Jumat, 12 Agustus 2016

Masa Liburan dan Habibie

Secara manusiawi saya iri melihat masa liburan teman saya dengan foto makanan-makanan yang mewah diluar negeri, tempat-tempat indah misalnya pantai, gunung, paralayang, taman dll. Sedangkan saya setiap hari duduk didepan komputer kantor, Jelly yang saya bawa dari rumah dengan niat berhemat dan tetap bisa nyamil dengan sehat, kemudian benerin sistem akademik kalau ada yang butuh bantuan dan bantuan-bantuan kecil lainnya.

Hati kedagingan saya bertanya "kok enak ya temenku isa jalan-jalan ke LN, sedangkan saya harus betah duduk disini". Saya bersyukur masih ada koneksi internet, walaupun nggak banter-banter banget minimal sudah bisa dipakai untuk streaming YouTube seharian entah nonton film, dengerin musik favorite atau mungkin juga nonton reality show yang kadang memang nggak penting untuk dilihat (sampai sekarang favorite masih mata najwa).

Karena kebiasaan nonton setiap hari bosan, saya utek-utek internet dengan membaca apa saja yang membuat saya tertarik. Dan hari ini tidak sengaja saya membaca biografi dari habibie. Lah, saya tertarik untuk membaca ini juga karena habis nonton mata najwa yang tema nya belajar dari Habibie. Jadilah saya membaca dari awalnya sampai akhir satu artikel tersebut.

Apa sambungannya dari masa liburan dengan biografi Habibie?

(iklan : semua yang saya lakukan tidak lepas dari kehendak dan rencana Tuhan, termasuk ketika saya tidak sengaja nonton mata najwa dengan tema itu dan membaca biografi nya. Sekedar info, saya ngefans sama Habibie)

Satu kalimat dalam artikel itu. Prinsip seorang Habibie
"Masa liburan itu adalah masa emas, yang harus diisi dengan banyak ujian"

Entah kenapa kalimat itu yang menjadi semacam rema dalam hati saya. ya ya ya, saya nggak berhak iri dengan teman saya yang liburan ke LN dengan foto-foto makanan yg indah (saya bisa unfriend saja sosmednya biar nggak lihat).

Iya yah, sebenernya masa liburan saya itu masa emas, kenapa saya harus fokus mantengin foto teman saya yang liburan makan-makan enak atau ke tempat yang bagus? Saya bisa kok fokus ke hal lain.

Apa saya sudah dapat emas nya?
sudah, mas mas tukang bakso yang kadang ada dibawah jualan bakso ya bukan pangsit, hahahaha bukan bukan :)

emas nya adalah saya sudah banyak sekali diajari bagaimana saya survive di dunia kerja, mungkin secuil dan sangat secuil.

1. Tekanan Kerja
Ya namanya orang kerja, walaupun saya masih ada di golongan VIP untuk bekerja disini, tetap saja tekanan didunia kerja itu masih ada.

Ngomong-ngomong tentang VIP, jadi saya bekerja dengan posisi yang sangat enak. Setengah bulan saja saya duduk disini dengan komputer dan free internet dan effort kerja yang tidak begitu susah (atau mungkin sudah terbiasa), saya bisa mendapatkan nominal 7 digit. Buat apa? Buat memotong biaya kuliah saya :)

Saya masih mendapatkan toleransi-toleransi lain karena masih di anggap "mahasiswa". Waktu saya bekerja pun bisa sangat fleksibel, kalau mau gajinya gedhe ya berlama-lama lah disini hehehe.

tekanan kerjanya tentu saja masih ada, bagaimana bisa kerja tanpa tekanan. saya sering kali dimintai tolong hal remeh temeh tapi memusingkan. Misalnya adalah input data tagihan mahasiswa baru pakai excel dan data yang saya input harus tepat dan cepat. Mau pulang saja ada yang telfon "fika besok pagi diselesaikan ya".

Saya harus menekan batas kemampuan saya bekerja, saya harus menguatkan mental kerja saya. Tapi saya yakin suatu saat nanti saya akan tahu apa maksud Tuhan memposisikan saya pada posisi seperti ini.

2. Tidak Pakai Hati
Di dunia kerja pula saya belajar untuk menghilangkan sifat sensitif diri saya.
Saya tipe orang yang teramat sangat sensitif, saking sensitifnya kadang saya harus overthinking. Kadang saya pun menjadi sangat curiga dengan orang yang sikapnya tiba-tiba cuek. Ah sudahlah, dulunya saya sangat amat membawa perasaan dalam hal apapun. Disini saya nggak bisa pakai sistem ini.

Saya harus belajar kapan saya harus pakai hati, kapan saya nggak harus pakai hati. Orang cuek ya biarkan, orang baik itu urusannya.

Kalau dulu sikap yang sangat sepele misalnya papasan sama orang kemudian orang itu nggak menyapa, saya udah mikir "wiiiihhh jangan-jangan saya ada salah sama dia".
Kalau sekarang "Kamu nggak ngomong langsung sama saya, ya saya anggap gak ada apa-apa yang terjadi'.

3. Berinteraksi dengan Rekan Kerja
Saya introvert, saya kurang suka berbasa-basi. Tapi di dunia kerja saya dituntut, mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa berinteraksi dengan banyak orang. tuntutan itu ditambah dengan bisnis. Mau tidak mau modal seorang pembisnis adalah teman.

3 itu dulu kali ya.

Oh iya, ini out of the topic ya. Sedikit saya cerita tentang apa yang saya lihat dari "belajar dari Habibie", ada bagian-bagian yang bikin saya merinding. Selain keren-kerennya Pak Habibie, kisah cinta nya juga nggak kalah keren :)

Jujur ini inspirasi saya untuk punya pasangan hidup yang keren seperti itu, yang pasti sak karep e Tuhan lah ya :)

Satu lagi, saya pengen punya buku "Dimana Ainun" :)

0 komentar:

Posting Komentar