Rabu, 09 Januari 2019

Belajar Bersyukur (Pekerjaan)

Berjalan 4 bulan ini, saya bekerja di tempat yang baru. Sebelumnya saya pernah mengajar di sekolah swasta di kota Malang. Sebenarnya bukan masalah pekerjaan yang saya cari, tetapi karena passion saya di dunia pendidikan, saya suka anak-anak dan suka mengajar. Awalnya saya sangat antusias ketika saya sesekali bertemu dengan anak, mengajar, bercanda dengan mereka dan sesekali ngobrol dengan rekan kerja.

2 bulan tidak berjalan dengan baik. Kalang kabut. Berbeda standard dengan mereka yang bekerja hanya karena nyari uang atau yang bekerja karena suka dibidangnya. Beberapa kali gesekan dengan tim pusat sampai saya bilang cukup panas. Bagi mereka yang menitik beratkan pada kreatifitas teacher, tidak selalu sejalan dengan saya yang beranggapan bahwa kompetisi teacher juga harus dipertimbangkan, termasuk perangkat pembelajaran yang up to date.

Bulan ke 3 saya memilih untuk tidak banyak bergantung dengan pusat, baik kurikulum maupun cara mereka mengajar. Saya mulai olah sendiri cara saya mengajar, membuat sendiri pendukung pengajaran dll kemudian saya bagikan hasilnya dengan team Malang. Begitu seterusnya sampai berjalan 4 bulan.

Jalan bulan ke 4 saya mulai merasakan kehidupan yang mulai monoton. Mungkin saya mulai kehilangan yang dinamakan kasih mula-mula. Ditambah banyak jam-jam kosong yang saya mentok kehabisan ide untuk membuat perangkat pembelajaran yang baru dan harus tetap disitu sampai malam hari. Saya sudah mulai merasa ngantuk dan saya sebenernya ingin resign saja dan sepenuhnya ngurusin usaha dan bisnis keluarga. Tapi bagaimana dengan passion? Saya punya passion mengajar, sedangkan bisnis keluarga saya tidak ada yang liniar dengan passion saya.

Saya pun sempat berpikiran keluar pulau (Jambi). Something happen and make me think that I am prefer stay in Jambi. Saya mulai gelisah, Malang atau Jambi? Saya tidak ingin kehilangan keduanya.
Saya sudah sempat melihat beberapa lowongan yang bisa saya apply di Jambi. Tapi sekali lagi saya ingat dengan keluarga dan teman-teman di Malang. Wait, teman? Teman yang mana? saya hampir tidak punya teman yang sangat dekat di Malang. Saya memutuskan mengenal mereka sekedarnya saja. Saya sarankan jangan ditiru cara saya untuk berteman.

Saya bergumul dalam beberapa hari, benarkah saya ini bosan dan posisi seperti ini bukan saya sama sekali. Muncul beberapa ide untuk saya bisa mengurangi jam kerja saya di kantor dan separuh hari saya akan saya gunakan untuk membuat usaha saya sendiri lebih maju. Entah apa yang akan diputuskan berikutnya, yang pasti saya akan tetap membicarakan hal ini. Saya tetap akan meminta untuk mengurangi jam kerja saya di kantor.

Kemudian, saya lihat lagi ketika saudara saya, teman saya dan siapa saja yang saya temui sedang kesulitan mencari pekerjaan. Sedangkan saya sudah memiliki pekerjaan yang sesuai dengan passion saya (meskipun hasilnya tidak banyak).

Saya tidak mengeluh dengan rasa bosan yang saya alami setiap hari. Saya hanya ada di proses belajar bersyukur untuk setiap hal yang Tuhan ijinkan terjadi dikehidupan saya.

0 komentar:

Posting Komentar