Antara suka dan tidak suka dengan yang namanya Gaji Buta (namanya manusia, siapa yang tidak suka dengan uang? Kalau saya sih nggak ada uang gapapa asal kalau belanja tetep bisa debet dari account bank, hehehe kurang suka bawa uang cash sih). Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Gaji Buta itu punya arti "Gaji yang diterima dengan tidak bekerja". Kalau boleh saya ingin mengartikan dengan versi saya sendiri Gaji Buta itu "Gaji yang kita terima karena kita kelihatannya kerja namun sebenarnya tidak melakukan pekerjaan apapun" Ya intinya sih sama saja, hanya saya lebih mendetailkan pengertian dari Gaji Buta itu sendiri.
Lantas, apa yang jadi pengamatan dan pemikiran saya mengenai gaji buta? Oke kali ini postingan saya akan sedikit lebih berbobot (emm nggak juga sih, mumpung nganggur aja) dan tidak membahas lagi mengenai "Learning By Doing" Hehehe.
Kalau misalnya ada dua kasus seperti ini
Kasus 1 :
Ada seorang sekretaris yang seharusnya mempunyai Job Desk untuk menyiapkan data rapat, menyiapkan presensi, mencatat hasil dari agenda yang telah dilakukan oleh ketua (atau lebih tepatnya pimpinan) dan mungkin masih banyak lagi ya tugas seorang sekretaris. Nah permasalahannya disini, sebuah organisasi atau lembaga atau kegiatan apapun yang akan menjadi ujung tombak dan penanggung jawab dari lancar atau tidaknya adalah ketua (benar kan?). Kalau terjadi kesalahan apapun siapa yang akan dicari terlebih dahulu? Pasti ketua bukan?
Misalnya si mbak sekretaris ini merasa bahwa "ahhh ntar juga bakalan ditanggung sama ketuanya, saya nggak nyiapin juga nggak akan terjadi masalah apa-apa"
Kasus 2 :
"eh kerjakan ini kerjakan ini kerjakan ini dong, nanti fee dari kerjaan kamu sekian. gimana? Oke?"
"Hemm Oke deh"
beselang lamaaaaaa.. karena yang disuruh ini nggak pinter-pinter amat jadi membutuhkan waktu yang lama tapi beneran dikerjain sih.. Dibayar iyaa dibayar.. Berguna nggak kerjaannya? Hmmm nggak tau.. Hahahaha..
Dari dua kasus di atas menurut kalian mana yang dibilang "Gaji Buta"?
Kalau menurut saya dua-dua nya termasuk gaji buta. Memang dari dua kasus diatas yang terlihat jelas adalah kasus pertama yang biasa disebut dengan gaji buta. Bener kan? Kalau ada yang nggak setuju silahkan komen dibawah ini ya.
Kok kasus kedua juga bisa disebut gaji buta? (versi fika). Yes, menurut fika sih kasus kedua juga gaji buta. Kenapa kok gaji buta? Kembali ke gaji buta versi fika di atas deh "gaji yang kita terima karena kelihatannya kita bekerja namun sebenernya tidak melakukan apapun". Namanya bekerja itu harus ada hasil dan hasil itu harus berupa produk, kalau pekerjaannya adalah jasa beda cerita lagi deh atau minimal jasa itu bisa dinikmati oleh orang lain bukan?
Sama dengan kasus kedua kan? Bekerja sih iya bekerja, tapi hasilnya mana? Adaaa, hasilnya sih ada cuma nggak bisa dinikmati kan? Kalau saya sih menyebut itu bukan disebut "gaji" cuma sebuah penghargaan aja dari orang yang sudah menghargai kerja keras dan usaha yang udah diberikan aja sih. Saya sih nggak setuju kalau kasus kedua juga di sebut dengan gaji atau fee. Saya akan lebih setuju kalau itu disebut dengan "penghargaan usaha". Jarang sekali loh ada orang yang mau menghargai kita dengan mengorbankan apa yang dipunya termasuk memberikan fee kepada kita hehe.
Soooo, mending jangan bangga dulu deh kalau dibayar karena do something buat orang lain. May be orang itu sebenernya nggak terlalu butuh kita bahkan nggak terlalu butuh dengan jasa kita. Bahkan itu bisa jadi karena orang tersebut terlampau baik saja hehehehe.
[anyway kasus kedua itu adalah pengalaman penulis yang sebenarnya nggak layak mendapatkan upah, cuma saya sangaaaaaaaat sadar kalau itu adalah sebuah bentuk penghargaan buat kerja keras dan usaha saya. So, saya berdoa supaya kalian yang membaca postingan ini bakalan ketemu dengan orang yang bisa menghargai usaha kalian seperti saya yang ketemu seseorang semacam ini. Buat yang merasa, saya mengucapkan terimakasih banyak. Dibalas? Pasti dibalas, tunggu saja tanggal mainnya]
0 komentar:
Posting Komentar