Kamis, 20 April 2017

Manusia Baik

Sekitar 2 minggu yang lalu saya dan salah satu teman cowok saya yang saat itu cukup dekat dengan saya mengalami sedikit masalah. Sebenarnya masalah itu tidak datang dari kami, tapi dari pihak lain yang saat itu salah paham dan akhirnya kami menerima imbasnya.

Dari masalah itu sikapnya semakin dingin, bahkan sampai saat ini dia menjadi pribadi yang sangat sulit untuk diajak berkomunikasi. Padahal sebelumnya hampir setiap hari kami berkomunikasi dengan baik, seringkali kami menghabiskan waktu bersama hingga larut malam dan menikmati waktu berdua bersama menyusuri jalan di Kota Malang.

Saat itu saya sempat menegurnya karena kesalahan yang dia perbuat. Saya rasa karena teguran saya malam itu cukup menampar dia dan mungkin cukup membuat dia tersinggung, sejak saat itu lah dia memutuskan untuk "don't care for anything". Itu adalah bahasa yang diberikan kepada saya.

Sampai seminggu saya bertekun untuk berdoa buat dia, saya menyebut namanya dengan jelas dalam setiap doa yang saya panjatkan. Untuk apa?
ketika dua orang saling berjauhan dalam segi fisik yang bisa mengikat hubungan kedua orang ini adalah doa.
Contohnya apa, kenapa hubungan anak dan ibu yang saling berjauhan tidak kunjung usai? Karena sang ibu senantiasa mendoakan sang anak. Pemersatu mereka adalah Doa.
Ya itu yang menjadi dasar saya kenapa sampai tadi pagi saya masih menyebutkan namanya dalam doa.

Saya bercerita kepada dua rekan saya, bukan untuk membencinya. Saya hanya bertanya "apakah yang saya lakukan selama ini sudah tepat? dia tidak merespon dengan baik tetapi saya terus saja mengingatkan dia akan kebaikan"
Keduanya menjawab
"Sudahlah, dia itu nggak penting buat kamu. Ngapain toh kamu ngingetin orang yang gak bisa diingatkan?"
Nasehat itu bertentangan dengan hati nurani saya. Apakah saya akan diam ketika orang yang dekat dengan saya sedang berjalan di jalan yang salah (menurut saya)?

Bahkan sampai malam ini ada perasaan yang kuat dalam hati saya
"dia hari ini melakukan satu kebaikan", saya tidak tahu apa yang dia lakukan, kebaikan yang dia lakukan untuk siapa, kapan dia melakukan kebaikan itu, dengan tujuan apa? saya nggak ngerti dan memang nggak mau cari ngerti.
(saya hari ini sibuk, saya dikantor dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore lanjut kursus bahasa inggris demi study lanjut ke ausie sampai jam 6 sore jadi memang saya nggak sempat cari tau. hanya entah kenapa jari-jari ini lancar menulis dan yakin memang itu yang terjadi)

Dari mana datangnya perasaan "dia hari ini melakukan satu kebaikan"?
Ketika dia yang tekun kamu doakan sepanjang malam dan pagi hari, perasaanmu akan kuat. Bahkan ketika kamu sudah merasa "ah dia ini bukan siapa-siapa". Kalau bahasa jawa guduk sanak guduk kadang.
Dia sedih, dia kecewa, dia bahagia, dia sedang banyak masalah kamu akan tahu, ya karena dialah yang kamu ikat sendiri dalam doamu. Meski bibir bisa saja merasa "ah nggak juga tuh, doa itu apa? klasik dan kuno". Dijaman modern ini saya masih kuat meyakini The Power of Pray. Sampai kapanpun Doa akan punya kuasa.

Jujur saya bukan tipe wanita alim, berjilbab seperti ninja yang selalu On Time sholat 5 waktu tanpa telat sedetikpun, menolak bersalaman dengan lelaki yang bukan muhrim. Itu semua bertentangan dengan kehidupan saya. Masalahnya bukan penampilan, bukan yang kelihatan. Masalahnya ada didasar kamu menjalani kehidupan. Lihat rumah, dasar yang disebut dengan pondasi nggak akan pernah kelihatan, tapi akan kelihatan kuat dan kokoh ketika ada badai, tsunami, halilintar, petir, hujan, angin, banjir dan lain-lain menerpa. Kalau rumah ini pondasinya kuat dia akan baik-baik saja.

Bagaimana terus bisa tahu seseorang punya dasar yang kuat atau tidak?
Saya nggak bisa kasih tau ciri-cirinya, cuma saya akan bercerita tentang diri saya sendiri. Sejak SD saya suka berteman dengan cowok, SMP saya sudah pakai motor ke sekolah dan hanya sesama cowok yang melakukan hal itu. SMA saya sangat sering pulang malam, jam 10 malam sudah jam yang sangat biasa, apalagi kuliah. 5 hari nggak pulang tanpa kabar it's fine. Sampai rumah jam 2 pagi, jam 5 pagi, nerima tamu-tamu cowok sampai pagi dirumah itu sangat lumrah bagi saya, meskipun kanan kiri bilang "waduh iku gak sampek lulus SMA wes rabi". (suatu saat saya akan ceritakan kenapa saya nggak suka berteman dengan cewek). Secara hukum sosial saya sudah di judge "wanita nggak bener ini", bagi saya yang menyukai saya tidak akan peduli dengan anggapan itu, semua itu hanyalah aturan sosial yang entah sejak kapan berlaku. Tapi ketika saya tengok kanan kiri saya, yang terlihat selalu dirumah, yang terlihat baik-baik saja, yang terlihat tidak pernah keluar malam nyatanya hamil duluan sebelum menikah.

Nggak peduli kamu bergaul dengan siapapun, bagaimana bentuk teman-temanmu, dimana lingkungan yang sering kamu habiskan waktumu. Kalau dasarnya ini sudah kuat, apapun yang kamu lakukan akan baik-baik saja :)

Kembali ke cerita teman dekat saya tadi.
Nah pada akhirnya setiap manusia akan merindukan sebuah kebenaran yang hakiki. Saat ini kebenaran mungkin akan kalah, tetapi keberanan tidak akan pernah salah. Sama, pada akhirnya pun dia adalah manusia yang baik.
Saya menantika dia berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hei ingatlah, kebaikanmu bisa membuat siapa saja baper :p
Tapi tetaplah berbuat baik, kalau mereka baper itu urusannya, bukan urusanmu :)

0 komentar:

Posting Komentar