Senin, 24 Juli 2017 adalah hari pertama saya mendampingi kelompok Grow Me. Grow Me itu adalah salah satu kegiatan di Sekolah Kristen Pamerdi, yang isinya adalah saling berbagi tentang buku yang sudah dibaca.
Karena berbarengan dengan anak TK yang sedang memperingati Hari Anak Nasional, jadi suasana pagi itu cukup ramai. Anak-anak tentu saja tidak bisa fokus. Saya pun sebagai fasilitator pagi itu tidak memaksa mereka untuk fokus membaca, ya saya pun kesulitan fokus pagi itu.
Kemudian ada satu anak yang mencoba mendekat ke saya, saat itu posisi saya berdiri dan dia tiba-tiba berdiri. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan ini ke anak lain. Secara saya tipe orang yang cenderung diam dan cuek, bahkan saya memilih untuk tidak terlalu mencampuri urusan orang lain.
Pagi itu berbeda, saya bertanya kepada nya
"namanya siapa? maaf Bu Fika belum hafal"
dia menjawab dengan lirih. Saya menanyakan hal yang umum ditanyakan kepada murid baru tentang bagaimana sekarang sekolah disini? teman-temannya baik? Tinggal di asrama ya, bagaimana kakak-kakak di asrama.
Dia menceritakan begitu banyak pengalaman hidupnya. dia berasal dari Sidoarjo, dia tinggal bersama dua kakak laki-lakinya dan satu adek perempuannya serta Mama nya. Saya bertanya kabar mama nya. Harapan saya jawaban yang saya peroleh adalah "Mama saya baik-baik saja", tetapi jawabannya berbeda, dia bercerita tentang kakak pertamanya yang berani melawan Mama nya.
"Bu, mama saya biasanya di jambak kakak saya, kadang juga di dorong" dengan bahasanya yang lugu.
"Loh, kamu melihatnya?"
"Iya Bu, di depan saya"
"Hmm, tapi kamu sebenernya sayang nggak sama kakak?"
"Ya sayang, tapi saya kasian sama mama. Kakak saya yang kedua biasanya juga bertengkar dengan kakak saya yang pertama karena membela mama"
"Hmm begitu"
Karena ini pengalaman saya yang pertama kali, saya bingung. Terus apa yang harus saya lakukan dengan mendengar cerita tadi?
Akhirnya saya gali lagi supaya dia mau bercerita.
"Setiap hari berdoa buat kakak?"
"Kadang-kadang Bu"
"Apapun yang terjadi dengan kakak, harus tetap ingat kalau itu adalah kakak nya, harus tetap menghormati dan menghargai. Tidak boleh membenci, minta sama Tuhan supaya hati kakak dilembutkan"
"Bu, saya bawa foto nya. Ibu mau lihat?" Saya kaget dan antara bingung campur terharu.
"Boleh, ayok kita lihat bareng-bareng" Saya melihat foto kakak pertamanya yang dia ceritakan sering memukul ibunya.
Karena saya bingung, saya nggak sempat menanyakan apa penyebab kakaknya memukul ibunya. Saya mengalihkan pembicaraan tentang adiknya.
"Kalau adeknya sudah sekolah?" tanya saya
"Sudah, kelas 5 SD, tapi di Sidoarjo. Buat saya adek saya sangat special" Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
"special kenapa?" saya ingin dia merasa kalau saya adalah orang yang pas untuk dia berbagi cerita.
Ketika dia masih SD dulu, dia kehilangan uang sebesar 20 ribu rupiah. Uang itu seharusnya dia gunakan untuk mencicil buku LKS, karena uangnya hilang dia tidak bisa membayarnya. Dia bercerita kepada adeknya yang lebih kecil dari anak kelas 5 SD. Saya membayangkan seorang anak kecil yang biasanya uangnya dipakai habis untuk jajan tapi mau memecah tabungannya untuk kakaknya yang baru saja kehilangan uang. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan anak tersebut, betapa dia menyayangi adeknya.
"Kamu kenapa nangis?" tanya saya karena pipinya sudah penuh air mata
"saya merindukan adek saya, kalau di asrama saya tidak bisa bersama adek saya"
Saya meilirik jam tangan saya 08.15 sudah seharusnya bel pergantian pelajaran. Saya tidak bisa melanjutkan lagi, saya sudah bingung campur terharu campur perasaan "ini sudah harus bel"
Saya menutup percakapan kami pagi itu dengan berdoa bersamanya. Untuk yang pertama kalinya dia memeluk saya dan berkata "Bu Fika terimakasih ya". Saya tersenyum dan menjawab "Semangat ya, kamu pasti bisa jadi Dokter, belajar yang rajin dan jangan lupa berdoa"
Mungkin karena ini pertama kalinya ada anak yang sangat percaya kepada saya, saya merasa pengalaman ini adalah pengalaman yang indah :)
Karena berbarengan dengan anak TK yang sedang memperingati Hari Anak Nasional, jadi suasana pagi itu cukup ramai. Anak-anak tentu saja tidak bisa fokus. Saya pun sebagai fasilitator pagi itu tidak memaksa mereka untuk fokus membaca, ya saya pun kesulitan fokus pagi itu.
Kemudian ada satu anak yang mencoba mendekat ke saya, saat itu posisi saya berdiri dan dia tiba-tiba berdiri. Sebelumnya saya tidak pernah melakukan ini ke anak lain. Secara saya tipe orang yang cenderung diam dan cuek, bahkan saya memilih untuk tidak terlalu mencampuri urusan orang lain.
Pagi itu berbeda, saya bertanya kepada nya
"namanya siapa? maaf Bu Fika belum hafal"
dia menjawab dengan lirih. Saya menanyakan hal yang umum ditanyakan kepada murid baru tentang bagaimana sekarang sekolah disini? teman-temannya baik? Tinggal di asrama ya, bagaimana kakak-kakak di asrama.
Dia menceritakan begitu banyak pengalaman hidupnya. dia berasal dari Sidoarjo, dia tinggal bersama dua kakak laki-lakinya dan satu adek perempuannya serta Mama nya. Saya bertanya kabar mama nya. Harapan saya jawaban yang saya peroleh adalah "Mama saya baik-baik saja", tetapi jawabannya berbeda, dia bercerita tentang kakak pertamanya yang berani melawan Mama nya.
"Bu, mama saya biasanya di jambak kakak saya, kadang juga di dorong" dengan bahasanya yang lugu.
"Loh, kamu melihatnya?"
"Iya Bu, di depan saya"
"Hmm, tapi kamu sebenernya sayang nggak sama kakak?"
"Ya sayang, tapi saya kasian sama mama. Kakak saya yang kedua biasanya juga bertengkar dengan kakak saya yang pertama karena membela mama"
"Hmm begitu"
Karena ini pengalaman saya yang pertama kali, saya bingung. Terus apa yang harus saya lakukan dengan mendengar cerita tadi?
Akhirnya saya gali lagi supaya dia mau bercerita.
"Setiap hari berdoa buat kakak?"
"Kadang-kadang Bu"
"Apapun yang terjadi dengan kakak, harus tetap ingat kalau itu adalah kakak nya, harus tetap menghormati dan menghargai. Tidak boleh membenci, minta sama Tuhan supaya hati kakak dilembutkan"
"Bu, saya bawa foto nya. Ibu mau lihat?" Saya kaget dan antara bingung campur terharu.
"Boleh, ayok kita lihat bareng-bareng" Saya melihat foto kakak pertamanya yang dia ceritakan sering memukul ibunya.
Karena saya bingung, saya nggak sempat menanyakan apa penyebab kakaknya memukul ibunya. Saya mengalihkan pembicaraan tentang adiknya.
"Kalau adeknya sudah sekolah?" tanya saya
"Sudah, kelas 5 SD, tapi di Sidoarjo. Buat saya adek saya sangat special" Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis.
"special kenapa?" saya ingin dia merasa kalau saya adalah orang yang pas untuk dia berbagi cerita.
Ketika dia masih SD dulu, dia kehilangan uang sebesar 20 ribu rupiah. Uang itu seharusnya dia gunakan untuk mencicil buku LKS, karena uangnya hilang dia tidak bisa membayarnya. Dia bercerita kepada adeknya yang lebih kecil dari anak kelas 5 SD. Saya membayangkan seorang anak kecil yang biasanya uangnya dipakai habis untuk jajan tapi mau memecah tabungannya untuk kakaknya yang baru saja kehilangan uang. Saya bisa merasakan apa yang dirasakan anak tersebut, betapa dia menyayangi adeknya.
"Kamu kenapa nangis?" tanya saya karena pipinya sudah penuh air mata
"saya merindukan adek saya, kalau di asrama saya tidak bisa bersama adek saya"
Saya meilirik jam tangan saya 08.15 sudah seharusnya bel pergantian pelajaran. Saya tidak bisa melanjutkan lagi, saya sudah bingung campur terharu campur perasaan "ini sudah harus bel"
Saya menutup percakapan kami pagi itu dengan berdoa bersamanya. Untuk yang pertama kalinya dia memeluk saya dan berkata "Bu Fika terimakasih ya". Saya tersenyum dan menjawab "Semangat ya, kamu pasti bisa jadi Dokter, belajar yang rajin dan jangan lupa berdoa"
Mungkin karena ini pertama kalinya ada anak yang sangat percaya kepada saya, saya merasa pengalaman ini adalah pengalaman yang indah :)