Sesuai dengan janji saya di post sebelumnya, saya akan melanjutkan pembahasan mengenai Love Different Religion Part 1. Sekarang saya akan berbicara yang Part 2. Sepertinya akan lebih menarik jika ceritanya disajikan dengan adanya kisah nyata. Oke saya akan menceritakan sekelumit kisah nyata bagaimana dua insan yang sedang jatuh cinta harus dibatasi dengan perbedaan keyakinan.
Based on true story
Ada sebuah keluarga, yang mana ibunya berasal dari keluarga nasrani dan ayahnya berasal dari keluarga muslim. Ketika saya bertanya kepada sang anak
"kok bisa mama papa mu menikah meski beda keyakinan?"
"entahlah, kayaknya dulu mama ngalah sama Papa"
"Loh, terus skrg gimana?"
"Dulu ketika menikah, mama pindah agama, ikut seperti keyakinanya Papa"
"hmm, terus?"
"Ditengah-tengah perjalanan rumah tangga, mama kembali ke agama nasrani, bagaimanapun keyakinan akan tetap menjadi keyakinan"
"Oh, iya sih ya. lantas, kamu sendiri bagaimana?"
"Saya mau ikut keyakinan papa tapi mama gak ngebolehin, saya mau ikut keyakinan mama tapi papa gak ngebolehin"
"Laaah, sekarang kamu gimana dong?"
"Saya milih diam saja demi kedamaian di keluarga saya"
Cerita diatas kayak sinetron ya? tapi itu bukanlah sebuah sinetron atau lelucon yang kadang dianggap bercanda saja. Heleh, cinta beda keyakinan. Yaudahlah jalanin aja, toh kalau jodoh nggak kemana. So, akan ada berapa banyak Hak Asasi Manusia yang akan terenggut?
Okelah, anggap saja memang hak asasi kita dari awal sudah direnggut. Kita dikasih nama dan kita dipilihkan agama tanpa kita bisa menengok agama yang lain.
Apakah itu salah? Kita bisa melihat dari sisi salah dan sisi benar. Dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia tentu saja itu salah jika keyakinan dipaksakan kepada orang lain. Dilihat dari sisi kasih, tidak ada orang tua yang tidak mengasihi anaknya, semua yang dilakukan oleh sang orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.
Coba sekarang posisikan kehidupan kita ada diposisi sang anak dalam cerita. Apa yang dia rasakan ketika dia akan menyembah sang khalik saja harus menghadapi pertentangan dari kedua orang tuanya?
Kasihan? Iya, tentu saja. Saya juga kasihan sama anak itu, tapi saya bisa apa? Saya tak bisa melakukan apapun.
Oke, jadi saat ini kalian masih ada diposisi Love In Different Religion?
Sekali lagi, saya setuju kok dengan Love Different Religion, tetapi jika ditanyakan apakah saya akan menjalaninya? Saya akan menjawab tidak.
Katakanlah memang cinta itu buta dan kita tidak bisa memilih kita akan jatuh cinta kepada siapa (hal yang paling sia-sia adalah menasehati orang yang sedang jatuh cinta). Tapi kita tetap punya mata dan pikiran bukan?
1. Buka Mata
bukankah sudah nampak jelas kalau jalan yang akan kamu hadapi adalah jalan yang nantinya rumit. Ibaratnya kamu sedang jalan dijalan yang didepannya sudah ada badai yang menanti. Terus kamu sudah lihat badai itu nyata, tapi kamu membutakan pandanganmu sendiri dari badai yang siap menerpamu?
2. Buka Pikiran
ya saya tahu kalau kadang orang yang sedang jatuh cinta tidak bisa berpikir dengan jernih. seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, jika akan memulai hubungan pastikan tidak sedang berbunga-bunga. Bagaimanapun pikiran akan tetap jalan dan sebenernya kita itu sudah sangat sadar dengan apa yang dilakukan adalah salah, kalau memang masih mau jalan ya anggap saja masih belum punya penguasaan diri yang baik.
Tidak ada yang pernah salah dengan cinta, yang salah adalah ketika cinta membuat kita semakin jauh dengan sang pencipta, membenci orang tua yang sudah membesarkan kita dan cinta yang membuat kita kehilangan pengendalian diri. Itu bukan cinta, itu hanyalah sebuah obsesi, jika kalian berhasil pun, itu tidak akan berarti apapun bagi kalian :)
Posting berikutnya saya akan berbagi tentang pengendalian diri.
So always keep shining and be blessed
FH
Based on true story
Ada sebuah keluarga, yang mana ibunya berasal dari keluarga nasrani dan ayahnya berasal dari keluarga muslim. Ketika saya bertanya kepada sang anak
"kok bisa mama papa mu menikah meski beda keyakinan?"
"entahlah, kayaknya dulu mama ngalah sama Papa"
"Loh, terus skrg gimana?"
"Dulu ketika menikah, mama pindah agama, ikut seperti keyakinanya Papa"
"hmm, terus?"
"Ditengah-tengah perjalanan rumah tangga, mama kembali ke agama nasrani, bagaimanapun keyakinan akan tetap menjadi keyakinan"
"Oh, iya sih ya. lantas, kamu sendiri bagaimana?"
"Saya mau ikut keyakinan papa tapi mama gak ngebolehin, saya mau ikut keyakinan mama tapi papa gak ngebolehin"
"Laaah, sekarang kamu gimana dong?"
"Saya milih diam saja demi kedamaian di keluarga saya"
Cerita diatas kayak sinetron ya? tapi itu bukanlah sebuah sinetron atau lelucon yang kadang dianggap bercanda saja. Heleh, cinta beda keyakinan. Yaudahlah jalanin aja, toh kalau jodoh nggak kemana. So, akan ada berapa banyak Hak Asasi Manusia yang akan terenggut?
Okelah, anggap saja memang hak asasi kita dari awal sudah direnggut. Kita dikasih nama dan kita dipilihkan agama tanpa kita bisa menengok agama yang lain.
Apakah itu salah? Kita bisa melihat dari sisi salah dan sisi benar. Dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia tentu saja itu salah jika keyakinan dipaksakan kepada orang lain. Dilihat dari sisi kasih, tidak ada orang tua yang tidak mengasihi anaknya, semua yang dilakukan oleh sang orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.
Coba sekarang posisikan kehidupan kita ada diposisi sang anak dalam cerita. Apa yang dia rasakan ketika dia akan menyembah sang khalik saja harus menghadapi pertentangan dari kedua orang tuanya?
Kasihan? Iya, tentu saja. Saya juga kasihan sama anak itu, tapi saya bisa apa? Saya tak bisa melakukan apapun.
Oke, jadi saat ini kalian masih ada diposisi Love In Different Religion?
Sekali lagi, saya setuju kok dengan Love Different Religion, tetapi jika ditanyakan apakah saya akan menjalaninya? Saya akan menjawab tidak.
Katakanlah memang cinta itu buta dan kita tidak bisa memilih kita akan jatuh cinta kepada siapa (hal yang paling sia-sia adalah menasehati orang yang sedang jatuh cinta). Tapi kita tetap punya mata dan pikiran bukan?
1. Buka Mata
bukankah sudah nampak jelas kalau jalan yang akan kamu hadapi adalah jalan yang nantinya rumit. Ibaratnya kamu sedang jalan dijalan yang didepannya sudah ada badai yang menanti. Terus kamu sudah lihat badai itu nyata, tapi kamu membutakan pandanganmu sendiri dari badai yang siap menerpamu?
2. Buka Pikiran
ya saya tahu kalau kadang orang yang sedang jatuh cinta tidak bisa berpikir dengan jernih. seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, jika akan memulai hubungan pastikan tidak sedang berbunga-bunga. Bagaimanapun pikiran akan tetap jalan dan sebenernya kita itu sudah sangat sadar dengan apa yang dilakukan adalah salah, kalau memang masih mau jalan ya anggap saja masih belum punya penguasaan diri yang baik.
Tidak ada yang pernah salah dengan cinta, yang salah adalah ketika cinta membuat kita semakin jauh dengan sang pencipta, membenci orang tua yang sudah membesarkan kita dan cinta yang membuat kita kehilangan pengendalian diri. Itu bukan cinta, itu hanyalah sebuah obsesi, jika kalian berhasil pun, itu tidak akan berarti apapun bagi kalian :)
Posting berikutnya saya akan berbagi tentang pengendalian diri.
So always keep shining and be blessed
FH