Saya sudah berbisnis selama kurang lebih 4tahun, lumayan lama ya? iya selama itu juga saya belajar banyak hal di dunia bisnis.
Selama 4 tahun saya berkecimpung didunia konveksi/garmen. Modalnya dari mana? Modalnya percaya Tuhan dan uang beasiswa. Bukan dari orang tua? No, memang akhirnya banyak yang bilang "Fika mah enak punya bisnis tinggal nglanjutin dari punya orang tua". Kalau muncul kata-kata itu, dari hati yang paling dalam saya pengen jawab "gundulmu a penak?"
Saya mengumpulkan uang selama 3 tahun di SMA dan 1 tahun di kuliah. Puji Tuhan, semuanya karena kasih karunia selama saya di SMA dapat tunjangan beasiswa yang bisa saya tabung (dengan kasus Papa masih harus tetep bayarin sekolah dan kuliah saya), dan berlanjut ke kuliah. Memang bukan nominal yang fantastis, tapi setidaknya cukup untuk mengawali bisnis saya.
oh iya, ngomong-ngomong kenapa saya pilihnya konveksi? Oke saya ceritakan sedikit aja. Mama saya punya kemampuan menjahit dan punya satu mesin lama peninggalan kakek saya. Kemudian dari situ saya melihat banyak ibu-ibu disekitar rumah saya (kebetulan saya tinggal dikampung, semoga tau suasana orang pinggiran). Namanya ibu-ibu, butuh tambahan pemasukan buat kebutuhan sehari-hari, butuh ngasuh anaknya yang masih kecil dan hal itu tidak memungkinkan si ibu-ibu untuk pergi ke pabrik. Suatu saat ada yang berbisik di hati saya dengan jelas "Kamu bisa jadi berkat buat mereka". terus saya ngapain? Saya nggak punya ide apapun saat itu, sampai suatu titik Tuhan kasih tau kalau mama saya bisa ngajarin mereka menjahit dan saya bisa mencarikan pekerjaan menjahit dengan sistem drop kerjaan dari pabrik (saat itu). Saya bermodal 1 mesin lama, dan dengan cara kredit sekarang saya bisa punya belasan mesin jahit, sekali lagi semuanya karena kasih karunia.
berawal dari sistem drop pekerjaan dari tempat lain, saya mulai memikirkan cara bagaimana supaya saya tidak seterusnya bergantung dengan pabrik? bagaimana caranya hasil saya optimal dan upah untuk pegawai saya optimal?
Akhirnya dengan iman percaya lagi, saya memutuskan untuk tidak mengambil apapun dari pabrik. Saya mulai mencari order sendiri. Bisa bikin kaos? Bisa karena sudah terbiasa dengan pola-pola kain, minimal kalau saya bikin kaos, saya tahu apa saja yang harus disiapkan. Langsung sukses? Ya enggak hahahaha. Semua pegawai saya buyar mengundurkan diri karena sering nggak ada kerjaan. Beneran semuanyaaaa. jadi saya merasa mulai dari 0 lagi.
Puji Tuhan saya punya Mama Papa yang selalu dukung saya dalam keadaan apapun dan selalu membesarkan hati saya. Kami bertiga mencari order sendiri dan mengerjakan sendiri, kami susun bordir, belanja bahan, memola pakaian bertiga. Minimal kami punya satu langkah untuk mandiri.
Namanya masa penjajakan nggak mungkin langsung jaya. Kami harus belajar dari setiap kesalahan yang kami buat. mulai dari ukuran leher kekecilan, ukuran panjang baju yang kurang, ukuran panjang lengan yang kepanjangan, jahitan yang kurang rapi dan macem-macem. Kami belajar dari setiap komplain yang diberikan ke kami. Karena yang jadi seakan-akan owner adalah saya, mau nggak mau saya pasang badan menghadapi komplain.
Kebayang nggak saya yg belum genap 20tahun (karena sekarang baru saja 20 tahun), sudah sering sekali dapet caci maki dari client. So, kalau sekarang saya mau berhadapan dengan siapapun saya nggak takut. Kalau saya salah, maksimal saya dimarahin, nggak dipakai lagi (tingkat ekstrem seperti dianiaya atau dibunuh ya sepertinya nggak akan sampai situ). Kalau dimarahin, yaudah diem aja, dengarkan dan jangan lupa minta maaf. Simple kan? Iya tapi harus kuat mental ya :")
Sering sekali saya nangis, tapi saya hanya menceritakan di blog pribadi saya. Saya hanya cerita ke Tuhan dan orang tua saya. Saya memang minta maaf dan tetap menjaga senyum dimana saja. Tanpa saya harus memberitahukan kalau saya sedang bersedih karena masalah di bisnis saya.
Hal-hal pahit itu juga yang membuat saya terus mau bisnis. Saya udah merasakan pahitnya, ya masak mau mundur gitu aja? Eman-eman, pikir saya saat itu.
Kemudian cara pemasaran saya gimana? Promosi atau iklan di TV? Duit dari mana?
Ini juga jadi kendala saya, saya bukan anak manajemen pemasaran, jadi saya nggak tau teori yang baik dan benar tentang pemasaran. Tapi yang saya alami dan bisa saya bagikan adalah The Power of Friends.
Selama 4tahun saya berjalan dengan bisnis saya, saya sudah pernah beberapa kali ikut pameran. Ya pameran dikampus sampai pameran diluar. Dan itu pasti bagi brosur dan kartu nama. Ajaibnya nggak ada dari pameran-pameran yang saya ikuti mendatangkan client. Kalau pameran produknya makanan masih memungkinkan ada pembeli makanan saat pameran. nah kalau konveksi? belum tentu yang datang adalah mereka yang butuh kaos dalam jumlah besar. Karena pengalaman itulah yang akhirnya saya putuskan untuk nggak ikut pameran yang berbayar, kalau gratis saya masih maulah display barang di pameran itu.
Bahkan sampai skrg yang order ke saya adalah teman, temannya teman dan teman teman nya yang lain. Jadi perkuatlah jaringan dan relasi, tapi saya tidak menganjurkan untuk berteman secara sembarangan. relasi yang baik itu dibutuhkan, tapi bukan berarti semua orang bebas masuk dalam kehidupan kita.
Kemudian yang bisa saya bagikan adalah jujur dan tanggung jawab. Katakan saja kalau bisa ya bisa, kalau enggak ya enggak. Pernah ada satu peristiwa, saat itu order saya datang dr Universitas X. Jumlahnya sekitar 70 kemeja dalam waktu 5 hari. Itu sangat-sangat mustahil. Karena perhitungan kerja ditempat saya, 1 hari beli bahan, 1 hari pola kain, 4 hari bordir/sablon, 4 hari jahit. Estimasi pekerjaan 10hari, maksimal 2 minggu (saya menerapkan sistem ini sampai skrg dengan pelajaran-pelajaran yang saya dapatkan selama pengalaman saya). Cuma saat itu saya mengiyakan order karena saya pikir saya bisa minta tukang bordir kerja lebih cepat dan penjahit lebih cepat.
Puji Tuhan, saat itu 2 hari berturut-turut pemdaman listrik di daerah saya. Sudah bisa menebak apa yang akan terjadi kan? Ya, order saya telat deadline, pekerjaan tidak rapi karena cepet-cepet. Dampaknya adalah nama saya tercoreng. Dan sampai sekarang dia nggak pernah order lagi hahaha. Lagian saya kerjakan 70 dalam waktu 5 hari masih belum sanggup (tapi suatu saat saya yakin dan percaya hal itu bisa). Jadi bekerjalah dengan kemampuan saat itu, berkembanganlah step by step.
Mungkin itu dulu kali ya yang bisa saya bagikan, mungkin next time saya bisa kasih cerita yang lebih menarik :)
Yang saya bagikan itu bukan bersumber dari buku yang saya baca, tapi dari pengalaman yang saya sudah mengalami :)
0 komentar:
Posting Komentar