Senin, 30 Maret 2020

When I back to Programming World

Iyaaa, nggak salah. Finally I am back to IT World. I code everyday.

Sebulan ini aku merasakan menjadi bagian dari orang-orang IT, cielah bagian hahaha. Hueeekkk padahal nyatanya susaaah banget wkwkwk. Keliahatan keren? dalemnya ngenes, tiap hari ketemu sama error yang kadang aku nggak ngerti juga error kenapa, random nambahkan code juga nggak tau kenapa jadi jalan hahaha.

Aku meninggalkan zona nyaman yang biasanya aku lakukan? zona nyaman? iyaa zona nyaman. Sebelumnya aku bekerja sebagai tenaga pengajar di kursusan robot yang bobot kerjanya nggak terlalu sulit. Bahkan tergolong sangat gampang untuk ukuran orang yang punya basic IT.

Tergeraklah hati hambaaaa, hmmm untuk kembali lagi ke dunia IT. ngoding lagi, everyday. Beberapa orang yang tahu akan bertanya
ngapain? kan udah enak toh ngajar, waktunya fleksibel dll dll dll...

sampai kapan? sampai aku umur berapa? ku pikir, sampai umur 30 tahun mentok aku bisa ngajar, apalagi di tempat kursusan robotik yang notabene banyak anak-anak dan pasti seiring berjalannya waktu, aku akan tergeser dengan yang lebih muda kalau aku nggak punya satu skill yang bisa diandalkan. nah skill yang bisa kuandalkan saat ini ya ngoding. diluar nulis sebagai hobi. aku pikir aku bisa bertahan hidup (hmmm bertahan hidup -_-) kalau skill ngoding ku bagus.

awalnya, aku sangat exited dengan dunia ngoding soalnya project pertama yang dikasih sesuai dengan bidangku sbg backend. yang dipikirkan hanya masalah API, query, kondisi data yang diterima dan yang akan dikirim. Nggak lama dari waktu aku kerja di bidang IT, dipindahlah aku ke frontend yang buanyaak sekali pakai JavaScript. JavaScript itu juga salah satu bahasa pemrograman. menurutku bahasa pemrograman yang cukup rumit dan ketika aku kuliah dulu, bahasa ini adalah bahasa yang aku hindari hehe. Eh malah sekarang setiap hari aku harus baca ini. Hueeekkkkk.....

Sebenernya aku masih diuntungkan, soalnya aku punya partner kerja yang sangat baik. baik banget, meski sering banget bully aku dan bikin aku kesel. dia pinter dan pasti mau nolongin kalau aku butuh sesuatu, cuma dalam proses nolongin itu yang ngeselin, dia tuh udah tau errornya apa, cuma nggak segera bilang aja, nunggu aku keliatan beneran bad mood, dia ketawa dulu baru dikasih tau di jam-jam mau pulang. Kadang kita sebagai programmer emang beneran nggak ngerti itu script errornya kenapa, variable yang mana dll.

Ditambah ketika WFH karena Covid 19, ketika aku ada error mau tanya siapa? sama temen pasti dibantuin tapi ya begitu, aku harus sabar karena dia cukup ngeselin.

Kenapa aku nulis tulisan ini?
Yaaaa, karena aku lagi stuck dibagian tertentu dan nggak ngerti mau ngapain hahahaha...

Rabu, 25 Maret 2020

Social Distance - Covid 19

Covid-19, berita dimana-mana dan himbauan "stay at home" atau "tetap dirumah". Dokter dan perawat kalang kabut, kehabisan stok ADP, kerja keras menangani pasien ODP dan PDP Covid-19. Masyarakat Indonesia juga dihimbau supaya tetap dirumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan membatasi aktifitas sosial secara fisik.

Bahkan, saya pun juga menjadi bagian orang yang akhirnya bekerja dirumah. Teman-teman yang ada di Malang dan ada di luar kota pun mungkin mengalami hal yang sama. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan melakukan banyak aktifitas dirumah.

Bagi sebagian orang yang cenderung ekstrovert ini sangat mengganggu. Bosan, nggak bisa ngapa-ngapain, bingung dirumah mau ngapain, cuma makan tidur makan tidur. Wajar, kebutuhan ekstrovert memang begitu. Mereka akan merasa lebih hidup kalau rame-rame, interaksi dengan banyak orang, bergaul dan menghadiri berbagai kegiatan yang "rame". Nggak jarang juga saya dapat WA dari teman berupa keluhan kalau dia itu bosan, di kos ngapain, nonton TV ya gitu-gitu aja dll dll dll.

Tapi, buat orang introvert (count me in), ini sangat membahagiakan hehe. Kita nggak perlu basa-basi sama orang yang nggak terlalu dekat dengan kita, nggak perlu menghabiskan tenaga ditengah kerumunan orang dll. Cukup stay at home, baca buku, nulis sesuatu, nonton anime/film, makan tidur dll. That's an awesome life for introvert. Nggak ada keluhan apapun ketika diminta stay at home.

Anyway, diluar pro dan kontra, suka nggak suka nya keadaan yang memaksa kita buat stay at home, ada beberapa hal yang bisa saya ambil. Terutama himbauan untuk Social Distance atau membatasi kegiatan sosial secara fisik. Bagi saya yang sudah biasa sendiri (kasian banget gue) hahaha, ini bukan masalah serius.

Atau memang ini adalah masa dimana semua orang sedang diajari untuk membiasakan dengan kesendirian. Mencukupkan diri sendiri, merasa cukup dengan diri sendiri. Segala sesuatu dirumah dan sendiri. Kerja dirumah, sendiri, papa mama juga nggak akan ngerti kalau ada error di pekerjaanku. Intinya adalah sendiri, entah pada akhirnya manusia itu akan sendiri atau menemukan soulmate yang pas untuknya. Honestly, bagi saya social distance bukan masalah baru. Pada akhirnya memang siapapun akan menghadapi keadaan "sendiri"

Bahkan ibadah pun sendiri hehe, memang ada ibadah online, tapi saya nggak melakukan ibadah online. Ini sangat relevan dengan keadaan saat ini. Ibadah dan hubungan dengan Tuhan tidak lagi dilihat dari bagaimana kita berpakaian ketika ke gereja, bagaimana gedung gereja yang kita datangi, seberapa banyak jemaat yang datang dll. Just you and Lord.

Saya cuma tersenyum ketika sebagian orang "mengeluh" karena dihimbau stay at home dan tidak ada ibadah secara fisik.
"yah, nggak bisa ke gereja"
"biasanya kalau ke gereja kan disana rame-rame" (hmm, ibadah rame-rame???)
dll
dll
dll...

I found something new why I always do everything alone and I'm so grateful.

ketika orang lain berempati "kamu sendirian saja ya?" dan itu lama-lama menjadi kebiasaan dan bukan sebuah masalah lagi, saat ini ketika orang bingung karena apa-apa harus sendiri, hal itu saat ini sudah tidak lagi menjadi masalah buat saya. Percayalah, ada sesuatu yang bisa disyukuri dalam setiap kejadian yang dialami.

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allat turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.