Siapa sih orang yang nggak akan bangga kalau sering dipuji?
Saya sih cuma pengen cerita beberapa pekan yang saya jalani dengan penuh Pujian (beneran kehidupan saya itu penuh dengan pujian). Bahkan saya jarang sekali mendapatkan kata-kata negatif dari orang yang saya temui (atau mungkin ini terjadi memang saya sendiri yang kurang suka atau bilang aja NGGAK SUKA kumpul dengan mereka yang suka ngomong negatif). Kalimat saya sebelumnya kan bilang "Jarang Sekali", bukan berarti saya nggak pernah dapat kata-kata negatif sih. Malahan saya dapat kata-kata negatif itu dari dosen (program study lain yang nggak perlu disebutkan siapa namanya) ketika saya memimpin rapat didepan banyak staff dan dosen yang lain (udah cukup sampai sini aja cerita nya, bukan ini fokus utamanya hehe, next time aja kalau dapat inspirasi saya cerita tentang kejadian yg membuat saya nangis dihadapan banyak mahasiswa, dosen dan staff).
Fokus tulisan ini adalah banyaknya pujian yang saya dapatkan akhir-akhir ini. Kalau dibilang saya terkenal di kampus, saya sih bisa bilang "of course, siapa yang gak kenal fika?" (itu fiktif, saya nggak sesombong itu hehe). Cuma memang iyaa, kalau saya terkenal dikampus saya bisa memastikan 70% berarti separuh lebih teman satu angkatan saya sekampus itu tahu yang namanya fika. itu itungan dari mana? udah terima aja karena itu adalah itungan suka-suka ekeeee. Mulai aja deh pujian pertama. Kalau belum selesai membaca tulisan ini, harus diselesaikan yaa supaya pemahamannya utuh :)
Case 1 :
saya saat ini sedang magang (student staff) disalah satu unit Universitas Ma Chung tempat saya kuliah. Awalnya saya kagok juga ada disini karena jujur saya nggak kenal dengan orang sekantor saya, saya hanya sekedar tahu nama mereka. udah gitu aja, selebihnya bukan urusan saya (saya sadar kalau saya ini orang yang cenderung cuek). Cuma bertemu dengan orang baru adalah tantangan baru buat saya. Tantangannya adalah "bagaimana cara saya berkomunikasi dengan orang yang sama sekali saya nggak kenal?" mudah? hemmm ENGGAK. ini bukan hal yang mudah. Kejadian-kejadian yang membingungkan saya saat itu adalah hampir semua orang yang mendatangi unit tempat saya magang dan lihat saya duduk disana mereka selalu menyapa saya
"loh fik, km disini sekarang?"
"loh fik sejak kapan?"
"kamu ngerjakan apa fik disini?"
dan masih banyak lagi sapaan-sapaan yang lain.
Lebih parah lagi ada kasus seperti ini ketika saya angkat telfon di unit itu dihari pertama (catat! hari pertama dan seharusnya nggak ada yg tau kalau saya magang disana kecuali Tuhan, saya, orang tua saya, dan satu dosen yang sangat dekat dengan saya ^_^). Kecuali kalau dosen saya ini ember dan cerita ke banyak orang. Tapi saya pikir nggak lah ya.
Fika : Halo Selamat Pagi
Pak X : ini Unit ............ ya? (nggak usah disebutkan lah)
Fika : Iya
Pak X : Oh ini Fika ya?
Bayangkan, saya magang hari pertama dan itu masih pagi, cuma karena saya bilang ucapkan salam "selamat pagi dan kata iyaa" aja Bapak itu udah bisa tahu suara saya. Greget kan? hehehehe.
Bahkan ada pimpinan perpustakaan Kampus yang dengan suka-suka memberikan account beliau ke saya, jadi saya bisa akses jurnal dengan bebasnya. ini bekal yang baguslah buat nglanjutin kuliah. (laaaahhhh siapa saya dikasih account yang beliau punya? saya tau orang ini aja baru sekali, tapi ya entah sih kalau beliau yg lebih tau saya :p)
Hari ketiga atasan saya bilang seperti ini
"Fik, kamu prodi apa sih? Kok kamu terkenal banget (TERKENAL BANGET). termasuk orang populer ya kamu itu, semua staff dan dosen yang kesini pasti kenal sama kamu"
Saya nggak punya jawaban apa-apa selain senyuman manis saya #cieee. Percayalah bahwa nggak setiap staff atau dosen yang nyapa itu saya tau nama mereka. Bahkan ada cece2 yg tingkahnya akrab sekali dengan saya, seakan udah tau banget siapa saya dan saya ini nggak tau dia itu siapa hahahaha.
Case 2 :
Ada rekan staff juga yang saya kenal baik dengan beliau dan beliau ini adalah salah satu pimpinan di unit lain. Ketika beliau tahu saya magang disalah satu unit dan unit ini bukan unit beliau beliau sontak berkata dengan gayanya (beliau ini bukan orang Malang).
"Fikk... kamu kok nggak ditempat saya aja? kamu kan lebih berpengalaman dari saya buat ngurusi pekerjaan di unit saya. Ya tolong saya ini dibantu."
Beliau ini pimpinan tapi kok bilang saya yang belum apa-apa ini lebih berpengalaman dari beliau. Yaa memang beliau adalah pimpinan baru dan saya memang berperan cukup banyak di unit yang sekarang beliau pimpin. Cuma saat itu yang ada dipikiran saya "cieee dia pengen saya di unitnya, hemm dia butuh saya rupanya". Benar kalau ketika membaca ini anda berpikiran kalau saya ini orang yang sombong, dan memang benar saat itu akar kesombongan dalam diri saya ini mulai muncul.
Case 3 :
Setiap kali saya bertemu dengan MaBa (Mahasiswa Baru, maklum saya udah senior) dan teman seangkatan atau mungkin kakak angkatan yang lebih senior dari saya. Mereka ini selalu menyapa saya dan berbincang-bincang dengan saya. Tidak sedikit dari mereka bilang
"Ce Fik ini keren yaa, jadi Perwakilan Mahasiswa tingkat Universitas,IPK nya bagus, bisa jadi pembicara di banyak kegiatan, fasilitator acara kampus, Jadi ketua MCF *MCF itu acara kebesaran Ma Chung, paling besar di Ma Chung*, masih bisa buka bisnis sendiri, eh sekarang juga jadi asisten dosen, pasti orang tuanya bangga"
Ya itu satu kalimat yang saya rangkum dari pujian yang pernah dan selalu saya terima. Tulus atau enggak itu buka urusan saya. Keadaan itu benar membuat akar kesombongan ini semakin tumbuh. Bahkan nggak jarang saya bercanda dengan junior saya "Luu mau nggak gua lulusin MCF?" (karena jadi MaBa harus lulus MCF).
Case 4 :
Saya itu anak paling cewek satu-satunya dan anak terakhir, bisa dibilang saya ini anak yang paling cantik (ya iyalah satu-satunya). Satu-satu nya pula yang bisa memulai bisnis dikeluarga (konveksi) yang akhirnya saya yang menggaji sodara-sodara saya. Ya sodara kandung, ya sodara sepupu. Mama papa nggak punya konveksi, mama cuma punya beberapa mesin jahit dan ambil garapan dari tempat lain dan Papa kerja sebagai pemegang Proyek Kontruksi Baja. Kenapa nggak cari pesanan sendiri aja? kan untungnya akan lebih banyak. Singkat cerita saya buka konveksi dengan nama "Fikachu" beneraaan, nama konveksi saya hingga saat ini "Fikachu" (nama ini dikasih sama dosen yang paling deket karena saking akrabnya saya sampai saya dipanggil Fikachu). Semua aspek dikonveksi ini saya yang pegang dan saya yang atur bahkan sampai perputaran keungan. Di usia saya yang belum genap 20 tahun, saya sudah menggaji karyawan yang usianya kepala 3 (30 tahun lebih). Masalahnya adalah, akar kesombongan ini terus tumbuh dengan kondisi saya yang seperti ini.
Lama-lama saya kuwalahan dengan kerjaan ini dan saya delegasikan kerjaan ini ke Mama. Peran saya hanya sebatas mencari orederan. Selebihnya akan dikerjakan oleh sodara dan karyawan. Bahkan akhirnya Papa saya hengkang dari kerjaannya dan terjun ke dunia konveksi yang saya bangun dengan modal uang beasiswa yang nggak lebih dari 2juta.
Nggak sedikit paman dan bibi saya memberikan "Fik kamu masih kecil udah jadi
juragan ya".
[cerita itu nyata terjadi dan cerita itu yang sempat membuat saya lengah bahkan terjrumus di kesombongan]
Itu 4 case yang saya rasa udah cukup mewakili yaa. Kalau saya teruskan malah nanti jadinya kesombongan ini terus menerus meningkat wkwkwkwk.
Kenapa fika bisa sehabat itu? Dapat pujian sana sini? Keren banget ya, Hebat banget ya.
Prosesnya nggak seperti ketika saya membalikkan telapak tangan. Beraaaaat, sangat beraaaat. Saya ini bukan orang yang terlalu pinter, enggak, sama sekali enggak. Saya itu cuma mahasiswa biasa-biasa aja, dibilang rajin ya kalau mood rajin ya rajin, kalau enggak ya enggak sih. IPK itu nggak bagus-bagus banget, cuma ada diangka yang aman aja. Tapi kok jadi asdos? Ya karena saya dekat sama dosennya, titik.
Untuk mencapai titik IPK diangka yang aman, saya harus belajar lebih keras dari teman-teman saya yang lain. Bahkan saya selalu pulang diatasa jam 10malam untuk belajar bareng dengan senior saya. Rumah saya dan kampus itu cukup jauh, kurang lebih 30menit waktu yang harus saya tempuh, itupun kalau nggak macet. jadi kalau saya pulang dari kampus jam 10malam sampai rumah sekitar jam setengah 11 malam. Kok orang tua boleh-boleh aja? Anak cewek lagi? Iyaa, untungnya orang tua saya nggak terlalu kolot dan percaya kalau anaknya ini beneran dikampus (untungnya anaknya juga pinter jaga kepercayaan). Kadang ya saya ini maksa dosen buat ke kampus dihari sabtu buat ngajari yang saya nggak ngerti (saat itu dosennya masih lajang dan bisa digangguin, skrng mah udah beranak, udah sibuk). Kesimpulannya saya bukan orang yang super pinter enggak. Sekali lagi karena kerja keras.
Punya bisnis? iyaa saya emang punya bisnis dan di usia belum 20tahun saya udah bisa menggaji orang lain. Kenapa bisa gitu? Saya itu bukan orang yang sangat kaya, enggak. Mama itu buruh di orang lain, Papa kerja proyekan. Ya kadang ada, kadang ya enggak. Sampai pernah disatu titik keluarga saya nggak punya uang sama sekali buat makan. Pernah kejadian? Pernah dan saya alami itu. Bahkan buat lanjut SMA saya itu harus mau jadi tukang cuci piringnya sekolahan T_T (kalau inget pengen nangis). Nggak sanggup bayar SPP. Dateng lebih pagi (sebelum jam 6, pulang paling sore, sampai pernah kekunci didalem sekolah).
[Lahir miskin bukan kesalahan, tapi mati miskin itu yang jadi kesalahan]
Dari keadaan itu loh guysssss saya tuh nggak pengen terus-terusan ada di posisi itu. Ceritanya sangat panjang dan butuh bertahun-tahun sampai sekarang dengan percaya diri saya bisa berkata "ini loh konveksi ku, aku nggaji karyawan ku".
Apa semua itu yang menjadi dasar saya bisa jadi seperti ini? Jawabannya BIG NO!
Fika nya yang hebat? Nooooo.... Saya mau menekankan disini, Tuhan nya Fika noh yang hebat.
Siapa saya yang lulus SMA aja harus jd tukang cuci piring? Terus sekarang bisa kuliah ditempat elit, jadi student staff, asisten dosen, ketua ini itu, IPK bagus.
Siapa saya yang cuma anaknya buruh dan orang proyekan? Terus sekarang bisa nggaji belasan karyawan.
Siapa saya yang mau makan aja harus jadi tukang ojek dipagi buta? Terus sekarang bisa jadi rebutan beberapa unit dikampus.
Nooooo.. Bukan Fika yang hebat guys.
Logikanya dibalik aja deh. Misal Tuhan nggak ngasih kesehatan, mana bisa saya jadi tukang ojek? Misal Tuhan nggak ngasih otak yg lumayan encer ini, mana bisa saya sekolah sambil jd tukang cuci piring? Misal Tuhan nggak ngasih saya keluarga yang pas-pas an, mana bisa saya jadi pekerja keran kayak gini?
Intinya kalau sekarang sedang musimnya fika dibilang "Hebat Yaaa.." saya nggak mau ambil itu semua. Hebat itu bukan milik saya. Saya cuma mau bilang lakukan aja bagian mu, ngrubah keadaan itu bukan bagianmu :)
Kalau kamu mau, kamu pasti bisa. Tuhan mu itu nggak akan tinggal diam. Bagianmu cuma tinggal lakukan dan percaya. Intinya Tuhan itu Hebat Yaaaa...
Satu lagi, hati-hati dengan jurang kesombongan. ini bisa muncul kapan saja dan saya sempat terjerumus sesaat. Ya Syukurnya sekarang sudah dipulihkan :)