Saya orang yang sangat senang mendengarkan cerita beberapa teman saya yang naik gunung. Mereka menceritakan puasnya mereka sampai di puncak dan melihat pemandangan yang indah. Tidak sedikit juga dari mereka yang menceritakan kebersamaan bersama teman ketika naik gunung, masak di puncak gunung, berbagi dan lain sebagainya.
Apakah saya ingin naik gunung?
Ya, saya ingin naik gunung. Melihat keindahan alam dan merasakan kebersamaan dengan teman. Saya ingin foto dengan background pemandangan dan langit yang luas, pakai pakaian ala-ala gunung, pakai sepatu ala-ala gunung. Membayangkan saja rasanya perfect sekali.
Apakah saya pernah naik gunung?
Nggak hahaha.
Kalau saya membayangkan enaknya saja saya naik gunung, saya pasti sangat ingin naik gunung. Melihat orang yang posting foto naik gunung, sudah pasti saya ingin naik gunung.
Saya belum pernah naik gunung tetapi saya punya beberapa teman yang suka naik gunung. Menurut pandangan saya, banyak positifnya bergaul dengan orang yang suka naik gunung.
Pertama, mereka adalah orang yang nggak gampang ngeluh.
Kedua, orang yang suka naik gunung kebanyakan adalah orang-orang yang pandai menghargai orang lain.
Ketiga, yang menurut saya paling penting, mereka berpikiran terbuka dan suka berteman plus terbiasa bertemu dengan orang baru atau pengalaman baru.
Saya pribadi akan sangat siap menerima semua hal positif dari naik gunung. Tetapi saya coba berpikir, apakah saya siap menghadapi penderitaan naik gunung? Jawabannya tidak haha.
Tidak banyak teman yang menceritakan hal negatifnya naik gunung, bahkan jeleknya naik gunung tidak terupload di sosial media. Beberapa alasan saya yang menjadikan saya tidak siap jika saya harus naik gunung misalnya
1. Kulit saya bisa gosong wkwkwk. Saya bukan cewek yang rajin-rajin banget perawatan sehingga saya lebih cenderung untuk menjaga kulit saya. Saya tidak pakai cream pemutih tapi saya memutuskan untuk menjaga kebersihan kulit saya. Bukan berarti saya anti panas matahari, nggak juga.
2. Saya belum siap jika saya harus sakit perut mendadak dan mau bab dimana? Untuk membayangkan saja udah manyun-manyun sendiri hahaha
3. Kehabisan Supply baik tenaga, makanan, listrik mungkin dll. Apalagi, saya cewek yang nggak tahan laper. Saya bisa nahan ngantuk tapi saya nggak bisa nahan laper hehe.
Sekali lagi, saya sama sekali tidak beranggapan bahwa naik gunung ini negatif, tapi saya pribadi belum siap mental menghadapi hal negatifnya. Saya hanya siap dengan hal positifnya saja.
What's the value from the story?
Kalau kita melihat kesuksesan orang lain, seakan kita sangat mau menjadi orang itu. Kalau saya melihat keindahan pemandangan yang teman saya dapatkan ketika sampai puncak, saya juga mau sampai puncak. Masalahnya, saya hanya nggak mau mengalami penderitaan yang mereka alami sebelum sampai ke puncak. Masalahnya, kita belum tentu mau menjalani tingkat disiplin yang tinggi seperti orang-orang sukses pada umumnya.
That's why, saya selalu melihat dibalik puncak dan kesuksesan seseorang pasti ada "penderitaan" yang dilalui.
Apakah saya ingin naik gunung?
Ya, saya ingin naik gunung. Melihat keindahan alam dan merasakan kebersamaan dengan teman. Saya ingin foto dengan background pemandangan dan langit yang luas, pakai pakaian ala-ala gunung, pakai sepatu ala-ala gunung. Membayangkan saja rasanya perfect sekali.
Apakah saya pernah naik gunung?
Nggak hahaha.
Kalau saya membayangkan enaknya saja saya naik gunung, saya pasti sangat ingin naik gunung. Melihat orang yang posting foto naik gunung, sudah pasti saya ingin naik gunung.
Saya belum pernah naik gunung tetapi saya punya beberapa teman yang suka naik gunung. Menurut pandangan saya, banyak positifnya bergaul dengan orang yang suka naik gunung.
Pertama, mereka adalah orang yang nggak gampang ngeluh.
Kedua, orang yang suka naik gunung kebanyakan adalah orang-orang yang pandai menghargai orang lain.
Ketiga, yang menurut saya paling penting, mereka berpikiran terbuka dan suka berteman plus terbiasa bertemu dengan orang baru atau pengalaman baru.
Saya pribadi akan sangat siap menerima semua hal positif dari naik gunung. Tetapi saya coba berpikir, apakah saya siap menghadapi penderitaan naik gunung? Jawabannya tidak haha.
Tidak banyak teman yang menceritakan hal negatifnya naik gunung, bahkan jeleknya naik gunung tidak terupload di sosial media. Beberapa alasan saya yang menjadikan saya tidak siap jika saya harus naik gunung misalnya
1. Kulit saya bisa gosong wkwkwk. Saya bukan cewek yang rajin-rajin banget perawatan sehingga saya lebih cenderung untuk menjaga kulit saya. Saya tidak pakai cream pemutih tapi saya memutuskan untuk menjaga kebersihan kulit saya. Bukan berarti saya anti panas matahari, nggak juga.
2. Saya belum siap jika saya harus sakit perut mendadak dan mau bab dimana? Untuk membayangkan saja udah manyun-manyun sendiri hahaha
3. Kehabisan Supply baik tenaga, makanan, listrik mungkin dll. Apalagi, saya cewek yang nggak tahan laper. Saya bisa nahan ngantuk tapi saya nggak bisa nahan laper hehe.
Sekali lagi, saya sama sekali tidak beranggapan bahwa naik gunung ini negatif, tapi saya pribadi belum siap mental menghadapi hal negatifnya. Saya hanya siap dengan hal positifnya saja.
What's the value from the story?
Kalau kita melihat kesuksesan orang lain, seakan kita sangat mau menjadi orang itu. Kalau saya melihat keindahan pemandangan yang teman saya dapatkan ketika sampai puncak, saya juga mau sampai puncak. Masalahnya, saya hanya nggak mau mengalami penderitaan yang mereka alami sebelum sampai ke puncak. Masalahnya, kita belum tentu mau menjalani tingkat disiplin yang tinggi seperti orang-orang sukses pada umumnya.
That's why, saya selalu melihat dibalik puncak dan kesuksesan seseorang pasti ada "penderitaan" yang dilalui.