Ada murid saya bernama Keane dan Rayner. Keane adalah murid kelas 1 SD sedangkan Rayner masih TK B. Kebetulan mereka adalah anak-anak yang sudah ikut bimbingan belajar dari pembukaan learning center tempat saya bekerja. Saat itu, teacher yang mengajar hanya ada saya dan owner. Otomatis kelas akan lebih banyak saya yang handle.
Saat itu, saya merasa dapat mengajar anak jenis apapun. Dari yang diam sampai yang bawel. Di awal saya masih semangat, jadi apapun kondisi muridnya saya mencoba menikmati. Termasuk kelas Keane dan Rayner.
Awal mula saya mengajar dan anaknya masih anak-anak baru saya masih bisa mengendalikan anak-anak itu dengan baik, materi bisa saya sampaikan meski saya agak jengkel karena beberapa kali nggak dianggep hehe.
Sampai pertemuan kedua, ketiga masih aman karena masih tergolong baru tetapi sudah mulai kelihatan karakter aslinya anak-anak ini. Mereka adalah anak yang aktif dan suka main, jadi saya kadang merasa kelelahan kalau saya harus menuruti mereka main. Sampai satu moment saya nggak sanggup lagi mengikuti keinginan mereka main, saya mau mengajar anak sesuai dengan konsep kelas yang sudah saya siapkan. Beruntungnya, kedua anak ini bukan anak yang bisa diajak untuk menjalani kelas sesuai dengan konsep saya, sampai satu titik mungkin anaknya sebel saya dilempar duplo blocks dan kena kepala saya.
Namanya anak-anak, saya akan salah kalau sampai memasukkan kejadian ini sampai hati. Sampai akhir kelas akhirnya saya terbawa suasana BT. Saya coba komunikasikan kalau saya nggak sanggup untuk ambil kelas ini.
Nggak lama dari kejadian itu ada partner yang baru dan ternyata dia bisa sangat asik ketika dia berproses di kelas Keane dan Rayner. Saya dan owner masih heran "kok kelasnya bisa se-asik itu ya?"
Nggak terjadi masalah apapun dan materi yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh anak.
The value from the story
Kadang saya merasa kalau saya bisa menghadapi semuanya sendiri, dengan kecakapan dan pengalaman saya mengajar yang sudah cukup lama. Ketika saya bertemu dengan anak bertipe seperti Keane dan Rayner dengan cara belajar mereka yang sangat aktif, honestly saya jadi kuwalahan. Bahkan saya mengatakan pada diri saya sendiri kalau saya memang nggak sanggup dengan tipe anak seperti ini.
Rekan kerja baru yang awalnya saya rasa dia nggak akan bisa, saya aja nggak bisa masak dia bisa? ternyata dia malah bisa membawa suasana kelas menjadi lebih hidup. That's amazing.
Begitulah hidup, nggak ada yang sempurna. Toh meskipun saya sudah merasa cakap mengajar dan merasa bisa mengajar, saya masih tidak sempurna. Masih banyak hal-hal yang saya perlu poles lagi. Atau memang sebenarnya akan ada titik-titik tertentu yang saya tidak bisa lakukan dan memang harus dilakukan oleh orang lain :)
0 komentar:
Posting Komentar