sekolah disini? teman-temannya baik? Tinggal di asrama ya, bagaimana kakak-kakak di asrama.

Dia menceritakan begitu banyak pengalaman hidupnya. dia berasal dari Sidoarjo, dia tinggal bersama dua kakak laki-lakinya dan satu adek perempuannya serta Mama nya. Saya bertanya kabar mama nya. Harapan saya jawaban yang saya peroleh adalah "Mama saya baik-baik saja", tetapi jawabannya berbeda, dia bercerita tentang kakak pertamanya yang berani melawan Mama nya.

"Bu, mama saya biasanya di jambak kakak saya, kadang juga di dorong" dengan bahasanya yang lugu.
"Loh, kamu melihatnya?"
"Iya Bu, di depan saya"
"Hmm, tapi kamu sebenernya sayang nggak sama kakak?"
"Ya sayang, tapi saya kasian sama mama. Kakak saya yang kedua biasanya juga bertengkar dengan kakak saya yang pertama karena membela mama"
"Hmm begitu"

Karena ini pengalaman saya yang pertama kali, saya bingung. Terus apa yang harus saya lakukan dengan mendengar cerita tadi?
Akhirnya saya gali lagi supaya dia mau bercerita.
"Setiap hari berdoa buat kakak?"
"Kadang-kadang Bu"
"Apapun yang terjadi dengan kakak, harus tetap ingat kalau itu adalah kakak nya, harus tetap menghormati dan menghargai. Tidak boleh membenci, minta sama Tuhan supaya hati kakak dilembutkan"
"Bu, saya bawa foto nya. Ibu mau lihat?" Saya kaget dan antara bingung campur terharu.
"Boleh, ayok kita lihat bareng-bareng" Saya melihat foto kakak pertamanya yang dia ceritakan sering memukul ibunya.

Karena saya bingung, saya nggak sempat menanyakan apa penyebab kakaknya memukul ibunya. Saya mengalihkan pembicaraan tentang adiknya.

"Kalau adeknya sudah sekolah?" tanya saya
"Sudah, kelas 5 SD, tapi di Sidoarjo. Buat saya adek saya sangat special" Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
"special kenapa?" saya ingin dia merasa kalau saya adalah orang yang pas untuk dia berbagi cerita.

Ketika dia masih SD dulu, dia kehilangan uang sebesar 20 ribu rupiah. Uang itu seharusnya dia gunakan untuk mencicil buku LKS, karena uangnya hilang dia tidak bisa membayarnya. Dia bercerita kepada adeknya yang lebih kecil dari anak kelas 5 SD. Saya membayangkan seorang anak kecil yang biasanya uangnya dipakai habis untuk jajan tapi mau memecah tabungannya untuk kakaknya yang baru saja kehilangan uang. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan anak tersebut, betapa dia menyayangi adeknya.

"Kamu kenapa nangis?" tanya saya karena pipinya sudah penuh air mata
"saya merindukan adek saya, kalau di asrama saya tidak bisa bersama adek saya"
Saya meilirik jam tangan saya 08.15 sudah seharusnya bel pergantian pelajaran. Saya tidak bisa melanjutkan lagi, saya sudah bingung campur terharu campur perasaan "ini sudah harus bel"

Saya menutup percakapan kami pagi itu dengan berdoa bersamanya. Untuk yang pertama kalinya dia memeluk saya dan berkata "Bu Fika terimakasih ya". Saya tersenyum dan menjawab "Semangat ya, kamu pasti bisa jadi Dokter, belajar yang rajin dan jangan lupa berdoa"

Mungkin karena ini pertama kalinya ada anak yang sangat percaya kepada saya, saya merasa pengalaman ini adalah pengalaman yang indah :)


Kamis, 06 Juli 2017

Menukar Hidup

Saya yakin, setiap orang dilahirkan ke dunia ini pasti mempunyai sebuah tujuan. Entah sadar dengan tujuan yang Tuhan berikan atau mungkin membiarkan saja tujuan yang sudah Tuhan tetapkan dalam kehidupan kita.

Tulisan ini tidak sepenuhnya ide dari saya, baru saja saya melihat sebuah video di youtube yang judulnya untuk apa anda hidup?
Sebenarnya sudah lama saya diberikan rekomendasi oleh pembuat video itu, yang kebetulan kenalan saya. Terakhir saya bertemu dengan dia saya diberikan satu pertanyaan dan baru sekarang saya bisa menjawabnya. Pertanyaan yang sangat sederhana, jika anda boleh menukar usia, waktu dan hidup mu maka kamu mau menukar itu dengan apa? Jujur, saya tau apa tujuannya bertanya seperti itu sayangnya saya tidak bisa dengan gamblang menjawabnya.

Kemudian pertanyaan yang diberikan kepada saya "passion mu itu apa?". kalau pertanyaan ini saya tidak ragu-ragu untuk menjawabnya.
"passion saya mengajar"

Ngomong-ngomong tentang passion, apakah yang membaca blog saya sudah tau apa yang dimaksud dengan passion?
saya dan beberapa kenalan saya saat berbincang sepakat bahwa passion adalah hal yang paling kamu sukai untuk melakukannya meskipun itu tidak dibayar sekalipun. meskipun harus ada pengorbanan yang diberikan, yang namanya passion tetap akan menjadi passion.

Saya tidak suka bercerita tentang orang lain, saya lebih cenderung berbagi tentang kehidupan saya pribadi. Salah satu passion saya adalah mengajar, meskipun tidak dibayar sekalipun saya suka dan saya menjalahi, syukur-syukur kalau passion itu akhirnya menjadi pekerjaan yang menghasilkan income.
Saat ini salah satu pekerjaan saya adalah seorang pengajar resmi disebuah sekolah swasta dan sudah memberikan andil meluluskan banyak siswa :)
Ini adalah hal yang saya syukuri ketika passion saya menjadi pekerjaan saya.
Sebelumnya saya menjadi asisten dosen selama kuliah. Job Desk nya saya harus mengajar materi sesuai dengan silabus yang diberikan oleh Dosen Pengampu. Hampir 3 tahun saya menjadi asisten dosen, dibayar? Nggak :)
Tapi saya suka melakukan itu karena itu adalah passion saya. Saya mempunyai sebuah kebanggaan ketika melihat seseorang yang awalnya bingung kemudian dengan sedikit penjelasan berkata "oalah gitu ternyata caranya" :)
Sejak SMP saya sudah mengajar anak SD yang belum bisa membaca sampai dia lulus SD dan karena kesibukan, saya tidak lanjut mengajar, saya datang kerumah murid saya dan dibayar seikhlasnya. Meskipun demikian, saya sangat menikmati kegiatan ini.

Passion saya yang kedua adalah menulis, kalau iseng-iseng membuka google dan memasukan kata kunci "fika handani" selain sosmed saya yang muncul, hampir bisa dipastikan muncul juga tulisan-tulisan saya sejak saya masih duduk dibangku SMA. Saya sudah cek sendiri, ketika saya masuk google dan mengetik kata kunci fika handani, sampai dihalaman kelima google itu adalah karya saya.
Tulisan yang dimuat dalam beberapa website pemberi informasi sampai tulisan saya yang masih alay dan labil, kalau saya baca tulisan saya semasa saya kelas 1 SMA, saya geli dan berkata pada diri saya sendiri "saya sudah pernah alay". Dilaptop saya sudah pukul 22.59 dan saya tidak dibayar untuk menulis hal semacam ini, tetapi saya sangat menikmati passion saya. Dan saya harap kalian tidak membaca tulisan saya dimasa saya sangat alay, kalau mau dibaca ya gpp.

Meskipun menjalani passion itu tidak dibayar bukan menjadi masalah lantas mencari uang itu tidak penting, next time saya akan menulis tentang hidup dan uang.

So, what is your passion?
Kalau anda mau menukar hidup anda, anda akan menukar dengan apa?
(apakah menukar waktu dan hidup saya untuk mencintai seseorang yang tidak jelas mencintai saya apa enggak, meskipun tidak dibayar saya akan tetap cinta :p yang penting kan melakukan hal yang kita sukai meskipun tidak dibayar gak apa-apa)

Tidak ada yang salah dengan passion, termasuk passion anda mencintai dia yang tidak jelas. Kembali kepada hal pertama kenapa kita dilahirkan ke dunia? Sudah pasti mempunyai tujuan. Tujuan hidup itu harus berdampak. Saya berbagi tentang prinsip saya dalam iman dan ingin menjadikan prinsip saya berdampak.
Orang yang beriman harus bertumbuh dalam iman, iman juga harus berbuah dan buahnya harus manis dan bisa dinikmati banyak orang.

Sama ketika saya mempunyai passion mengajar saya ingin memberikan dampak kepada mereka yang saya bagikan sebagian ilmu saya. Setiap hari pun saya dituntut untuk menjadi seorang yang bisa memberikan teladan mulai dari bersosial media dengan bijak, bertutur kata dengan baik, memperlakukan orang lain, menepati segala ucapan yang saya pernah katakan, datang ke berbagai kegiatan tepat waktu dan lain sebagainya. Sangat sulit dan setiap hari saya belajar. Tidak hanya yang kelihatan, bahkan dalam kerohanian dan dalam hubungan saya dengan Tuhan saya harus bisa memberikan teladan yang baik. Mungkin itu harga yang harus dibayar untuk sebuah passion.
(bayangin aja kalau misalnya ada yang datang dan tiba-tiba bertanya "bu yang dimaksud dengan ragi farisi dan saduki itu apa ya?" untung saat itu saya paham maksud bacaan di kitab matius, andai saja saat itu saya nggak ngerti apa itu ragi farisi dan saduki, entahlah apa klaim mereka tentang saya sebagai pengajar, based on true story :p apalagi dengan budaya belajar indonesia yang menganggap guru adalah dewa yang sakti)

Begitu pula ketika saya menulis dan membagikan cerita hidup saya, saya ingin tulisan saya berdampak dan memberkati setiap mereka yang membaca tulisan saya. Mangkanya jangan membaca tulisan saya dimasa saya masih alay, selain saya sudah berubah untuk sedikit tidak alay, tulisan alay saya tidak akan bermanfaat kalau dibaca hehehe.

Saya rindu menjadi seorang guru besar yang bisa menginspirasi banyak orang dan tulisan saya bisa Go Internasional. So, sampai sekarang saya tetap belajar bahasa inggris karena saya ingin mempersiapkan diri saya untuk Go Internasional. Itu adalah mimpi saya.

Saya tidak ingin ketika saya ditengah-tengah mengajar atau ditengah-tengah menulis kemudian Tuhan memanggil saya dan saya hanya akan dikenal sebagai
"Oh, Fika yang lulusan Ma Chung"
"Oh, Fika yang jadi guru di sekolah itu"
"Oh, Fika yang suka nulis status galau"
dan mungkin Oh Fika Oh Fika yang lain. Saya sedang mempersiapkan diri, kapanpun saya dipanggil Tuhan, saya bisa berkata kepada Tuhan
"Tuhan, saya sudah menjalani dan menukar hidup saya dengan menjadi seorang pengajar yang berusaha baik di ................. dan menulis sebagian perjalanan hidup saya dan melibatkan Engkau didalam tulisan-tulisan saya"

Diusia saya yang 20 tahun ini, saya sudah siap dengan semuanya. Btw bukan saya pengen cepet-cepet dipanggil Tuhan loh ya hehehe :p
Saya sudah menukar hidup saya.

Jadi kalian mau menukar hidup kalian dengan apa?
a. Dengan mencintai dia yang entah mencintai balik apa enggak
b. Cari uang sebanyak-banyaknya
c. Seneng-seneng dan Foya-foya entah sumbernya dari mana
d. Nonton drama korea seumur hidup
f.  __________________________________________

Saya berharap kalian bisa mengisi bagian f
Toh saya sudah memberikan beberapa opsi jawaban yang mungkin bisa dipilih :)
Kalau belum menemukan jawaban berdoalah dan mintalah tuntunan roh kudus untuk menemukan apa passion yang Tuhan tetapkan dalam kehidupan kalian.

Salah satu tips bagaimana menemukan passion adalah carilah terlebih dulu inspirasi dari Tuhan, saya pribadi menemukan inspirasi dari Tuhan yang menjadi Guru dan Pengajar dibanyak tempat :)
(cerita paling menjadi favorite saya adalah ketika Tuhan mengajar ribuan orang dan memberi makan semuanya dengan 5 roti dan 2 ikan)
Temukan untuk diri anda :)

Keep Shining and Be Blessed :)

Senin, 03 Juli 2017

Panggilan Sayang

Pernah nggak mendengar sepasang kekasih yang memberikan panggilan sayang kepada pasangannya sebenarnya sebuah ejekan yang nggak sepantasnya diberikan kepada orang yang dikasihi?
Misalnya
"Hai Ndut Gendut"
"Cerewetku sayang"
"Pesek"
dan mungkin masih banyak panggilan sayang lainnya.

Sebenarnya fine-fine saja kita memanggil orang dengan sebutan apapun selama orang yang bersangkutan tidak masalah dengan panggilan sayang yang kita berikan.
Tapi kembali kepada sebuah nama. Setiap orang tua memberikan nama kepada anaknya dengan harapan yang baik.

Misalnya nama saya sendiri.
FIKA, dulu papa ingin memberikan nama PIKA it's mean "Putriku Ingatlah Kepada Allah" karena mungkin P dan F itu lebih keren F, ya akhirnya Papa memberikan nama FIKA dengan tujuan yang mulia, supaya Putrinya selalu ingat kepada Allah.
HANDANI, itu marga Chinese yang turun temurun. Search dengan keyword "Marga Cina Hamdani", Pakai M ya :)
kembali dimodofikasi oleh Papa menjadi HANDANI yaitu Singkatan nama dari kedua orang tua saya "Hartatik And Toni -> HANDANI"
Secara Keseluruhan saya adalah putri dari kedua orang tua saya yang diharapkan untuk selalu ingat kepada Allah :)
mulia sekali bukan tujuan orang tua memberikan nama kepada anaknya?

Saya yakin setiap nama yang diberikan oleh kedua orang tua mempunyai maksud dan tujuan yang mulia.
Kemudian setelah dewasa mereka bertemu dengan seseorang yang mungkin mereka anggap mencintai dan menyayangi mereka. Sebut saja pacar, saya tidak iri dengan mereka yang memberikan panggilan sayang apapun kepada pasangannya, tetapi yang saya sayangkan adalah jika mengasihi seseorang mengapa harus memberikan sebutan buruk? "ndut" misalnya.
Ya mungkin benar kalau badannya memang gendut, atau mungkin montok yang berlebihan, atau mungkin makan yang tidak diatur, atau mungkin tidak suka olah raga. Ya itu alasan kenapa akhirnya memanggil ndut hehehe.

So, disini saya hanya ingin membagikan pemikiran saya. Kenapa tidak memberikan panggilan sayang yang memberkati saja kepada pasangan. Misalnya cantik, ganteng, my best dan lain sebagainya. Selain lebih enak didengar, ucapak itu adalah doa.
Jadi, gunakan mulut untuk mengucapkan panggilan-panggilan sayang yang memberkati.

Jumat, 16 Juni 2017

Addictive Relationship

"Bagaimana jika kita sudah terlanjur sayang?"
"Sebenernya saya tahu kok kalau dia gak baik buat saya, tapi gimana ya kak, saya sudah coba melupakan dia tapi pasti bakalan keingat lagi"
"Dia emang sering bikin repot saya sih kak, dia juga beberapa kali minta uang saya, tapi kan namanya manusia kita harus mengasihi sesama"
"Ya kata-katanya memang kasar, kadang dia juga sering ngilang-ngilang gak ada kabar dan kalau aku nanya kenapa pasti dia punya alasan yang nggak bisa aku tentang"
"sikapnya kadang baik, kadang juga bisa cuek sama aku kak. beberapa kali dia bikin aku nangis"

pernah mendapat curhatan seperti itu?
atau mungkin sedang mengalami hal tersebut?

Saya setuju, perasaan-perasaan seperti ini sangat sulit dihadapi terutama kaum wanita. Tidak jarang wanita yang mau bertahan dengan hubungan yang sudah jelas salah hanya karena satu alasan "sudah terlanjur sayang" dan keyakinan bahwa "suatu saat dia pasti berubah".

Pada dasarnya wanita itu memang sangat lemah di perasaan. Sedikit perhatian yang diberikan oleh cowok, apalagi kalau cowoknya ganteng dan pinter ngegombal hampir dipastikan wanita itu "baper". Saya juga wanita, saya pun pernah mengalaminya. Jujur memang, saya sering sekali baper. Namun, saya sadar kelemahan saya sebagai wanita. Saya sadar perasaan wanita memang sangat lemah. Ketika kita sudah sadar dengan kelemahan kita, maka jangan main-main di kelemahan kita. Begitu yang saya terapkan.

Pengalaman terakhir saya dengan seorang pria yang jelas tidak baik bagi saya saat itu. Sebut saja si X.
Kami sudah sangat dekat, bahkan sampai sekarang kesan banyak orang yang menilai "saya adalah kekasihnya si X" meskipun kami berdua tidak pernah berkomitmen apapun. Saya suka, ya saya akui saya suka. Bahkan kepada siapapun yang bertanya kepada saya, saya tidak pernah mengelak dengan perasaan saya, saya tahu kalau itu menyakitkan, jadi saya tidak melakukannya. Sampai sekarang pun, meskipun sama sekali saya tidak peduli lagi dengan kehidupan si X, masih saja ada orang-orang yang menganggap saya masih punya hubungan special dengan si X. Bahkan setelah saya sudah berkomitmen dengan tujuan yang jelas dengan orang lain.
Masa-masa kami dekat, seakan-akan memang kami ini nggak akan terpisahkan (saya dan si X). Kemana-mana kami berdua. Saya beberapa kali membantunya menyelesaikan tugasnya, dia beberapa kali membantu saya menyelesaikan tugas saya. Hampir setiap hari kami melakukan interaksi, baik sekedar chat atau keluar sampai larut malam.
Bisa dibilang saat itu saya "kecanduan si X". Kalau ada si X saya jadi semangat, kalau tidak ada si X saya jadi tidak semangat. Saat itu saya memberikan perhatian yang sangat besar kepadanya, karena saat itu kebutuhan saya melampiaskan emosi saya karena rasa kecanduan tadi.
Sampai pada satu titik, hubungan kami menjadi tidak baik-baik saja karena adanya pihak ketiga.
Pada dasarnya tidak ada satu wanita pun yang suka melihat lelakinya dekat dengan wanita lain meskipun alasan "hanya teman" termasuk juga saya. Saat itu saya memang tidak suka melihat dia dekat dengan wanita lain. Dia kan sudah sangat dekat dengan saya, kenapa harus ada sosok wanita lain? Pikir saya saat itu.
Banyak hal-hal kompleks yang terjadi, sampai saya juga tidak habis pikir kenapa kejadian itu harus terjadi. Sampai saya memutuskan semua hubungan dengan si X.
Sedih? ya tentu saja. Saya merasa kecewa beberapa hari saja. Ingat ya, beberapa hari saja.

Akhirnya saya mendapatkan satu pemahaman bahwa, sebenarnya yang saya rasakan saat itu bukanlah kasih sayang yang murni kasih sayang. Saya menyadari, saat itu saya hanya "addictive relationship" yang akhirnya membatasi saya melakukan apapun. Misalnya, saya tidak melakukan apapun kalau tidak ada dia, saya kehilangan semangat kalau tidak ada dia. Hal ini tidak baik bagi saya.

Percayalah kalau sebenarnya saat itu saya sudah bisa dikatakan "terlanjur sayang". tetapi Tuhan itu baik, yang tidak akan membiarkan anakNya berada pada posisi yang salah terus menerus, meskipun teguran yang diberikan saat itu sangat sakit. Ketika saya dengan pasti dan yakin untuk memutuskan segala hubungan dengan si X. Secara manusiawi saya berat hati, setiap hari yang saya sebut dalam doa "Bapa, kalau memang dia tidak baik buat saya, Bapa ambil perasaan suka kepada dia dari saya, Bapa lembutkan dan pulihkan kehidupan saya".

Saat ini saya bisa tertawa dan bahagia diatas tangisan yang dulu saya alami. Dengan mata kepala saya sendiri saya bisa melihat bahwa semakin hari ternyata dia bukanlah sosok yang baik bagi saya. Dan saya bisa membuat daftar yang membuat saya bersyukur sudah tidak lagi bersamanya.

1. dia tidak membuat saya semakin dekat dengan Tuhan, saya bukan orang yang religius sekali tetapi saya tetap percaya saya ini tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan.
2. dia membuat hubungan saya dan orang tua saya menjadi tidak baik. beberapa kali saya berbohong kepada orang tua saya hanya karena saya ingin bertemu atau sekedar jalan-jalan dengannya, dan ini jelas sangat tidak baik.
3. dia membuat saya tidak mencintai diri saya termasuk kesehatan saya. dia seorang perokok berat, bahkan dia pernah mengatakan "mending gak nikah daripada gak merokok". dulu saya masih toleransi meskipun didekat saya dia merokok dan saya terganggu dengan asap rokoknya, yang tidak baik buat kesehatan saya. papa saya perokok, tapi papa tidak pernah merokok didekat saya karena papa sayang ke saya dan mama. sudah hampir dipastikan dia tidak menyayangi saya
4. dia tidak memberikan kejelasan status kepada saya. bagi wanita status itu sangat penting, dengan tujuan dan komitmen yang jelas.
5. secara financial dia masih belum cukup mandiri. bukan matre, tetapi realistis. bagaimana bisa saya akan menjalani hubungan jika saya hidup dengan seseorang yang kebutuhan financialnya saja masih bergantung kepada orang lain?
6. dia tidak mempunyai tanggung jawab yang baik. dia adalah partner saya dalam berorganisasi dan saat ini dia meninggalkan semua tanggung jawabnya sebagai ketua :) saya bersyukur mengetahui sejak sekarang. bahkan dulu, saya sering melihat dia tidak bertanggung jawab dengan tugas kuliahnya sendiri, sering kali tugas kuliahnya dikerjakan oleh "cewek" yang menjadi pihak ketiga tadi hehehe.
7. dia sama sekali tidak mempunyai hati nurani, hal ini tidak layak saya jabarkan karena hal ini menyangkut kehidupan keluarganya
8. dia tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik
9. dia tidak jujur. sering kali saya curiga dengan hal-hal yang dia katakan dan seringkali kecurigaan saya ini benar. termasuk kecurigaan saya mengenai pihak ketiga tadi :)
10. dia masih kekanak-kanak an, dia tidak bisa memegang teguh apapun yang dia katakan, termasuk komitmen yang dia buat sendiri atau tanggung jawab yang dia sudah ambil sendiri. dia tidak berani menghadapi kesalahan yang dia perbuat sendiri.

Hal-hal tersebut membuat saya semakin membuka pikiran dan mata saya tentang dia. Sampai akhirnya Tuhan mempertemukan saya dengan seorang yang jauh lebih baik.
Tidak ada satupun dari daftar diatas tadi yang melekat pada kekasih saya saat ini.

1. Sudah jelas dia membawa saya lebih mencintai Tuhan, meskipun pelan-pelan dia berusaha meyakinkan saya untuk mengasihi dan mengampuni, sering kali saya bantah dan cekcok dengan saya, tetapi dengan kasih dia bisa mendukung saya untuk semakin bertumbuh didalam Tuhan.
2. dia menghormati kedua orang tua saya, demikian juga saya menghormati kedua orang tuanya dan kami sangat terbuka dengan hubungan yang sedang kami jalani.
3. dia mencintai dirinya dan mencintai saya sebagai bait yang kudus dan berkenan bagi Tuhan, termasuk menjaga kesehatan
4. kami mempunyai status, visi dan tujuan yang jelas tentang hubungan kami. tidak hanya berpikir bahwa ini sementara, kami tidak ingin sementara, meskipun kami tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, hanya kami yakin bahwa yang terjadi nantinya itu yang terbaik bagi kami :)
5. Mandiri dalam financial Baik saya ataupun dia. Kami sudah punya penghasilan yang cukup, bahkan berlimpah. Dia sudah mempunyai rumah, kendaraan, pekerjaan dan bisnis pribadi yang jelas :)
6. dia sangat bertanggung jawab, minimal bertanggung jawab dengan kehidupannya sendiri dan sama sekali tidak merepotkan saya sebagai pasangannya. Bahkan dia yang selalu berusaha membahagiakan saya :)
7. dia mempunyai hati yang sangat lembut, dia mencintai Tuhan lebih dari apapun dan saya bangga

Saya berpikir jika dulu saya berkeras hati pada perasaan "saya sudah terlanjur sayang kepada si X", dapat dipastikan hidup saya tidak akan seberkualitas sekarang. Bagi saya pribadi, tidak ada yang namanya terlanjur sayang, yang ada hanyalah kecanduan yang akhirnya mengikat diri kita sendiri.

Kamis, 08 Juni 2017

Sosmed yang Memberkati

Kemarin, 07 06 2017 saya bersama dengan rekan sekantor saya dan sekaligus rekan seperjuangan dari dulu jalan-jalan ke sebuah Mall di Kota Malang.
Rute kami yang pasti pertama kali adalah food court karena sepulang dari kantor dan mengajar, kami lapar, kemudian kami membeli beberapa film dan masuk ke sebuah toko Buku.

Dia mengajak saya untuk melihat-lihat buku yang berkategori religion. Ada sebuah buku yang menarik perhatian saya "Jempolmu Harimaumu".
Saya berniat membeli buku itu dan membacanya ketika saya sudah dirumah.

Bagian pertama dari buku itu berbicara tentang bagaimana keadaan saat ini, sosmed digunakan untuk menebarkan kebencian dan permusuhan.
From deepest of my heart, pernyataan itu seperti Tuhan sediakan untuk menegur diri saya sendiri.
Kalau dibilang saya ini hits, yah bisa jadi karena followers sosmed saya juga lumayan banyak hehehe :p

Sekitar 2 bulan yang lalu, i do it. Saya menggunakan sosmed dengan cara yang tidak bijaksana. Banyak kata-kata dan kalimat-kalimat yang saat ini saya sadari saat itu sama sekali tidak memberkati. So far, saya bersyukur karena setelah membaca buku tersebut saya bisa bercermin dan memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Btw, dibalik cerita kenapa sampai saya tidak bijaksana dalam bersosial media, saat itu saya terpancing dengan seseorang yang tidak penting.
Saya tidak ingin menceritakan dalam postingan kali ini karena saya rasa ceritanya tidak akan memberkati kok :)

So, bijaklah dalam bersosial media.
Termasuk saya sendiri juga masih belajar dan terus belajar untuk bersosial media dengan bijak :)

Rabu, 10 Mei 2017

Tentang Kamu dan Mereka

Mungkin sudah tidak sekali dua kali saya berkeluh kesah tentang mereka. Tidak hanya sekali dua kali saya menangis dan saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya rasakan saat ini. kecewa, ya tentu saja. Bagaimana bisa seorang yang sangat saya percaya bisa menceritakan segala sesuatu tentang saya, ya meskipun itu kepada teman terdekatnya sekalipun.

Pertama-tama sebelum melanjutkan tulisan ini, saya meminta maaf jika selama ini saya bersalah. Banyak tutur kata dan perilaku yang tidak berkenan bagi kamu. Ditengah-tengah kesibukan yang sedang kamu jalani mungkin saya adalah pengganggu yang seharusnya tidak menghubungi kamu sama sekali. Bahkan ketika kamu sedang bersama dengan teman-temanmu, seharusnya aku tahu bahwa kamu butuh waktu bersama dengan teman-temanmu itu.

Saya mengenal mereka dengan baik pada awalnya. Kalau tidak disengaja itu tidak mungkin karena apapun yang terjadi dikehidupan kita tidak ada yang kebetulan. Semua sudah digariskan dan saya harus mengenal dengan mereka.

Aku bersalah karena aku selalu mempermasalahkan hal-hal remeh. Saya marah ketika apapun yang saya posting disosial media saya selalu mereka lihat, dan yang lebih parah posting disosmed saya mereka bagikan kembali ke teman lain yang saya tidak mengenalnya. Kalau memang bagimu itu bukanlah sebuah masalah, tak apa, mungkin aku yang terlalu membesar-besarkan masalah itu.

Mengenai meretas akun sosial media mereka?
Saya sama sekali tidak pernah membajak apapun dari mereka, line, handphone, instagram dll. Ya saya memang mengatakan semua itu kepadamu, itu hanyalah sebuah pancingan bagi mereka. Mengapa mereka langsung panik ketika aku mengatakan semua itu?
Terus kok saya tahu kalau merk hapenya Asus?
Beberapa kali temanmu mengupload screencapture percakapan yang kalian lakukan, saya melihat dan bisa menebak apa merk handphone nya dari interface handphone nya.


Biar saya jelaskan sedikit, setiap merk smartphone mempunyai user interface. Coba lihat pada bagian icon jam, batre, sinyal dan wifi. Satu device dengan device yang lain itu berbeda, apalagi sebelumnya smartphone ku adalah asus, jadi sekali lihat saya bisa menebak bahwa smartphone nya adalah asus :)
Se simple itu.

Saya tahu etika dan saya tidak akan melakukan tindakan serendah itu. Sampai sekarang yang saya pikirkan mengapa mereka harus panik ketika saya berkata "saya tahu kok apapun yang mereka bicarakan". Coba pikirkan, mereka akan tenang kok kalau mereka memang tidak melakukan apapun, mereka tidak perlu panik.

Tentang bakso bakar :)
Saya tidak masalah jika nama saya disebutkan dalam sosmed mereka, harusnya tulisannya jangan dikecilkan supaya saya semakin famous :)
Ya saya aja kali yang melebih-lebihkan.
Coba dinalar, menurut ceritamu, temanmu ingin ikut ke bakso bakar tapi tidak diijinkan. kemudian temanmu berkata
"kalau nggak mau tak temenin minta temenin mbak fika, biar nggak keliatan jones, lagian kan kalian jarang meet up"
Anggap saja saya percaya dengan cerita mu bahwa temanmu benar mengatakan itu.
Kemudian dalam story nya juga dikatakan
"semoga ke bakso bakarnya beneran sendiri"
Terus saya berpikir?
Jadi sebenernya temanmu berharap kamu ke bakso bakarnya ditemenin mbak fika atau beneran sendiri (tanpa mbak fika)?
Mana yang menjadi isi hatinya saat itu? sudahkah kamu berpikir sejauh itu?

Tentang mengusik kehidupan orang lain :)
Pagi hari saya memutuskan untuk memblokir semua akun sosmed mereka. Lucu buatku ketika mereka berkata bahwa tidak mengusik kehidupanku tetapi mereka langsung tahu kalau sosmednya diblokir. Pikirkan, apakah mereka masih mencariku? Kangen atau bagaimana? hehehe
Apa karena kehilangan satu follower kemudian mereka mencari siapa yang mengunfollow mereka? Apakah mereka senganggur itu? hehehe

Loh ya, saya ini nggak bajak, tapi kok masih bisa tahu ya mereka update apa saja?
Sangat mudah, cari saja key word di google "how to see instagram story without path". Pasti akan menemukan banyak jawaban bagaimana kamu bisa melihat story orang lain meski kamu tidak memfollow ataupun memblokirnya.

Oh satu lagi, saya tersinggung dengan posting semacam ini.


Saya yang memberikan nama special "panda", kenapa panda? kalau kamu bertanya saya akan jelaskan makna dibalik panda :)
Saya yang memberikan nama panda mengapa mereka yang berkomentar?
Oh iya? ngomong-ngomong mereka tahu dari mana tentang panda?
apakah kamu ceritakan semua tentang kita kepada mereka? tentang bagaimana awal kita kenal, kemana saja kita pernah pergi, apa saja yang pernah kita lakukan bersama, bagaimana kita bersama merintis karang taruna, bagaimana kita menghadapi orang-orang yang ingin merebut kedudukanmu sebagai ketua, bagaimana kita saling menutupi kesulitan satu sama lain, bagaimana awal kita bermasalah, bagaimana kamu menemani aku ujian TA.
sudahkah kamu ceritakan itu semua kepada teman-temanmu? Oh mungkin aku salah ketika aku harus bercerita banyak hal kepadamu :)
Kepercayaan saya kembali dikhianati ketika saya menemukan orang yang saya rasa tepat :) tetapi perasaan saya salah.

Mengenai aku mengundurkan diri dari kepengurusan?
Bisa saja saat itu memang aku salah mengambil keputusan, saya berbicara salah kepada orang yang salah. Kenapa kamu tidak pernah menanyakan kenapa aku melakukan hal itu?
Kenapa harus orang lain yang mengajakku untuk kembali?
Aku tidak sejahat itu akan membiarkan kamu dengan tanggung jawabmu sebagai seorang pemimpin, harapanku saat itu kamulah yang mengajakku untuk kembali :(
Oh ternyata bukan kamu.
Aku hanya memancing kamu, masihkan kamu peduli? Ah ternyata kamu sama sekali tidak peduli. Bahkan saat itu aku berpikir, hatimu terbuat dari apa? Sampai seperti itukan kamu memperlakukan aku?
Setelah saya kembali dengan niat bahwa aku tidak akan meninggalkan kamu dengan tanggung jawabmu sendiri, sama sekali tidak ada apresiasi dari mu. Oh poor me :(

Saya tidak tahu bagaimana Tuhan menciptakan hati dan perasaanmu. Atau mungkin kata Tuhan sudah tidak lagi menggetarkan hatimu.

Doa saya, semoga tulisan ini bisa membukakan pikiran dan hatimu.
Kalau kamu tanya, apakah aku cemburu? ya saya cemburu dengan masa lalu dimana kita masih baik-baik saja :)


Pragya, Abi, Alia dan Tanu


Judulnya kok nama orang?
Saya perkenalkan dulu, orang-orang tersebut siapa. Jadi nama-nama tersebut adalah tokoh-tokoh di india yang setiap sore ditayangkan disalah satu stasiun televisi swasta. Saya bukan pecinta film india sih, hanya saja saya sering menemani mama saya nonton india. Ya jadi sedikit banyak saya tahu karakter dari pemain di sinema tersebut.

Pragya : Wanita cerdas yang tidak terlalu cantik tetapi mempunyai hati yang baik. Pragya adalah istri dari Abi. Mereka awalnya tidak saling cinta tetapi karena dijodohkan oleh keluarga mereka Pragya dan Abi menjadi dua insan yang tidak terpisahkan.

Abi : Pria popular dikalangan wanita. Dia tampan dan baik hati, namun sayang dia mudah sekali dipermainkan emosinya oleh orang-orang disekitarnya yang hanya ingin memanfaatkan kebaikannya.

Alia : Cerita dalam film india itu Alia adalah adik dari Abi (pura-pura nya). Tapi dia sangat jahat, dia ingin merenggut semua kebahagiaan pragya. Hidupnya dipenuhi dengan kebencian kepada pragya, istri Abi.

Tanu : Tanu adalah wanita yang tidak kalah jahatnya. Dia hanya terobsesi untuk memiliki Abi, dia hanya iri kepada Pragya yang bisa menjadi istri Abi. Tanu adalah sahabat Alia, mereka berdua orang yang licik. Dia ingin memisahkan Abi dan Pragya.

Suatu ketika dua keluarga dipersatukan karena sebuah perjodohan, Pragya dan Abi. Awalnya mereka tidak saling mengenal, tetapi waktu yang membuat mereka terus bersama menumbuhkan perasaan cinta perlahan-lahan hingga mereka berdua tidak menyadari bahwa mereka saling jatuh cinta dan tidak ingin berpisah satu sama lain.

Abi dan Pragya mendapatkan dukungan penuh dari masing-masing keluarganya. Mereka sering tinggal bersama dalam satu rumah. Mereka saling berbagi perhatian dan memberikan dukungan satu sama lain.

Namun sayang, kisah cinta mereka tidak berjalan sesuai dengan kehendak mereka. Masalah demi masalah mereka hadapi bersama. Satu masalah dua masalah tiga masalah sampai puncak masalah ketika Alia dan Tanu mengusik kehidupan cinta Abi dan Pragya.

Tanu yang sangat terobsesi ingin memiliki Abi selalu menjatuhkan Pragya. Tanu pun mendapatkan dukungan dari sahabatnya Alia. Mereka berdua berusaha menjauhkan Abi dan Pragya dengan cara mempermainkan emosi Abi. Karena Abi begitu menyayangi Alia, dengan mudahnya Abi mempercayai apapun yang Alia katakan.

Sampai pada akhirnya Abi dan Pragya terpisah.
Saat ini Alia dan Tanu berbahagia karena telah berhasil memisahkan Abi dan Pragya. Alia dan Tanu berusaha dengan keras untuk menjauhkan Abi dari kehidupan Pragya.
Pragya hanya bisa berdoa kepada Dewa, meskipun saat ini Pragya tidak bersama dengan Abi tetapi Pragya percaya pada cinta yang dimiliki oleh Abi untuknya.

Bersambung.....

Senin, 08 Mei 2017

Tentang Mengendalikan Emosi dan Sosmed - Part 1

Kemarin malam adalah puncak emosi saya terhadap seseorang. Bodohnya saya malam itu adalah terpancing emosi anak kecil yang baru lulus SMA, eh tepatnya masih awal-awal kuliah. Sedangkan saya sudah menjabat dengan jabatan yang cukup baik dan banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan (termasuk akun server yang tiba-tiba di suspend -_-)

Malam kemarin akhirnya saya bercermin dan melihat diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya merasa, iya ya salah. Kenapa saya harus ikutan emosi dengan hal yang sangat tidak penting.

Ada seorang yang usianya 3 tahun diatas saya, saya bersyukur Tuhan pertemukan kami kembali diwaktu yang tepat. Dia membukakan dan membeberkan apa yang selama ini saya lakukan memang tidak 100% benar kok.
Awalnya masalah sosmed, ya saya juga nggak habis pikir kenapa ya saat sosmed saya dilihatin itu saya jadi marah? kenapa kalau dia share posting saya di sosmed saya jadi emosi?
Toh memang saya kok yang posting itu untuk public dan siapa saja memang sebenarnya punya hak untuk melihat apapun yang saya posting.

Kemudian saya cerita ke teman saya itu "loh saya itu loh beberapa kali posting hal-hal baik, posting Firman Tuhan, mengutip ayat-ayat alkitab, tapi saya loh masih dikata-kata in ........."
(nggak lolos sensor)

Entengnya dia menjawab, lah biarkan saja. Kamu posting baik, 100 orang terberkati dan 3 orang tidak suka. Ya itu wajar. Jangankan kamu, Ahok aja tuh Gubernur jelas kelihatan mata dia orang baik tapi masih aja banyak yang nggak suka. Apa kamu mau menghentikan kata-kata baikmu hanya karena 3 orang yang tidak suka dan menganggap kamu sok alim?

Ya ya, saya hanya angguk-angguk saja dan dalam hati berkata "kenapa gak dari dulu dia kembalinya?"

Kemudian saya masih mengeluh "tapi saya tahu semua isi sosmednya" sambil saya tunjukan semua yang pernah mereka biacarakan.
Ya enteng lagi dia menjawab. Kamu jadi tahu karena kamu cari tahu, coba dari awal kamu nggak usah cari tahu, ya pasti nggak tau. Lebih baik sama sekali tidak tahu apa-apa tapi hidup damai dari pada kamu mengetahui segala sesuatu tetapi membuat kamu gelisah.

"Loh, tapi itu nyangkut paut aku loh kak"

Ya biarkan saja. Memang kamu famous kok, nama kamu akan dikenang dalam kehidupan mereka. Entah jadi buruk atau baik, yang penting dikenang aja dulu. Liat tuh Ahok, dia akan dikenang terus entah jadi baik atau jadi buruk.

"Lah masak aku dibawa-bawa dan dikata-katain mau diem aja?"

Terus kalau km tanggepin selama ini kamu dapet apa? Masalahnya selesai? Yasudah diam saja, singa itu gak mungkin mengaung liat anjing menggonggong, dia sadar kalau singa tidak layak mengahadapi seekor anjing. Ya anggap saja mereka anjing menggonggong.

Ya sekali lagi saya angguk-angguk, setuju sambil dalam hati bilang
"iya iya selama ini saya salah nanggepin anak yang urusannya cuma sekedar kuliah saja, awal-awal lagi, belum juga setahun lulus SMA"

Saya kembali mengeluh

"kak, tapi ada teman dekat saya saat itu, dia cowok kak, dulu kami sangat dekat, tapi sekarang dia berubah"

Terus urusannya apa? Emang kamu nggak bisa ngapa-ngapain tanpa dia? Lah dia siapa kamu?

"Ya enggak, aku cuma heran aja dulu aku dan dia itu saling mengerti, saya denger ucapannya saja sekali saya bisa paham apa yang dimaksud, tapi sekarang saya nggak tau jalan pikirannya"

Semuanya akan dijawab oleh waktu, kebaikan dan keburukan orang itu yang bisa menjelaskan hanyalah waktu. Emang kamu punya salah apa sama dia? sampai dia bersikap seperti itu? Kalau kamu kenal sebulan dua bulan ya pasti kesannya baik

"aku nggak tau apa salah saya, beberapa kali aku nanya. aku ini salah apa toh, kok sikapnya jadi berubah gini? tapi dia selalu menjawab baik-baik saja, nggak pernah ada kata menyalahkan, sampai saya bingung sendiri"

Ya berarti emang kamu nggak salah. terus pas dia ngomong kamu gak salah kamu makin bingung ya?

"ya iya lah bingung, bayangin ya, dulu nih tiap hari ketemu, minimal seminggu sekali bisa dipastikan kami jalan-jalan keluar, lah terus sekarang dia tiba-tiba diam seribu bahasa kayak mulutnya habis dijahit aja"

Kamu nggak salah, dia juga nggak salah sih. Kamu bingung dengan sikapnya kenapa dan dia juga punya hak untuk tidak menyampaikan apapun ke siapapun. Ya kamu juga gak bisa maksa dia harus ngomong apa masalahnya dia ke kamu, siapa kamu? (jleb).
Apalagi setahuku kamu dari kecil rasa ingin tahunya besar, kalau gak beneran tau sampai dalem-dalemnya ya mbok sampai dia masuk kuburan juga tetep bakal kamu tanyain.

(saya ngakak dan emang bener sih ya, kalau saya belum tau detil tentang apapun ya gak bakal lega)

Tapi gitu itu dikurangin, janga diterus-teruskan. Kasian kamu sendiri nanti, capek jadinya. Mulai dipilah-pilah mana yang layak dipikirkan dan yang tidak layak dipikirkan.

"kak, tapi diluar aku punya salah apa enggak, aku sudah sering minta maaf kok"

ya baguslah, terus respon dia gimana?

"dia gak pernah ngrewes maafku, yang diinget pas aku marah-marah mulu, dia juga gak lihat kali aku marahnya kenapa. tapi kadang dia ya pernah jawab, maaf tentang apa lagi?"

kamu kok kayak Ahok Junior sih (sambil dia ngakak-ngakak)

"leh, apasih?"

Lah iya, kamu itu marah tapi yang dilihat marahnya, bukan penyebab kamu marah. kamu minta maaf nggak direwes, tetep aja dituntut haha.
Sama sih kayak Ahok, yang disorot itu marah-marahnya, salah satu kalimat aja sudah minta maaf tapi maaf nya gak direwes hehe.

"Lah iya sih ya, terus enaknya gimana kak?"

yaudah lah diamkan saja, toh kamu sudah minta maaf, direwes apa enggak itu urusannya. blokir aja sudah semua sosmednya.

"oke deh, besok tak blokir aja sosmednya, apa malam ini juga deh saya blokir"
(ya akhirnya jadilah peristiwa pemblokiran tersebut)

the end :)

masih belum sampai inti tulisan :)

Sabtu, 29 April 2017

Love Different Religion - Part 2

Sesuai dengan janji saya di post sebelumnya, saya akan melanjutkan pembahasan mengenai Love Different Religion Part 1. Sekarang saya akan berbicara yang Part 2. Sepertinya akan lebih menarik jika ceritanya disajikan dengan adanya kisah nyata. Oke saya akan menceritakan sekelumit kisah nyata bagaimana dua insan yang sedang jatuh cinta harus dibatasi dengan perbedaan keyakinan.

Based on true story
Ada sebuah keluarga, yang mana ibunya berasal dari keluarga nasrani dan ayahnya berasal dari keluarga muslim. Ketika saya bertanya kepada sang anak
"kok bisa mama papa mu menikah meski beda keyakinan?"
"entahlah, kayaknya dulu mama ngalah sama Papa"
"Loh, terus skrg gimana?"
"Dulu ketika menikah, mama pindah agama, ikut seperti keyakinanya Papa"
"hmm, terus?"
"Ditengah-tengah perjalanan rumah tangga, mama kembali ke agama nasrani, bagaimanapun keyakinan akan tetap menjadi keyakinan"
"Oh, iya sih ya. lantas, kamu sendiri bagaimana?"
"Saya mau ikut keyakinan papa tapi mama gak ngebolehin, saya mau ikut keyakinan mama tapi papa gak ngebolehin"
"Laaah, sekarang kamu gimana dong?"
"Saya milih diam saja demi kedamaian di keluarga saya"

Cerita diatas kayak sinetron ya? tapi itu bukanlah sebuah sinetron atau lelucon yang kadang dianggap bercanda saja. Heleh, cinta beda keyakinan. Yaudahlah jalanin aja, toh kalau jodoh nggak kemana. So, akan ada berapa banyak Hak Asasi Manusia yang akan terenggut?

Okelah, anggap saja memang hak asasi kita dari awal sudah direnggut. Kita dikasih nama dan kita dipilihkan agama tanpa kita bisa menengok agama yang lain.
Apakah itu salah? Kita bisa melihat dari sisi salah dan sisi benar. Dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia tentu saja itu salah jika keyakinan dipaksakan kepada orang lain. Dilihat dari sisi kasih, tidak ada orang tua yang tidak mengasihi anaknya, semua yang dilakukan oleh sang orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.

Coba sekarang posisikan kehidupan kita ada diposisi sang anak dalam cerita. Apa yang dia rasakan ketika dia akan menyembah sang khalik saja harus menghadapi pertentangan dari kedua orang tuanya?
Kasihan? Iya, tentu saja. Saya juga kasihan sama anak itu, tapi saya bisa apa? Saya tak bisa melakukan apapun.

Oke, jadi saat ini kalian masih ada diposisi Love In Different Religion?
Sekali lagi, saya setuju kok dengan Love Different Religion, tetapi jika ditanyakan apakah saya akan menjalaninya? Saya akan menjawab tidak.
Katakanlah memang cinta itu buta dan kita tidak bisa memilih kita akan jatuh cinta kepada siapa (hal yang paling sia-sia adalah menasehati orang yang sedang jatuh cinta). Tapi kita tetap punya mata dan pikiran bukan?

1. Buka Mata
bukankah sudah nampak jelas kalau jalan yang akan kamu hadapi adalah jalan yang nantinya rumit. Ibaratnya kamu sedang jalan dijalan yang didepannya sudah ada badai yang menanti. Terus kamu sudah lihat badai itu nyata, tapi kamu membutakan pandanganmu sendiri dari badai yang siap menerpamu?

2. Buka Pikiran
ya saya tahu kalau kadang orang yang sedang jatuh cinta tidak bisa berpikir dengan jernih. seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, jika akan memulai hubungan pastikan tidak sedang berbunga-bunga. Bagaimanapun pikiran akan tetap jalan dan sebenernya kita itu sudah sangat sadar dengan apa yang dilakukan adalah salah, kalau memang masih mau jalan ya anggap saja masih belum punya penguasaan diri yang baik.

Tidak ada yang pernah salah dengan cinta, yang salah adalah ketika cinta membuat kita semakin jauh dengan sang pencipta, membenci orang tua yang sudah membesarkan kita dan cinta yang membuat kita kehilangan pengendalian diri. Itu bukan cinta, itu hanyalah sebuah obsesi, jika kalian berhasil pun, itu tidak akan berarti apapun bagi kalian :)

Posting berikutnya saya akan berbagi tentang pengendalian diri.

So always keep shining and be blessed

FH

Senin, 24 April 2017

Love Different Religion - Part 1

Dear Em....

Sesuai dengan request, saya menyempatkan waktu semalaman untuk memikirkan tulisan apa yang sesuai dengan tema yang diminta.

Love Different Religion :)
Jujur sih dari hati yang paling dalam, saya tidak pernah memikirkan dan tidak pernah menginginkan hal tersebut terjadi dalam hidup saya hahaha :p
saya nggak mau jatuh cinta dengan kondisi seperti itu karena saya tau itu ujungnya rumit, mending saya sakit hati ringan sekarang dari pada sakit hati setelah saya membuang energi dan waktu saya.
Jadi saya jujur agak bingung mau nulis apa, tapi saya akan tetap nulis :)

Love kalau dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi beberapa, kasih cinta atau sayang.

Oh sebelumnya saya mau menuangkan pemahaman saya tentang apa itu kasih, apa itu cinta apa itu sayang. Remember, this is my opinion. Kalau ada yang tidak setuju atau mau berdiskusi silahkan menuliskan pandangannya dikolom komentar.

Kasih itu bisa dikatakan perasaan secara Universal. Kita tidak bisa membatasi mengasihi siapa, orang berkulit putih, orang berkulit hitam atau orang berambut kriting atau lurus. No, kita tidak bisa. Misal nih, kita ketemu sama orang yang sama sekali tidak kita kenal, jatuh atau kecelakaan pas didepan kita, kemudian kita menolongnya. That's i called Love is kasih.

Cinta itu rasa ketertarikan kita kepada seseorang karena sebuah obsesi ingin memiliki, kadang kita nggak mau peduli itu baik atau tidak untuk kita. So ada yang bilang "Cinta itu buta tetapi kasih melihat". Entah kenapa dengan kata cinta saya cenderung mengidentikan kata itu ke arah duniawi. Pokoknya apapun yang terjadi, bahkan nih kalau ada tsunami, angin topan dan badai menerpa dia harus jadi milik saya. Kadang perasaan ini muncul sekitar 1 - 3 bulan kedekatan kita terhadap lawan jenis :) apapun yang dilakukan oleh lawan jenis ini kita anggap selalu benar walaupun secara logis kita paham itu salah.

Sayang, hmm saya nggak tau sayang itu yang bagaimana hanya saya rasa kalau sayang itu sesuatu yang kita berikan kepada orang lain tanpa dasar apapun kecuali perasaan sayang itu sendiri. Misalnya, saya punya sahabat, sahabat saya ini melakukan hal yang jelas tidak baik dan saya menegurnya supaya dia tidak melakukan hal itu untuk kebaikannya. That's i calles love is sayang.

Yang setuju boleh angguk-angguk, yang nggak setuju boleh nulis dikolom komentar.

Rasanya yang direquest sama Em... adalah bagaimana kalau kita jatuh cinta kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita? begitu ya? saya rasa begitu ya Em...

1. Pastikan dulu bahwa kamu sudah mengenal dia dengan sangat baik. Dari sisi kepribadian, bagaimana bisa kamu menentukan bahwa orang itu baik dalam sebulan, setahun kenal?
Dari sisi keluarga, apakah sudah mengenal keluarganya dengan baik dan sudah tahu bagaimana dia memperlakukan keluarganya. (btw, saya menulis jika kamu menginginkan hubungan yang serius, bukan hanya sekedar dan berhenti di zona pacaran). Apakah demikian sebaliknya? Dia sudah mengenal keluarga mu dengan sangat baik?
Dia adalah calon dari anggota keluarga mu dan kamu adalah calon dari anggota dikeluarganya. Jadi ini poin yang penting dalam hubungan.
Dari sisi emosional, apakah kamu sudah tahu kapan dia bahagia? kapan dia sedih? kapan dia ada masalah? kapan dia bercanda? kapan dia serius?
Bukan dari ucapannya, tetapi kamu harus mempelajari dari kesehariannya. Saya bisa saja mengatakan saat ini saya sedang bahagia meskipun sedang banyak kesedihan yang sedang saya rasakan.
Dari sisi kepribadian, kamu yakin kamu saat ini tidak sedang dimanfaatkan ketika dia (apalagi cowok) berbuat baik kepadamu? Percayalah, kamu tidak akan pernah bisa menyimpulkan kepribadian seseorang dalam jangka waktu satu tahun kenal. Jadi kalau ada yang jadian dengan rentang perkenalan hitungan bulan, itu endingnya putus. Kecuali Tuhan berkata lain pada hubungan mereka. Kepribadian dia yang sebenarnya bisa kamu tebak ketika kamu sudah berada pada zona sahabatnya. Ketika dia tidak jaim melakukan apapun, spontanitas dari sikapnya itu cerminan kepribadian.

2. Pastikan saat ini kamu tidak sedang berbunga-bunga, karena bunga bisa saja layu kecuali bunga palsu. Kendalikan pikiran ketika saat ini Em sedang merasa berbunga-bunga. Iya Em, aku tahu dia baik, perhatian, chat setiap hari, kemana ada aku selalu ada dia, kami bagaikan amplop dan perangko, kami kayak mesin atm dengan uang, kami kayak lemari dengan baju atau kami kayak pecel dengan rempeyek. Udah cocok banget. Semua orang mengalami fase itu, saya sudah mengalami fase itu dan ujungnya adalah pada kegalauan. Mumpung belum pastikan saat ini perasaan dan pikiran pada kondisi yang stabil.

3. Pastikan keluargamu, keluarganya, kamu dan dia bisa menerima perbedaan keyakinan atau minimal ada yang mau mengalah salah satu, plus siap dengan hukum sosial yang tidak tertulis ehehehe. Ini susah dan sangat-sangat susah. Apalagi di Indonesia pernikahan berbeda keyakinan masih illegal. Tidak ada yang salah dengan yang namanya cinta. Bukan masalah keyakinan, usia, status, kedudukan atau mungkin juga gender. Banyak yang mempunyai pandangan cinta itu buta. Tetapi dasari semuanya dengan kasih, karena kasih mampu melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Apakah saya setuju dengan pernikahan beda agama? secara pribadi saya setuju, tetapi juga secara pribadi saya tidak akan melakukan. Sama ketika orang berkata rawon itu enak, tetapi saya berhak untuk memilih makan soto saja. Saya tidak siap dan tidak akan kuat dengan hukum sosial yang berlaku, saya tidak siap untuk merombak sebuah keluargaku atau keluarganya yang sudah sejak kecil membesarkan kami.

Btw Em, jangankan agama ya. Status sosial saja bisa menjadi konflik dalam sebuah hubungan kok.
Saya setuju dengan salah satu ayat yang mengatakan "hendaklah kamu bersama dengan orang yang sepadan dengan kamu". Beda ya nggak beda-beda banget, sama ya nggak sama-sama banget.

Satu lagi, kamu harus memastikan bahwa dalam hidupmu yang masih muda ini, kamu sudah mempunyai visi dan tujuan hidup yang jelas. Kalau visi dan tujuan hidupmu belum jelas, udah mending jangan dulu mainan masalah beginian.

Take it easy aja, kalau memang Tuhan sudah merencanakan sesuatu yang baik bagi kalian berdua, entah itu beda agama, beda latar belakang, beda ras, beda suku, beda status sosial atau mungkin sama gender, kalian akan dipersatukan dalam sebuah hubungan yang kudus. Bukannya saat ini jalan mu masih panjang? Masih ada masa depan yang perlu kamu susun dan atur dengan baik. Apakah kamu tidak ingin menjadi sukses semuda mungkin? So, jangan habiskan waktu untuk hal-hal seperti ini ya Em :)

Layakan diri untuk menerima yang terbaik dari Tuhan. Sejatinya orang baik akan bersanding dengan sesama orang baik, kecuali orang baik itu ngeyel sama Tuhan untuk tetap bersanding dengan orang yang tidak baik.

Mungkin itu dulu yang bisa saya bagikan ya Em, someday saya akan tuliskan lagi tentang topik yang sama.
Saya harus konsultasi dulu dengan Pakarnya Teofilus Chandra S.Kom atau Willy Mardhika S.Kom
Nggak kenal ya? nanti saya kenalkan melalui tulisan saja :)

Pertanyaan untuk saat ini, kenapa kamu harus menjalin hubungan ini? Apa tujuanmu menjalin hubungan ini? Potensi hubunganmu akan sejauh mana? :)

Tentang Blog Ini dan Saya Menulis

Dear all

Blog ini sudah berusia hampir 2 tahun dengan karya-karya saya selama 2 tahun terakhir ini. Sebenarnya saya sudah menjadi seorang penulis pribadi untuk diri saya sendiri sejak tahun 2010, saat itu saya masih berusia 13 tahun dan sudah duduk dibangku SMP/SMA

Teman-teman bisa request tema tulisan atau bisa request kepada saya untuk bisa berbagi pengalaman hidup yang sudah saya lewati 20 tahun, 2 bulan ini :p
Jadi, saya sudah terbiasa menulis selama 7 tahun.
Saya tidak pernah les atau belajar dari siapapun mengenai bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Apa yang ada di hati saya itu yang akan menjadi tulisan dalam blog saya.

Mungkin sudah banyak dari readers yang menemukan tulisan saya pada blog-blog sebelumnya. Saya sudah hapus beberapa blog yang menurut saya saat ini "itu alay" hehe. Maklum ya, saat menulis saya masih seusia 13 tahun yang sangat labil dan yang saya tulis adalah kebenaran menurut saya 7 tahun yang lalu dan menjadi sebuah kealayan ditahun ini. Tapi masih ada beberapa blog yang saya tidak bisa akses kembali karena saya sudah lupa password dan email yang saya gunakan saat itu hehe :p

3 tahun lalu saya pernah menjadi seorang jurnalis abal-abal, kenapa? sekali lagi karena saya suka menulis. Saya jadi ingat, saat itu semua mahasiswa baru hanya saya yang masuk dalam UKM Jurnalistik. Setiap apapun yang saya lihat dan saya rasakan saya selalu mengabadikan dalam bentuk tulisan. Bagi saya ini adalah cara yang lebih baik, tanpa saya harus bercerita panjang lebar kepada orang lain dan belum tentu orang tersebut akan mengerti dengan cerita saya.

Saya juga bersedia menampung cerita readers jika ingin ceritanya diabadikan dalam blog ini, siapa tahu cerita readers bisa menginspirasi dan memberkati readers yang lain. Kalau pun tidak ingin namanya dituliskan saya siap buat merahasiakan.

Yuk berbagi cerita hidup atau apapun yang ada dalam hati kedalam sebuah tulisan, ini adalah salah satu cara yang baik mengungkapkan segala sesuatu :)

Keep Shining and Be Blessed

Kamis, 20 April 2017

Membenci adalah Alamiah - Tidak Suka Berteman dengan Cewek

Seperti yang sudah saya janjikan dipostingan sebelumnya. Membenci adalah alamiah adalah salah satu hal kenapa saya tidak terlalu suka berteman dengan cewek. Tetapi bukan berarti saya tidak mau berteman dengan cewek?
Kenapa? Alasan pertama adalah, cewek kalau sudah ketemu dengan cewek lain akan membicarakan cewek yang lainnya lagi dan kalau dijadikan buku mungkin akan mencapai 2000 halaman lebih. Itu salah? Ya sebenernya salah, tetapi itu wajar dan alamiah. Karena itu salah, saya menghidari kesalahan itu dan memutuskan untuk tidak mau berteman terlalu dekat dengan cewek. Alasan kedua adalah cewek itu suka Mall dan saya nggak suka Mall -_- di Mall itu barangnya mahal + gak bisa ditawar, kalau capek jalan kita gak bisa istirahat atau duduk kecuali kita harus pesen makanan atau minuman yang relatif mahal. Kalaupun saya akhirnya ke Mall alasannya cuma 2, saya memang ada tujuan (Mall yang paling saya sering kunjungi adalah cyber Mall, toko komputer) kedua karena ada rekan bisnis yang mengajak bertemu di food court.

Anehnya dari cewek itu begini, kalau seorang cewek nggak suka dengan cewek lain nah cewek itu akan mengumpulkan bala bantuan sesama cewek itu sama-sama membenci cewek yang nggak dia suka. Itu beneran dan saat ini saya sedang merasakan dibenci. Padahal saya ini loh gak ngapa-ngapain.

Padahal nih ya
1. cewek yang benci saya ini nggak kenal saya
2. saya nggak pernah ada urusan apapun dengan cewek ini
3. ngutak ngutik hidupnya saya juga nggak pernah
4. bahkan saya males liat postingan sosmednya karena bagi saya dia nggak penting (pengennya saya blokir karena ini cewek sebenernya cari gara-gara, cuma saya masih menghargai teman cowok saya yang adalah teman dekatnya)

Intinya mau dia njulek, mau dia njungkel itu gak ada pengaruhnya sama kehidupan saya (nah loh keluar bencinya cewek ke sesama cewek). Nggak, saya sama sekali nggak benci. Kalau saya benci saya sudah mempermalukan dia dari dulu. Bagaimana dia menjudge saya, kata-kata kasar apa yang dia berikan buat saya, bagaimana sempurnanya dia dan teman-temannya sangat membenci saya.
Kok tau sih? Berhati-hatilah sama cewek yang mau cari tau dan anak IT. semua sosmed kalian, ig line bbm wa itu bukan lagi privasi buat kalian. Apapun yang kalian lakukan di SmartPhone kalian saya tahu semuanya. Kok gak dibeberkan? Ya buat apa? Buat mempermalukan dia? Nggak lah, saya hanya akan mengumpulkan dan akan saya jadikan senjata jika suatu saat wanita-wanita ini terus mengusik kehidupan saya.

Sebenernya intinya kenapa cewek ini benci sama saya itu 1 hal. Karena dia baper sama seorang cowok yang saat itu dekat dengan saya -_____-
karena cowok ini lah kehidupan saya terusik oleh cewek-cewek tadi. Bahkan nih ada satu cerita, suatu saat saya mengucapkan kepada cewek ini yang sedang menjalani ibadah di hari rayanya
Fika : Hai X, selamat hari ..... ya. Semoga .....................
Cewek ini : iy
-_-
screen capture percakapan saat itu

Perasaan saya ini ya ngucapin baik-baik, perasaan ya yang saya ucapkan ini bukan sesuatu yang salah. Ya entah kenapa jawabannya seperti itu. Oh mungkin dia sibuk.

Kemudian saya mendatangi teman saya yang saat ini bekerja sbg psikiater, saya rasa ya kurang lebih tau sih tentang psikologi wanita kenapa jadi seperti ini.
Menurut yang dia katakan, faktor utama mengapa seorang wanita suka membeci dan cenderung membenci wanita lain bahkan yang tidak dikenal sekalipun adalah merasa tidak percaya diri dan merasa tersaingi.
Karena dia tidak percaya diri jika berdekatan si wanita ini merasa dirinya tidak lebih baik, yang bisa dilakukan adalah membeci dengan tujuan jangan sampai siapa saja yang dekat dengannya bisa dekat dengan wanita yang dibenci tadi. That's why akhirnya cewekpun akan mengumpulkan bala bantuan ke kanan dan kiri.
Faktor lainnya adalah merasa tersaingi, bentuk kecantikan, kepandaian, kecerdasan, kedudukan, prestasi, karir bahkan juga lelaki merupakan hal yang dianggap kompetisi oleh setiap wanita. Yang namanya kompetisi, tujuannya adalah saling mengalahkan.

So, kalau ada wanita yang membenci kamu artinya kamu lebih baik dari yang membenci kamu.
Jadilah wanita yang bijaksana, punya itegritas, bertutur kata dan berperilaku yang baik sehingga engkau layak untuk mendapatkan yang terbaik.

Suatu saat saya akan menulis tentang bagaimana seorang laki-laki :)

Manusia Baik

Sekitar 2 minggu yang lalu saya dan salah satu teman cowok saya yang saat itu cukup dekat dengan saya mengalami sedikit masalah. Sebenarnya masalah itu tidak datang dari kami, tapi dari pihak lain yang saat itu salah paham dan akhirnya kami menerima imbasnya.

Dari masalah itu sikapnya semakin dingin, bahkan sampai saat ini dia menjadi pribadi yang sangat sulit untuk diajak berkomunikasi. Padahal sebelumnya hampir setiap hari kami berkomunikasi dengan baik, seringkali kami menghabiskan waktu bersama hingga larut malam dan menikmati waktu berdua bersama menyusuri jalan di Kota Malang.

Saat itu saya sempat menegurnya karena kesalahan yang dia perbuat. Saya rasa karena teguran saya malam itu cukup menampar dia dan mungkin cukup membuat dia tersinggung, sejak saat itu lah dia memutuskan untuk "don't care for anything". Itu adalah bahasa yang diberikan kepada saya.

Sampai seminggu saya bertekun untuk berdoa buat dia, saya menyebut namanya dengan jelas dalam setiap doa yang saya panjatkan. Untuk apa?
ketika dua orang saling berjauhan dalam segi fisik yang bisa mengikat hubungan kedua orang ini adalah doa.
Contohnya apa, kenapa hubungan anak dan ibu yang saling berjauhan tidak kunjung usai? Karena sang ibu senantiasa mendoakan sang anak. Pemersatu mereka adalah Doa.
Ya itu yang menjadi dasar saya kenapa sampai tadi pagi saya masih menyebutkan namanya dalam doa.

Saya bercerita kepada dua rekan saya, bukan untuk membencinya. Saya hanya bertanya "apakah yang saya lakukan selama ini sudah tepat? dia tidak merespon dengan baik tetapi saya terus saja mengingatkan dia akan kebaikan"
Keduanya menjawab
"Sudahlah, dia itu nggak penting buat kamu. Ngapain toh kamu ngingetin orang yang gak bisa diingatkan?"
Nasehat itu bertentangan dengan hati nurani saya. Apakah saya akan diam ketika orang yang dekat dengan saya sedang berjalan di jalan yang salah (menurut saya)?

Bahkan sampai malam ini ada perasaan yang kuat dalam hati saya
"dia hari ini melakukan satu kebaikan", saya tidak tahu apa yang dia lakukan, kebaikan yang dia lakukan untuk siapa, kapan dia melakukan kebaikan itu, dengan tujuan apa? saya nggak ngerti dan memang nggak mau cari ngerti.
(saya hari ini sibuk, saya dikantor dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore lanjut kursus bahasa inggris demi study lanjut ke ausie sampai jam 6 sore jadi memang saya nggak sempat cari tau. hanya entah kenapa jari-jari ini lancar menulis dan yakin memang itu yang terjadi)

Dari mana datangnya perasaan "dia hari ini melakukan satu kebaikan"?
Ketika dia yang tekun kamu doakan sepanjang malam dan pagi hari, perasaanmu akan kuat. Bahkan ketika kamu sudah merasa "ah dia ini bukan siapa-siapa". Kalau bahasa jawa guduk sanak guduk kadang.
Dia sedih, dia kecewa, dia bahagia, dia sedang banyak masalah kamu akan tahu, ya karena dialah yang kamu ikat sendiri dalam doamu. Meski bibir bisa saja merasa "ah nggak juga tuh, doa itu apa? klasik dan kuno". Dijaman modern ini saya masih kuat meyakini The Power of Pray. Sampai kapanpun Doa akan punya kuasa.

Jujur saya bukan tipe wanita alim, berjilbab seperti ninja yang selalu On Time sholat 5 waktu tanpa telat sedetikpun, menolak bersalaman dengan lelaki yang bukan muhrim. Itu semua bertentangan dengan kehidupan saya. Masalahnya bukan penampilan, bukan yang kelihatan. Masalahnya ada didasar kamu menjalani kehidupan. Lihat rumah, dasar yang disebut dengan pondasi nggak akan pernah kelihatan, tapi akan kelihatan kuat dan kokoh ketika ada badai, tsunami, halilintar, petir, hujan, angin, banjir dan lain-lain menerpa. Kalau rumah ini pondasinya kuat dia akan baik-baik saja.

Bagaimana terus bisa tahu seseorang punya dasar yang kuat atau tidak?
Saya nggak bisa kasih tau ciri-cirinya, cuma saya akan bercerita tentang diri saya sendiri. Sejak SD saya suka berteman dengan cowok, SMP saya sudah pakai motor ke sekolah dan hanya sesama cowok yang melakukan hal itu. SMA saya sangat sering pulang malam, jam 10 malam sudah jam yang sangat biasa, apalagi kuliah. 5 hari nggak pulang tanpa kabar it's fine. Sampai rumah jam 2 pagi, jam 5 pagi, nerima tamu-tamu cowok sampai pagi dirumah itu sangat lumrah bagi saya, meskipun kanan kiri bilang "waduh iku gak sampek lulus SMA wes rabi". (suatu saat saya akan ceritakan kenapa saya nggak suka berteman dengan cewek). Secara hukum sosial saya sudah di judge "wanita nggak bener ini", bagi saya yang menyukai saya tidak akan peduli dengan anggapan itu, semua itu hanyalah aturan sosial yang entah sejak kapan berlaku. Tapi ketika saya tengok kanan kiri saya, yang terlihat selalu dirumah, yang terlihat baik-baik saja, yang terlihat tidak pernah keluar malam nyatanya hamil duluan sebelum menikah.

Nggak peduli kamu bergaul dengan siapapun, bagaimana bentuk teman-temanmu, dimana lingkungan yang sering kamu habiskan waktumu. Kalau dasarnya ini sudah kuat, apapun yang kamu lakukan akan baik-baik saja :)

Kembali ke cerita teman dekat saya tadi.
Nah pada akhirnya setiap manusia akan merindukan sebuah kebenaran yang hakiki. Saat ini kebenaran mungkin akan kalah, tetapi keberanan tidak akan pernah salah. Sama, pada akhirnya pun dia adalah manusia yang baik.
Saya menantika dia berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hei ingatlah, kebaikanmu bisa membuat siapa saja baper :p
Tapi tetaplah berbuat baik, kalau mereka baper itu urusannya, bukan urusanmu :)

Sabtu, 15 April 2017

Demikianlah Aku Kepadamu

Kita sangat lama bertetangga, tetapi kita tidak pernah mengenal. Bahkan aku tidak pernah tau kalau kamu adalah anak dari teman mamaku.
Kita dipertemukan dengan cara yang tidak sengaja, undangan pertemuan rapat.
Aku masih teringat betul, pertama kali aku menatap wajahmu ketika tanganmu menyerahkan surat undangan itu.
"Ma, anak tadi namanya siapa?"
Saat itu aku belum mengenalmu'
".........., kalau tidak salah. anaknya Pak ......"
"Oh.."

Pertemuan pertama dirapat itu aku masih tidak mengenalmu, aku hanya tau siapa namamu dan dimana rumahmu. Bahkan aku masih melihat mata yang canggung untuk saling berbicara.
Kita didekatkan oleh sebuah event, 17 agustus 2016. Seperti yang sudah biasa terjadi, dari tahun ke tahun aku dipercaya memegang uang mereka. Tahun sebelumnya aku kesulitan karena aku mempersiapkan segala sesuatunya sendiri. Aku memutuskan hadiah sendiri, membeli sendiri dan membungkusnya sendiri (hanya ada beberapa saja yang membantu, itu pun nggak signifikan).

Aku masih ingat ketika pertama kali aku mengirim pesan kepadamu
"Nandi kok gak muncul?"
"Sek, aku masih ada perlu di Pak Juwadi. Iki sopo?"
Hei, aku bisa mengingatnya dengan sangat baik :)
Itu adalah pertama kalinya komunikasi kita semakin lancar, ya aku mendaoatkan nomor hapemu dari poster yang menuliskan kontak mu.

Coffee pertama yang kita kunjungi berdua adalah JB.


Itu adalah minuman pertama yang kamu pernah pesankan untukku. Aku tidak peduli harga dan rasanya, tapi malam itu aku merasa kamu adalah orang yang sebenarnya baik.

Sejak saat itu hubungan kita menjadi semakin dekat.
Hei, kamu ingat ketika secara spontan kita diminta menjadi MC untuk membagi hadiah 17 agustus?
Itu pertama kali kita berkolaborasi didepan umum.
Diakhir acara kamu menarikku untuk ikut menikmati musik dangdut dipanggung.
Pand, itu pertama kalinya aku memegang tanganmu.

Apakah kamu juga masih ingat kita mencari kacang sampai ke SMK mu dulu? Tapi kita tidak menemukan kacang, malah kita beli kacang di toko biasa yang sudah kita lewati sebelumnya. Itu adalah pertama kali aku merasa waktu yang kita lewati dijalan lama, meskipun setelahnya kita melewati waktu yang lebih lama lagi.

Kedekatan kita semakin baik ketika aku memutuskan
"aku mendukung kamu menjadi pemimpin yang baik"
Itu kali pertama dalam hidupku aku percaya kemampuan seseorang.
Pembentukan karang taruna dirumahmu, aku masih ingat dengan baik singkong goreng dan teh, makanan pertama dan minuman pertama yang aku makan dirumahmu.
Aku menulis namamu pada secarik kertas itu. Memutuskan untuk menjadi partnermu sbg bendahara.

Aku masih ingat ketika aku merasa takut berada dilingkungan karang taruna. Aku takut disukai karena beberapa pesan ke HP ku menunjukan hal itu. Aku bercerita kepadamu dan kamu berkata
"tenang ae, ada aku" sejak saat itu pertama kali aku merasa aman bersamamu.

Hal pertama yang aku tanyakan kepadamu adalah
"apakah kamu pernah mempermainkan wanita?"
"tidak, aku tidak pernah mempermainkan wanita" dan aku percaya.

Kemudian kamu bercerita bahwa September 2016 adalah masa dimana kamu akan masuk kuliah. Aku bangga :)
masih ingat hal pernah aku sampaikan?
"Liat, nanti kamu masuk kuliah ketemu sama cewek dan kamu akan suka sama cewek itu"
Kamu menjawab
"Aku tidak semudah itu"
Aku meneruskan
"Mari kita lihat"
Saat itu yang aku rasakan, aku takut ada wanita lain yang nantinya akan lebih dekat dengan kamu. Karena aku merasa saat itu kita sudah cukup dekat.

Kamu selalu antusias menceritakan pengalaman kuliahmu
"aku gak ikut ospek, tapi nanti aku ikut osjur"
"hari pertama aku masuk kuliah, aku terlambat"
"aku tidak kenal siapapun, lah aku gak ikut ospek"
Aku menikmati semua cerita-cerita itu, bahkan kita bisa bercerita sampai larut malam.

Buku 2000 halaman, yang pernah kamu baca dan sempat kamu ceritakan sebagian ke aku.
Anime "No Game No Life", itu adalah Anime pertama yang pernah aku lihat
aku menikmati ketika kamu menceritakan cerita anime itu, aku menontonnya dan aku tidak menikmati anime itu. Aku menikmati hal "anime ini dari kamu"

Setelah banyak hal yang kita lewati, semakin aku merasa lebih dekat dengan kamu. Kita pergi makan keluar, waktu kita habiskan sepanjang malam dan kita sampai dirumah larut malam.

Oase, tempat yang sangat sering kita kunjungi. Ya, aku tahu setiap kita kesana itu adalah permintaanku. Di oase pertama kalinya aku berani menyandarkan kepalaku dipundakmu.
Bahasa tubuhku mengatakan "aku nyaman".
Aku mengajakmu mengunjungi cafe favorite ku di Sulfat. Hei, aku tidak mengajak sembarangan orang mengunjungi cafe itu. Pesanku mengatakan itu adalah tempat favorite ku
"tolong jangan membawa orang lain ke cafe ini tanpa aku, ini adalah favorite ku"

Beberapa hari ini aku pergi kemanapun sendiri, setiap jalan yang aku lewati dalam hati aku berkata "aku pernah melewati jalan ini sama kamu". Karena hampir semua jalan di Kota Malang sudah pernah kita lewati. Sampai seterusnya jalan-jalan itu akan tetap mengingatkan aku.

Ketika aku sakit aku memintamu mengantar ke dokter karena aku tau 2 hari lagi aku akan ujian TA.
aku memegang jaket dan sesekali bersandar dipunggungmu, pertama kalinya aku merasa dibalik punggung ini aku dilindungi.

Pada waktu ujian kamu mengantarkan aku, kamu kabur dari kampus, kehujanan sampai basah demi aku. Pertama kalinya aku merasa kamu mau berkorban buat aku. Kamu yang memberi banyak masukan buat aku, kamu yang menertawakan aku ketika aku menjawab pertanyaan, tapi aku merasa saat itu kamu peduli dengan kuliahku.

Pantai Nganteb adalah pantai pertama yang pernah kita kunjungi bersama. Meskipun bukan hanya aku dan kamu, tapi disana aku sekali lagi merasa "Oh God, kenapa dia bisa special?"
Sepulang dari pantai itu aku memberanikan diri berkata
"aku menyukai mu". Sampai detik ini aku tidak menerima respon apapun darimu tentang hal itu. Aku tidak peduli, aku berusaha memahami dari setiap ucapan yang km katakan.

Keesokan harinya karena sebuah kejadian tertentu aku berkenalan dengan 2 orang gadis. Baik, kesan pertamaku saat itu. Aku berpesan kepada salah satu dari mereka "dibantu terus ya kalau dia sedang butuh bantuannya".
Sekian lama aku sama sekali tidak berkomunikasi dengan mereka. Entah kenapa sekarang menjadi 3 gadis yang membenciku dengan sangat sempurna meskipun mereka tidak mengenalku.
Loh, kok tau?
Bukankah kamu yang mengatakan kalau IQ ku diatas rata-rata?
Aku tidak tahu apa salahku, ketika aku bercerita kemarin aku hanya ingin berbagi perasaan ku dengan mu. Hanya ingin kamu sedikit saja punya rasa empati.

Ternyata keinginanku supaya kamu berubah menjadi pribadi yang lebih baik malah membuat aku sekarang kehilangan kamu. Aku tidak peduli dengan 3 gadis itu. Aku tidak peduli mereka membenciku dengan cara mereka, membicarakan aku. Aku tidak asal menuduh, bahkan sama sekali tidak ada niatku untuk menjelekan mereka didepanmu. Mereka adalah temanmu dan sebisa mungkin aku berbaik-baik kepada temanmu.

Kamu tidak akan peduli dengan apapun, bahkan perasaanku. Aku tidak pernah mendapat jawaban dari setiap pertanyaanku. Mungkin ini adalah cara Tuhan melukiskan cerita dikehidupan ini antara aku dan kamu.
Kamu sudah mendapatkan posisi tersendiri dihatiku, posisi itu tidak akan tergantikan dan aku akan menjaminnya untukmu.

Ini adalah pertama kalinya aku bersedih karenamu.