Jumat, 29 April 2016

Fanatik di Jaman Modern

Pernah nggak kalian ketemu sama orang yang sangat fanatik? ada? pasti ada, entah itu pernah mengalami sendiri atau sekedar dari cerita orang. Menyebalkan? Ya tentunya, sangat menyebalkan, walaupun sebenernya fanatik atau enggak itu bukan menjadi urusan kita lagi.

Beberapa bulan ini ada orang baru yang masuk di kantor saya. Saya nggak terlalu mengenal siapa dia. Saya pun juga nggak mau ngurusi urusannya dia. Saya hanya tahu siapa namanya saja.

Ada beberapa hal yang menurut saya lucu, saya sadar berbeda keyakinan dengan dia. Ya tentunya dari kebiasaan dia beribadah setiap harinya. Begitu juga dengan dia, harusnya dia sadar kalau kami berbeda keyakinan.

Setiap hari saya selalu memutar lagu rohani, sesuai dengan keyakinan saya. Awalnya saya nggak peduli sama sebelah saya, toh kalau dia akan melakukan ibadahnya juga pergi ke tempat lain. Jadi saya rasa nggak mengganggu dia kalau saya memutar lagu rohani dengan volume yang sangat sangat sangat pelan (saya rasa lagu ini cukup untuk saya saja, karena ini keyakinan saya). Lama kelamaan saya merasa aneh dengan tingkah nya. Ketika saya memutar lagu rohani dia dengan segera mengambil headset dan mendengarkan (entah apa yang diputar) dari handphone nya sendiri. Kalau setiap saya memutar lagu apapun dia memakai headset artinya suara dari PC saya mengganggu konsentrasinya. Tapi menggunakan headset tidak berlaku ketika saya memutar lagu sekuler, toh yang saya putar bukan hanya lagu rohani.

Sadarnya kapan? Sadarnya ketika dia memutar suatu hal dari HP nya tapi dia mungkin lupa masang perangkat headset nya, jadi saya sempat mendengar apa yang dia putar. Saya nggak perlu menyebutkan apa yang dia putar. Intinya yang dia putar itu bertentangan dengan apa yang saya putar hehehe.

Ya saya sih nggak peduli wkwkwk, toh saya itu memutar dengan sangat pelan, kalau pun dia dengan karena duduknya di meja sebelah meja saya (saya nggak suka pakai headset karena harus sering2 angkat telfon). Malah kadang saya sengaja putar lagu rohani seharian biar dia juga pakai headset seharian :p

Bahkan, ketika dia pulang semua rekan kantor di pamit, saya? enggak hahaha.

Something funny in modern life :)

Kamis, 28 April 2016

Narasumber (kesekian kalinya)

Sebagai salah satu mahasiswa aktif sebuah universitas tentunya kita pernah terlibat dalam satu acara tertentu atau mungkin juga lembaga kemahasiswaan. Termasuk saya yang tahun pertama dan kedua adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi. Apalagi sistem universitas yang memberikan sistem poin keaktifan demi syarat kelulusan mahasiswa. Tentu saja, mau tidak mau mahasiswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan.

Tahun pertama saya menjabat di BPMU (Badan Perwakilan Mahasiswa tingkat Universitas), sedikit tentang BPMU, jadi ini adalah lembaga kemahasiswaan tertinggi di universitas saya (cie gaya banget yg pernah punya jabatan tertinggi), Pekerjaannya adalah mengawasi kinerja lembaga kemahasiswaan yang lain dan sebagai legislatif mahasiswa. 2 tahun saya menjabat di BPMU dan tahun ketiga memutuskan untuk fokus pada study saya.

Saya sendiri tidak merecord capaian yang sudah saya lakukan, seharusnya ada cuma saya lupa sudah melakukan apa saja hehe. intinya dua tahun pertama di BPMU itu sangat menyenangkan.

Tahun ketiga saya fokus ke study dan karir saya. Saya mengundurkan diri dari BPMU (ada sebuah cerita kalau hampir saja saya menjabat ketua ditahun ketiga karena diajukan oleh rekan-rekan). Syukurnya saya terlepas dari tanggung jawab itu. Saya memilih menerima banyak job di bidang keilmuan saya, mencari referensi study lanjut, mendalami ilmu dengan menjadi asisten dosen dan lain-lain.

Entah apa yang menjadi pertimbangan rekan-rekan yang lain, sehingga sebagian dari mereka sering menunjuk saya sebagai pembicara atau narasumber dikegiatannya. Mulai kegitana tingkat prodi sampai tingkat universitas, bahkan narasumber untuk lembaga kemahasiswaan lain. Kalau boleh jujur, saya itu bukan mahasiswa yang pinter-pinter banget. IPK saya itu cukupan, gak terlalu bagus, tapi juga gak terlalu jelek. Tampang? Hmmm, mungkin meyakinkan karena saya tipe mahasiswa yang "kakean gaya". Jadi banyak yang segan dan jarang punya masalah sama pihak lain.

Apa jadi narasumber itu enak? Hmm saya rasa enggak juga. Membuat materi dan menyampaikan kepada banyak orang itu bukan hal yang mudah. Ditambah, mahasiswa menyampaikan materi kepada sesama mahasiswa. Dipandang sebelah mata itu sudah jadi hal yang sangat biasa hehehe. Apalagi kalau mahasiswa yang ikut acara tersebut hanya mahasiswa yang membutuhkan poin keaktifan, sudah pasti sini ngomong sana juga ngomong. Lebih menantang lagi kalau materi yang harus disampaikan adalah materi yang nggak ada prakteknya. Nah loh, bakalan ditinggal tidur sama peserta kalau kita gak pinter-pinter ngajak interaksi.

Dari beberapa saya ditawari jadi narasumber, alasan mereka memilih saya adalah karena tanggung jawab, attitude dan kesungguhan. Beberapa pihak sih Puji Tuhan tidak pernah bermasalah selama saya diberikan tanggung jawab, ya masalah itu pasti ada, tapi lari dari tanggung jawab tentu aja enggak :)

So, intinya have a good attitude :)

Sabtu, 23 April 2016

Title nya "Pemuka Agama" - PDKT

Perbolehkan saya untuk mengenalkan diri saya terlebih dulu dan sedikit karakter saya. Oke, saya itu tergolong orang introvert yang nggak suka basa-basi. Jadi saya butuh kenal banyak orang yang pembicaraannya gak monoton. Tapi saya bisa jadi orang yang bertingkah "gila" kalau udah ngumpul sama temen deket atau keluarga :D kalau yang kenal saya didasarnya saja, kesan pertama pasti pendiem, cuek, sombong dan egois. Padahal dalemnya sama sekali gak pendiem (in case buat yang udah mengenal saya dengan baik dan saya mengenal dia dengan baik).

Oke, setelah tahu karakter saya yang sebenernya, saya bukan orang yang terlalu kaku walaupun terkesan sering serius, Bahkan yang udah mengenal saya dengan baik (jarang, karena saya tipe yang susah deket sama orang lain) bisa bilang kalau saya ini orang e agak "slengek'an" (slengekan itu seneng bercanda).

Baru-baru ini saya dideketi sama cowok (cieeeee akhirnya wkwkwkwkwk). Ya ini bukan kasus pertama saya dideketin saya cowok. Tapi cowok satu ini beda sampai saya bisa menulis pengalaman saya dengan dia. Saya nggak sengaja kenal karena sebuah pertemuan keagamaan. Awalnya tuker pin BB. Ya okelah, ntar kalau saya merasa terganggu bisa di delcon. Toh juga anak ini anak luar kota. Jadi saya mah gampang ngilang kalau memang nantinya merasa nggak nyaman hehehe.

Awal-awal dia memperkenalkan dirinya, siapa dia, apa pekerjaan dia, berapa penghasilan dia, apa pendidikan dia. TANPA saya tanya -_-
Ya saya itu nggak terlalu suka ngurusi orang lain, jadi itu nggak menarik buat saya, apalagi karena saya nggak tertarik hahahaha.
Saya ceritakan sedikit tentang dia (bukan bermaksud menjelekan ya)

1. Pendidikan
Oke dia ini S1 mengambil jurusan theologia, sekarang sedang S2 juga jurusan theologia. Artinya setiap saya ajakin bercanda dia selalu menyambungkan dengan ayat alkitab -_- (kadang disalah salah kan) Laaaaah saya yang seneng bercanda diajakin kaku-kakuan berdasarkan ayat alkitab. Mana betah?
Parahnya, kalau ngegombal pakai ayat pula, beneraaaaaaaan saya heran jaman sekarang ada cowok yang nggombalnya model begini.
Bahkan saya pernah nulis status BBM (personal message) "Happy Sunday" dan dia ngasih komentar "Happy Sunday itu salah, yang bener Happy Sabbath Day, karena menurut alkitab bla bla bla bla" (iyeee terserah eluuuu)
Pernah pula saya nulis satu ayat tanpa saya cantumkan itu ayat dari pasal mana. Eh dia ngasih komentar "Kalau nulis dicantumkan itu dari mana, jadi yang baca gak bingung, karena menurut ilmu theologia bla bla bla bla" (yaelaaaah status juga status gua)
Saya itu nggak benci kok sama ajaran alkitab tapi kalau saya di pdkt i model begini saya yang kagak kuat :p

2. Penghasilan
Ya penghasilan ini lumayan penting, buat cewek apalagi. Realistis dong, cewek butuh cinta tapi juga butuh duit :p
terus dia pernah menjelaskan (dan sekali lagi saya nggak minta dijelaskan), jadi menurut firman Tuhan berkat itu datangnya dari Tuhan, jadi bla bla bla bla. (udah nggak usah dijelaskan) ntar jadi tambah bingung)
Jujur sih kalau yang ini saya lebih setuju dengan orang yg pernah pdkt sama saya juga (tapi sampai sekarang saya masih belum menjatuhkan pilihan) "Kalau ke tempat ibadah itu jangan cari berkat karena kita itu sudah diberkati, kalau kita ke tempat ibadah fokusnya mencari Tuhan dan memberkati orang lain" Saya sangat setuju dengan konsep ini. Give and give.

3. Aktifitas
Saya itu bukan polisinya yang harus menerima laporan apapun dari yang dia kerjakan. Apalagi kita belum ada komitmen apapun. Saya juga orang yang sebenernya nggak peduli dengan urusan orang lain sih. Saya mau melakukan apa ya saya memikirkan apa yang saya lakukan. Sangat sangat sangat sangat jarang saya tahu apa yang orang lain kerjakan, kecuali aktifitas itu berhubungan dengan saya.
Suatu hari yang bikin saya juga agak jengkel, dia tanya
"besok kamu ibadah jam berapa?"
"sepertinya jam set7"
"berapa kali?"
"satu kali"
"oh kalau saya empat kali, setiap minggu saya selalu ibadah 4 kali, karena setiap ibdah itu punya perbedaan, kamu juga harus gitu" (ya batinku cuma, siapa elu sih? ya yang penting kan bagaimana kita mempraktekan apa yang didapatkan dari ibadah dalam kehidupan sehari-hari, jadi bisa jadi terang dan garam dunia secara nyata). Ini lama-lama saya kesel. Percuma kan kalau ibadah 4 kali sehari tapi tidak bisa menjadi garam dan terang dunia secara nyata. Lagian nih iman tanpa perbuatan sama aja mati.
Satu lagi dia pernah bikin laporan
"saya tak belajar dulu ya, karena besok saya harus khotbah 2 kali" (saya coding tiap hari juga gak ada urusan sama dia, gak pernah lapor kalau saya lagi bikin aplikasi, saya berharap seharusnya dia juga begitu).


Sudah... cukup... ngeluarin unek-uneknya udah cukup..
Saya tahu kalau title nya dia adalah "pemuka agama" yang mungkin setiap minggu khotbah. Tapi ya jangan begini juga. saraaan kongkrit buat cowok yang lagi PDKT sama cewek jangan modelan kayak begini ya. Percayalah, cewek nggak akan tahan. Yang ada cewek itu makin ilfeel. Beneran. Apalagi cewek modelan kayak saya yang nggak suka ribet dengan hal-hal yang seharusnya nggak ribet. Bahkan yang beneran ribet kadang dibikin gak ribet :p

Ya urusan surgawi itu memang penting, tapi kita manusia. Kehidupan itu harus seimbang. Bayangkan kalau apapun yang kita kerjakan selalu disangkut pautkan dengan hal-hal surgawi. Contoh ceritanya gini

*lagi naik motor dijalan sambil nyanyikan lagu pujian*
*tiba-tiba ada kucing motong jalan kita*
"WAAAAHHHH IBLISSSS TUH KUCING IBLISSS, SAYA TENGKING SAYA PATAHKAN KUASA IBLIS DALAM NAMA TUHAN KARENA SUDAH MENGGAGGU SAYA YANG SEDANG MEMUJI TUHAN DIJALAN"

gak begitu juga kan? Hahahahaha
jadi buat cowok yang sedang PDKT sama cewek, yang elegan sedikit yaa :)


Minggu, 17 April 2016

Investasi

Sudah pada tempatnya mendengar kata investasi yang terngiang dalam pikiran pertama kali adalah hal yang berhubungan dengan uang. Saya setuju. Investasi memang ada yang berhubungan dengan uang. Tapi ada istilah lain yang lebih tepat, menurut saya investasi itu adalah effort yang kita berikan pada suatu hal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kalau tujuan kita jadi mahasiswa dengan IPK yang bagus investasinya banyak belajar dan latihan, kalau tujuan kita jadi orang kaya investasinya bangun pagi dan rajinlah bekerja. Sesimple itu. Ya saya bukan orang ekonomi jadi saya nggak akan menjelaskan prinsip investasi yang ke arah sana hehehe.

Beberapa bulan terakhir ini saya memutuskan untuk mulai investasi buat diri saya sendiri. Keputusan untuk investasi dalam hal ini saya butuh waktu yang cukup lama sampai akhirnya saya memutuskan untuk "Ya, saya akan pergunakan uang saya ke sana".

Saya memilih untuk investasi ke bahasa. Kalau orang bilang "belajar bahasa itu bisa otodidak kok" Ya tapi nggak buat saya sih. Saya paham dan mengenal diri saya dengan baik. Jadi saya bisa tahu apa yang sedang saya butuhkan. Saya butuh untuk memperdalam bahasa inggris saya. Kenapa? Alasan pertama saya nggak terlalu mahir berbahasa inggris (bisa ya sebisanya saja), alasan kedua karena saya ingin melanjutkan study ke luar negeri (Australia) dan alasan ketiga toh kalau saya pinter bahasa yang enak juga saya sendiri.

Setelah saya bertekad untuk investasi dibidang bahasa buat diri saya sendiri, saya mulai mencari. Siapa ya kira-kira orang yang tepat yang saya kira mau mengajari saya? Jujur saya nggak kepikiran orang lain atau tempat kursus lain kecuali salah satu profesor di kampus saya. Ya saya memang belum terlalu kenal beliau sih, cuma entah kenapa feeling ini bilang "beliau ini orang yang bisa nuntun saya belajar bahasa dengan baik". Saya pun sudah banyak mendengar informasi tentang beliau, prestasi beliau, ya apalagi gelarnya "profesor". Tulisan-tulisan beliau di blog nya juga sudah saya baca, secara garis besar saya mulai yakin kalau beliau orang yang peduli dengan mahasiswa yang "niat belajar" dan setahu saya beliau pasti mau membantu :)

Nggak butuh waktu lama, setelah keberanian saya muncul saya mulai chat dengan beliau disalah satu sosial media saya. Kenapa butuh keberanian? Ya karena selama saya kuliah disini, beliau adalah orang paling introvert yang pernah saya temui hehehehe. Tapi, saya yakin sih. Sediem-diem nya orang, kalau kita punya niat baik dan dasar dari orangnya sendiri juga baik pasti ada jalan buat berkomunikasi :) termasuk guru besar ini hehehe.

Saya menunggu sekitar 2 hari balasan chat dari beliau, waktu yang cukup lama untuk menunggu balasan chat kan? Ya tapi saya nggak putus asa dan tetep yakin kalau beliau pasti mau ngajarin. Minimal mau ngasih referensi belajar buat saya. Akhirnya chat saya di balas. Awalnya beliau bingung "kok ya saya ini tiba-tiba ngechat begituan?". Ya tapi dalam chat saya sudah saya jelaskan kalau saya mau belajar dengan beliau sampai saya mahir dalam bahasa inggris. Puji Tuhan, beliau setuju dengan biaya per pertemuan sekian rupiah. Wait? Bayar? Bukannya ilmu itu nggak bisa dibeli ya? Sebenarnya bukan masalah beli jasa atau beli ilmu, tapi "bayar" itu menurut saya adalah salah satu bentuk penghargaan kita kepada orang yang telah menyempatkan diri membagi waktu nya dengan kita hanya sekedar membagikan ilmu.

Saya nggak terlalu peduli dengan tawaran yang beliau sampaikan. Saya sama sekali nggak merasa "diakali" atau "ditipu" dengan biaya sekian rupiah tadi. Saya hitung-hitung, biaya sekian rupiah tadi itu nggak sebanding dengan penghasilan beliau sebagai profesor yang ditanggung oleh negara setiap bulannya dengan nominal yang cukup besar dan penghasilan beliau sebagai dosen. Belum lagi kalau mungkin beliau juga punya bisnis diluar itu semua. Nah kan? Masih sempet tah profesor kayak beliau tega ngakali mahasiswa biasa-biasa kayak saya? intinya positif thinking saja :)

Planning saya sudah sangat matang, karena saya nggak mau membebani orang tua saya dengan tambahan investasi bahasa inggris ini, jadi saya ambil waktu yang kira-kira sebentar lagi beasiswa saya dari kampus cair hehehe. Bener rencana saya, setelah deal dengan beliau, beasiswa saya cair. Ya segera saya ambil supaya nggak keburu kena auto debet pembayaran kuliah wkwkwk. Biaya kuliah dipikir ntar lah sambil jalan.

Saya menyisihkan 70% dari beasiswa saya untuk investasi bahasa inggris dan 30% untuk keperluan saya selama 3 bulan (belajar hidup hemat karena mulai marasa malu kalau harus minta uang jajan sama papi mami).

Harapan saya setelah ini adalah, saya ingin mencapai score TOEFL dan TOEIC dengan baik sehingga saya bisa lanjut study ke luar negeri. Saya juga bisa berkomunikasi dalam bahasa inggris dengan baik, secara lisan maupun tulisan :)

Suatu saat saya akan kembali bercerita tentang kesuksesan saya setelah saya berinvestasi dalam hal ini :)

Satu lagi, topang semua mimpi dan harapan dalam doa, karena doa orang benar punya kuasa yang besar :)

Jumat, 15 April 2016

Ketenangan

Pesen saya, baca tulisan ini sampai selesai. Supaya paham apa yang saya sampaikan :)
Segala sesuatu yang dikerjakan dengan "grusa-grusu" itu bisa jadi hasil tapi pasti akan memakan waktu yang lebih lama.
Beda kalau sesuatu kita kerjakan dengan lebih tenang hasilnya akan lebih baik dan waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikan lebih sedikit.

Saya mendapatkan pengetian ini ketika saya harus menyelesaikan tanggungan Praktik Kerja Lapangan. Saya sudah berporses dengan semua ini sekitar 3 bulan, 2 bulan saya kerjakan dengan "grusa-grusu" pokok ndang mari(btw, grusa-grusu itu bahasa jawa yang kalau dibahasa indonesiakan kira-kira "terburu-buru", tapi kurang tepat juga, ah entahlah apa pokoknya seperti itu). Hasilnya Zonk. Hasil coding saya semuanya ngrombak habis-habisan. So far, saya merasa kalau saya sudah mengerjakan semuanya dengan baik. Dalam pikiran anak teknik (yang tidak mendalami sistem), yang penting adalah hasil (input output sesuai, selesai). Menjadi sebuah permasalah ketika penilainya adalah orang sistem yang mengharapkan hasil analisis sistemnya sempurna.

[btw, saya itu anak informatika yang nggak terlalu paham tentang sistem bahkan bisa dibilang gak ngerti, taunya cuma coding dan lagi pengen mendalami kecerdasan buatan dengan algoritma-algoritma yang menurut saya itu menarik untuk dipelajari dan diterapkan diberbagai hal.]

Karena hal itu lah saya nggak terlalu ambil pusing dengan yang namanya sistem, perancangan database dan lain sebagainya. Oke untuk mengatasi permasalahan tadi diatas, merancang sistem dan lain sebagainya yang saya nggak ngerti, saya minta tolong ke anak Sistem Informasi (setahu saya, mereka mendalami tentang perancangan sistem dan database). Ya, saya bersyukur karena sejauh saya kuliah di Ma Chung nggak pernah bermasalah dengan siapapun, bahkan saya bisa menjalin hubungan baik dengan siapapun. Permasalah baru yang muncul, ternyata anak Sistem Informasi yang saya mintai tolong untuk mengajari saya merancang sistem sama-sama nggak ngerti nya (something wrong! gimana mereka bisa nggak ngerti? kan itu bidang mereka, kalau mereka gak jago coding oke lah karena mereka nggak mendalami coding, tapi sistem? Ya oke lah entah apa yang terjadi, kalau saya nanya ke satu orang saja masuk akan kalau gak ngerti, tapi saya nanya ke beberapa anak, atau emang bisa jadi meraka gak mau ngajari, atau mungkin itu ilmu rahasia? entahlah).

Putar-putar otak lagi untuk fokus menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan ini. Ya saya memutuskan untuk kembali fokus ke coding, bukan sistem. Saya menitik beratkan pada hasil yang akan saya dapatkan dalam aplikasi saya nantinya. Yang penting aplikasinya bisa dipakai dan sesuai dengan tujuan pembuatan aplikasi.

Saya balik ke laptop saya, saya coba start lagi di beberapa bagian yang membutuhkan perubahan. Kali ini saya mencoba melakukan dengan lebih tenang dan ati-ati. Apalagi aplikasi yang saya bangun ini adalah website (HTML dan PHP) yang sangat jujur. Jadi kalau kita miss di satu bagian aja, fungsi utama yang diharapkan bisa jadi nggak jalan sama sekali padahal kita sudah cek berkali-kali seperti tidak ada masalah. Saya mengalami itu berkali-kali, seakan-akan coding saya ini sudah tidak ada masalah. Tapi kok? Javascriptnya nggak jalan ya? Ya begitu seterusnya dan membuat saya capek melototi javascript satu per satu.

Trik ini berhasil, walaupun dibutuhkan ketelatenan extra dalam mengerjakan website ini tapi saya berhasil mengerjakan kurang lebih 50% dari hasil yang diharapkan (tanpa peduli ERD dan DFD atau perancangan database yang mateng, sekali lagi, yang penting hasil dan tujuan tercapai) Toh pekerjaan ini sudah di acc sama Pak Bos hehehe. Waktu yang saya butuhkan sekitar 7 hari (nggak full)

Ya dari mengerjakan PKL ini saya dapat pemahaman baru, kalau ketenangan dan ketelatenan itu sangat dibutuhkan. Ya memang pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan berbagai macam cara. Termasuk cara "grusa-grusu" yang penting kelar kan?

Tapi menurut pengalaman saya sendiri, bekerja dengan penuh ketenangan, pelan-pelan dan hati-hati itu jauh lebih efisien dibandingkan bekerja dengan "grusa-grusu" karena semangan 45.

Satu lagi sih tentang sebuah ketenangan, sejauh ini saya nggak menghasilkan apapun selama saya mengerjakan coding di kantor saya. Why? karena kondisi kantor saya kurang tenang. Coba bayangkan:
1.  rata-rata 30 menit sekali selalu ada telfon masuk, dan itu adalah kerjaan saya untuk angkat telfon, walaupun  99% telfon itu bukan untuk saya.
2. anak magang dari SMK yang jumlahnya sekitar 6 anak dikantor saya, puter musik dengan suara yang keras, bercanda gak jelas yang itu sangan mengganggu konsentrasi saya.
3. faktor psikologi (mungkin), posisi saya duduk ada didepan Pak Bos, saya merasa terintimidasi (lebaaay) dengan posisi bekerja yang seperti itu. kenapa saya kerjanya harus dipelototi kayak gitu sih? (Ahh mungkin perasaan saya aja). Mending biarkan saya semedi diluar ruang, nggak usah diliatin, yang penting jadi. Satu lagi, kalau Pak Bos lagi ada tamu + ngobrol (anoying maximal)
4. orang keluar masuk. Ini emang nggak bisa dihindari. Bagaimana pun juga, kantor ini dibutuhkan banyak orang. Kalau cuma masuk + gak nyapa saya itu nggak masalah. Saya bisa cuek-cuek aja dengan siapapun yang masuk.

Kalau mau dijabarkan masih banyak lagi yang membuat saya merasa kalau kantor saya adalah tempat yang kurang kondusif untuk "coding". Bahkan saya pernah membandingkan produktifitas saya satu jam coding di lobby salah satu gedung, dengan muka cuek dan gak peduli siapun yang lewat atau nyapa saya, dengan berjam-jam saya dikantor. Hasilnya, saya jauh lebih produktif dengan coding di lobby. Jadi kesimpulannya tempat yang tenang juga "sangat dibutuhkan"

Apakah saya akan memutuskan buat berhenti masuk kantor? Ya nggak lah. Saya akan tetap ngantor, tapi tidak untuk coding. Yang ada codingan saya kacau kalau dikerjakan ditempat yang menurut saya nggak tenang. Saya ada dikantor ini karena belas kasihan mereka aja mungkin, bagaimana[un saya juga butuh fee untuk melanjutkan kuliah hehe.

[Btw, saya bersyukur sih punya Pak Bos, yang bisa dibilang orang yang sabar. Ya walaupun kadang saya sendiri yang sensitif sama ucapannya. Ya, nggak usah dijelaskan lah ya. Tapi sejauh ini, sejauh pengamatan saya melihat Pak Bos sering didatangi teman-teman kerja dan yang lain-lain untuk minta tolong kemudian beliau menanggapi dengan sabar cukup buat saya menilai bahwa beliau pada dasarnya adalah orang baik dan sabar. Ya saya aja kali yang nggak sepinter beliau, jadi "ngoyo" buat bisa ngerti apa yang di mau. Jadi saya nggak bilang kalau Pak Bos jahat loh ya]

Oke, back to my website. Kerjakan dengan tenang!

Senin, 11 April 2016

Dosen Pembimbing

Dosen itu ibarat manusia yang susah sekali ditebak apa maunya. Kadang baik, kadang juga galak, kadang bikin kagum, kadang ya jengkelin, kadang ngebelain, kadang juga membantai dengan soal-soal dan ujiannya. Ya pokoknya sosok yang sangat susah ditebak. Ini sih versi saya, kalau mau menambahkan dosen itu seperti apa silahkan tambahkan komentar dibawah ya hehehe.

Btw, kali ini saya mau bercertita detil tentang dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan. Saya pernah menyinggung sedikit tentang beliau di sini I call him Favorite Lecturer. This is about Favorite Lecturer :)

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, dosen itu kadang baik, kadang nyebelin, kadang ngebela tapi kadang juga membantai. so, kita nggak pernah tau bagaimana kondisi dosen sepenuhnya sebelum kita nanya "Pak, lagi badmood gak sih, mau konsul nih?" Sama seperti Favorite Lecturer ini, berubah-berubah hahaha. Eits tapi tunggu dulu, ini berubahnya 100% karena kesalahan saya sendiri wkwkwkwk. Ehh ya gak 100% juga sih, ada pihak lain yang nggak perlu saya bahas disini yang ikut andil dalam permasalah Praktik Kerja Lapangan yang sedang saya lakukan.

Oke saya akan mulia bercerita, saya melakukan Praktik Kerja Lapangan di sebuah tempat yang sebagian besar orangnya atau lebih tepatnya Manager dari tempat saya PKL bisa dibilang "pakar sistem". Artinya tuntutan mereka terhadap hasil saya itu tinggi dan sempurna.

Buat seorang programmer (kayak saya) ketika sudah selesai membuat program dan diperintahkan untuk merombak database, itu rasanya kiamat kecil dalam perkuliahan saya. Untuk yang bukan perogrammer saya jelaskan, jadi database itu adalah hal utama yang harus dirancang ketika membangun sebuah program (kalau bangunan ibarat pondasi). Kalau pondasinya yang disuruh merubah, artinya seluruh bangunan yang ada akan berubah :(

Itu yang saya alami selama saya magang disini. Saya sudah merancang database ala fika (database sak enak udel e dewe, btw emang udel itu enak ya?) yang penting programnya jalan, bisa menampilkan apa yang diminta. Selesai lah persoalan. Tapi tidak untuk disini, yang namanya orang Sistem butuhnya rancangan database yang buagusss, relasi antar table sempurna dan syarat ketentuan yang berlaku lainnya. Karena hal ini saya sempat diamarahin oleh dosen pembimbing saya karena memang rancangan database saya salah.

[btw, dalam mengerjakan PKL ini saya baru saja menyelesaikan Mata Kuliah Pemrograman Website yang masih basic, database yang ala-ala an asal lulus terus nyemplung suruh bikin program website beneran]

Selama saya bimbingan dengan pembimbing lapangan, yang disoroti adalah User Interface dari program saya. Bentuk form, cara input data dll. Tanpa menyinggung tentang database sama sekali. Artinya selama masa bimbingan saya merasa database saya sudah benar. Ehhhh ternyata program sudah jadi disuruh merombak database. Oke lah, saya terima walaupun saya pulang dengan nangis sepanjang perjalanan. It's Ok buat pembelajaran saya juga. Masalah yang ada akan membuat kita menjadi peribadi yang lebih kuat.

Lahh, disinilah Dosen Pembimbing saya beraksi Hahahaha. Saya dimarahin iya dimarahin (tapi diem aja, namanya juga dimarahin, ntar yang marah juga kelar-kelar sendiri). Tapi yang bikin saya salut, beliau sampai turun tangan ngomong ke dosen pembimbing lapangan saya, menjelaskan apa yang menjadi kendala saya dalam PKL. Awesome kan?

Artinya saya nggak salah dong memilih beliau sebagai satu-satunya dosen yang membimbing saya. Saya sih memang tipe orang yang hanya fokus pada satu tujuan. Kalau saya mau satu orang itu yang membimbing saya, ya saya hanya akan mengajukan satu nama itu saja. Seharusnya saya bisa mengajukan 3 nama dosen pembimbing usulan. Tapi entah kenapa 2 nama dibawah tidak saya isi, karena saya hanya mau satu dosen yang itu hehehe. Namanya juga favorite, ya mau gimana lagi,

Oke next, program yang dirombak saya kerjakan dalam jangka waktu 3 hari (termasuk nggak tidur dan melupakan tugas-tugas yang lain), sampai tugas yang seharusnya hard copy saya lupa mengumpulkan karena fokus sama merombak program ini.

Intinya, sekarang saya ngantuk karena lebur program untuk menyelesaikan PKL.

Btw, saya akan dengan senang hati berbagi tips untuk menjalin relasi yang baik dengan dosen. Mungkin kalau ada waktu, saya akan nulis lagi tentang hal itu :)

Kamis, 07 April 2016

Menangislah! - Gak Usah Dibaca

Siang ini entah kenapa saya ingin berbagi tentang perasaan yang sedang saya rasakan. Perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, bahkan saya yakin kalau saya bercerita tentang hal ini kepada orang lain, sebagian besar dari mereka akan menganggap saya adalah orang yang aneh. Iya aneh, saya menangis, meneteskan air mata, tidak ada yang membuat saya terharu atau membuat saya bahagia. Bahkan tidak ada yang membuat saya bersedih hari ini (may be cuma karena saya pesen makan dan datengnya lama kemudian saya sudah terlanjur kehilangan mood saya), ya tapi hal itu nggak seharusnya membuat saya menangis kok :)

Penting buat saya untuk mengenali diri saya sendiri. Tapi tidak untuk siang ini, yang saya sendiri pun susah menjelaskan apa yang saya rasakan. Okey, may be I just need some chocolate and coffee :)

Pelampiasan yang saya lakukan biasanya streaming music, baca artikel yang saya suka bahkan sampai menulis di blog pribadi saya. Cuma ya entah kenapa saya tetep aja pengen nangis. Percayalah, saya nggak sedang bersedih, kecewa atau apalah. Saya hanya ingin menangis tanpa sebab :)

Post ini nggak penting, karena hanya sebagian dari cara pelampiasaan emosi saya aja. Sudah saya kasih tahu kalau nggak usah dibaca kan? Kalau mau dibaca ya terserah toh udah terlanjur hehehe :)

Saya berharap ada seorang psikolog yang bisa menjelaskan peristiwa ini hehehe :)

Minggu, 03 April 2016

Lagu Indonesia

Pecinta musik, salah satu hal yang bisa mendeskripsikan sebagian dari kehidupan saya. Walaupun saya nggak bisa bermain musik dengan baik (mahir). Saya menyukai jenis musik apapun, RnB, POP, Rohani, Sekuler etc. Namanya juga penikmat musik, musik apapun bisa saja dinikmati.

Beberapa pekan ini saya mencintai sebuah acara kompetisi musik disalah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Nama kompetisinya juga menjelaskan bahwa acara tersebut adalah acara musik untuk masayarakat indonesia. Jurinya pun juga orang indonesia.

Walaupun saya menyukai acara TV ini, saya selalu gak dapet giliran nonton TV. Karena acara TV dirumah saya dikuasai oleh Mama, Papa dan Kongah. Kalau nggak sepak bola ya sinetron-sinetron luar negeri yang ada diawal terus tiba-tiba hilang acaranya entah kemana. Saya sendiri juga nggak tau kenapa mereka suka dengan sinetron seperti itu, yang pasti sudah bisa ditebak endingnya kemana.

Misalnya, perempuan jatuh, terus ada laki-laki yang nolongin, pandang-pandangan lama bla bla bla bla bla ujung-ujungnya mereka pacaran. Udah gitu aja muter-muter. Atau kalau enggak pacaran terus salah satu mati dan meninggalkan yang satunya yang satunya ini galau banget. Ahhh begitulah, dari ratusan sinetron yang ada. Ya walaupun nggak semuanya seperti itu sih hehehe.

So back to the Music Indonesia, acara musik ini sangat sangat sangat sangat jarang peserta menyanyikan lagu indonesia. I don't know why about music indonesia. Padahal mereka adalah orang indonesia, ikut acara di indonesia, dinilai oleh orang indonesia. kenapa mereka harus menyanyikan lagu yang sebagian besar adalah lagu luar? Entah apa jawabannya saya pun tak tahu hehe, sekedar iseng menunggu jam istirahat.

Bukan saya membenci atau tidak suka dengan music luar. Saya suka, salah satunya "Jar Of Heart" punya Christina Perry kalau saya nggak salah. D'Cinnamons tentang "Would you let me be my self". Kedua lagu itu yang sampai sekarang masih menjadi list lagu favorite saya sejak beberapa tahun lalu hehehe.

Kongkrit saja, semoga lagu-lagu indonesia bisa bersaing dengan lagu luar negeri yah :)

Lagu indonesia yang bagus menurut saya sampai saat ini dan belum ada yang tergantikan "Dealova" punya Once dan lagu-lagu punya Ari Lasso. hehe may be disini keliahatan saya menyukai musik-musik lama dibandingkan musik dari group band baru yah. Saya sendiri juga sadarnya barusan sih :p

Eh anyway sudah jam istirahat.

So, I love Music :)

Jantung Keluarga (Edisi Menyesal)

Tidak jarang saya menjumpai quote quote tentang keluarga yang intinya keluarga itu adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Saya adalah seorang yang sangat setuju dengan quote yang mengatakan bahwa keluarga adalah elemen yang paling penting dalam kehidupan kita. Keluarga adalah pondasi dimana karakter kita dibentuk. So, saya rasa apa yang menjadi karakter kita saat ini berasal dari bentukan keluarga kita. Kalau keluarga yang membentuk karakter kita adalah keluarga yang baik-baik tentu kita akan punya watak atau karakter yang baik.

Okey, sudah lah basa basi nya tentang keluarga.

Pernah nggak sih merasakan anggota keluarga kalian sakit (cukup parah) hingga 7 bulan lamanya? Dan dia adalah mama. Mama yang menjadi jantung dari kehidupan sebuah keluarga? Ya, saya mengalami hal itu beberapa pekan ini.

Seorang mama dalam sebuah keluarga bagaikan jantung dari keluarga itu sendiri. Jika jantung itu lemah maka lemahlah kehidupan keluarga tersebut. Itu hal yang saya rasakan selama 7 bulan terakhir ini. Mama sakit dan harus menjalani 2 kali oprasi dalam jangka waktu 6 bulan. Satu kali oprasi membutuhkan sekitar 5 bulan pemulihan tenaga dan segala sesuatu. Dibulan ke-6 mama kembali menjalani oprasi dan artinya 5 bulan terhitung dari sekarang mama harus menjalani masa pemulihan.

Saya mengeluh, Tentu, saya manusia biasa yang punya keterbatasan tenaga dan pikiran. Entah ini anggapan yang salah atau anggapan yang benar. Jujur saya sempat lelah menghadapi hal ini. Namun entah mengapa hal ini pula yang juga membuat saya jadi pribadi yang lebih tangguh.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya lelah dan sempat hilang sabar menghadapi 7 bulan dengan keadaan seperti ini, Saya harus kerja, kuliah dan mengurusi pekerjaan rumah tangga (memasak, cuci baju, bersih-bersih dll). Sampai sebuah penyesalah datang dikehidupan saya. Saya membuat Papa dan Mama merasa merepotkan saya.

Ya namanya juga keluarga yang sudah saling mengenal selama bertahun-tahun lamanya. Apapun yang terjadi, sepandai apapun kita menyembunyikan pasti keluarga tau apa yang sedang kita rasakan.

Penyesalan yang paling dalam terjadi dalam hidup saya adalah ketika mama berkata
"Nak, maafin mama ya. Mama sakit-sakitan jadi merepotkan kamu"
dan Papa yang bilang
"Nak, maaf ya kamu jadi capek karena ngurusi banyak hal"

Saya nggak tahu saya harus menyesal atau harus bangga karena akhirnya orang tua saya tahu apa yang saya rasakan selama ini, Tapi tunggu, 20 tahun saya numpang sama meraka, saya disekolahkanm saya dididik, saya dibesarkanm bahkan mereka adalah orang-orang pertama yang memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus dalam kehidupan saya, Bukan sok dramatis, tapi itu kebernaran yang sebenernya.

Malam ini saya mau menyampaikan dan sangaaaaattttt ingin menyampaikan ke Papa Mama.
"Maaf yaaa, nggak seharusnya kok saya mengeluh, sehingga kalian merasa merepotkan saya. Papa Mama is the best parents in the world"

Maaf ya Pa, kalau malam ini fika lebih memilih pergi ke coffee sama temen-temen fika karena fika stress dirumah. dan meninggalkan tugas kuliah yang seharusnya jadi prioritas,

Dari hati yang paling dalam, fika sangat mengasihi kalian dan selalu berdoa buat Papa Mama.