Malam kemarin akhirnya saya bercermin dan melihat diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya merasa, iya ya salah. Kenapa saya harus ikutan emosi dengan hal yang sangat tidak penting.
Ada seorang yang usianya 3 tahun diatas saya, saya bersyukur Tuhan pertemukan kami kembali diwaktu yang tepat. Dia membukakan dan membeberkan apa yang selama ini saya lakukan memang tidak 100% benar kok.
Awalnya masalah sosmed, ya saya juga nggak habis pikir kenapa ya saat sosmed saya dilihatin itu saya jadi marah? kenapa kalau dia share posting saya di sosmed saya jadi emosi?
Toh memang saya kok yang posting itu untuk public dan siapa saja memang sebenarnya punya hak untuk melihat apapun yang saya posting.
Kemudian saya cerita ke teman saya itu "loh saya itu loh beberapa kali posting hal-hal baik, posting Firman Tuhan, mengutip ayat-ayat alkitab, tapi saya loh masih dikata-kata in ........."
(nggak lolos sensor)
Entengnya dia menjawab, lah biarkan saja. Kamu posting baik, 100 orang terberkati dan 3 orang tidak suka. Ya itu wajar. Jangankan kamu, Ahok aja tuh Gubernur jelas kelihatan mata dia orang baik tapi masih aja banyak yang nggak suka. Apa kamu mau menghentikan kata-kata baikmu hanya karena 3 orang yang tidak suka dan menganggap kamu sok alim?
Ya ya, saya hanya angguk-angguk saja dan dalam hati berkata "kenapa gak dari dulu dia kembalinya?"
Kemudian saya masih mengeluh "tapi saya tahu semua isi sosmednya" sambil saya tunjukan semua yang pernah mereka biacarakan.
Ya enteng lagi dia menjawab. Kamu jadi tahu karena kamu cari tahu, coba dari awal kamu nggak usah cari tahu, ya pasti nggak tau. Lebih baik sama sekali tidak tahu apa-apa tapi hidup damai dari pada kamu mengetahui segala sesuatu tetapi membuat kamu gelisah.
"Loh, tapi itu nyangkut paut aku loh kak"
Ya biarkan saja. Memang kamu famous kok, nama kamu akan dikenang dalam kehidupan mereka. Entah jadi buruk atau baik, yang penting dikenang aja dulu. Liat tuh Ahok, dia akan dikenang terus entah jadi baik atau jadi buruk.
"Lah masak aku dibawa-bawa dan dikata-katain mau diem aja?"
Terus kalau km tanggepin selama ini kamu dapet apa? Masalahnya selesai? Yasudah diam saja, singa itu gak mungkin mengaung liat anjing menggonggong, dia sadar kalau singa tidak layak mengahadapi seekor anjing. Ya anggap saja mereka anjing menggonggong.
Ya sekali lagi saya angguk-angguk, setuju sambil dalam hati bilang
"iya iya selama ini saya salah nanggepin anak yang urusannya cuma sekedar kuliah saja, awal-awal lagi, belum juga setahun lulus SMA"
Saya kembali mengeluh
"kak, tapi ada teman dekat saya saat itu, dia cowok kak, dulu kami sangat dekat, tapi sekarang dia berubah"
Terus urusannya apa? Emang kamu nggak bisa ngapa-ngapain tanpa dia? Lah dia siapa kamu?
"Ya enggak, aku cuma heran aja dulu aku dan dia itu saling mengerti, saya denger ucapannya saja sekali saya bisa paham apa yang dimaksud, tapi sekarang saya nggak tau jalan pikirannya"
Semuanya akan dijawab oleh waktu, kebaikan dan keburukan orang itu yang bisa menjelaskan hanyalah waktu. Emang kamu punya salah apa sama dia? sampai dia bersikap seperti itu? Kalau kamu kenal sebulan dua bulan ya pasti kesannya baik
"aku nggak tau apa salah saya, beberapa kali aku nanya. aku ini salah apa toh, kok sikapnya jadi berubah gini? tapi dia selalu menjawab baik-baik saja, nggak pernah ada kata menyalahkan, sampai saya bingung sendiri"
Ya berarti emang kamu nggak salah. terus pas dia ngomong kamu gak salah kamu makin bingung ya?
"ya iya lah bingung, bayangin ya, dulu nih tiap hari ketemu, minimal seminggu sekali bisa dipastikan kami jalan-jalan keluar, lah terus sekarang dia tiba-tiba diam seribu bahasa kayak mulutnya habis dijahit aja"
Kamu nggak salah, dia juga nggak salah sih. Kamu bingung dengan sikapnya kenapa dan dia juga punya hak untuk tidak menyampaikan apapun ke siapapun. Ya kamu juga gak bisa maksa dia harus ngomong apa masalahnya dia ke kamu, siapa kamu? (jleb).
Apalagi setahuku kamu dari kecil rasa ingin tahunya besar, kalau gak beneran tau sampai dalem-dalemnya ya mbok sampai dia masuk kuburan juga tetep bakal kamu tanyain.
(saya ngakak dan emang bener sih ya, kalau saya belum tau detil tentang apapun ya gak bakal lega)
Tapi gitu itu dikurangin, janga diterus-teruskan. Kasian kamu sendiri nanti, capek jadinya. Mulai dipilah-pilah mana yang layak dipikirkan dan yang tidak layak dipikirkan.
"kak, tapi diluar aku punya salah apa enggak, aku sudah sering minta maaf kok"
ya baguslah, terus respon dia gimana?
"dia gak pernah ngrewes maafku, yang diinget pas aku marah-marah mulu, dia juga gak lihat kali aku marahnya kenapa. tapi kadang dia ya pernah jawab, maaf tentang apa lagi?"
kamu kok kayak Ahok Junior sih (sambil dia ngakak-ngakak)
"leh, apasih?"
Lah iya, kamu itu marah tapi yang dilihat marahnya, bukan penyebab kamu marah. kamu minta maaf nggak direwes, tetep aja dituntut haha.
Sama sih kayak Ahok, yang disorot itu marah-marahnya, salah satu kalimat aja sudah minta maaf tapi maaf nya gak direwes hehe.
"Lah iya sih ya, terus enaknya gimana kak?"
yaudah lah diamkan saja, toh kamu sudah minta maaf, direwes apa enggak itu urusannya. blokir aja sudah semua sosmednya.
"oke deh, besok tak blokir aja sosmednya, apa malam ini juga deh saya blokir"
(ya akhirnya jadilah peristiwa pemblokiran tersebut)
the end :)
masih belum sampai inti tulisan :)
yaudah lah diamkan saja, toh kamu sudah minta maaf, direwes apa enggak itu urusannya. blokir aja sudah semua sosmednya.
"oke deh, besok tak blokir aja sosmednya, apa malam ini juga deh saya blokir"
(ya akhirnya jadilah peristiwa pemblokiran tersebut)
the end :)
masih belum sampai inti tulisan :)
0 komentar:
Posting Komentar