Jumat, 23 Maret 2018

Pilih Kasih?

Menurut studi yang pernah saya baca seobjektif-objektifnya manusia pasti mempunyai sisi subjektif. Meskipun orang tersebut sudah berusaha sedemikian rupa untuk bersikap netral dan adil, pasti ada satu ketika manusia melakukan apa yang dikehendaki hatinya.

Beberapa waktu lalu saya "diprotes" oleh beberapa murid saya yang menganggap bahwa saya bersikap tidak adil dengan alasan lebih dekat dengan si A dan si B sedangkan dengan si C tidak dekat. Sebenarnya begini, saya sebagai pendidik tidak ada niat atau maksud untuk bersikap tidak adil, tetapi kembali lagi tidak semua anak bisa diperlakukan sama.

Contohnya, si A bisa diperlakukan dengan kata-kata yang halus dan dia nurut, berbeda dengan si B kalau diperlakukan dengan kata-kata yang halus "ngelunjak". Kasus lain misalnya, si X meskipun akrab dan sering pergi diluar jam tetapi ketika di sekolah tetap bisa bersikap sebagai murid, tapi si Y belum tentu, ketika merasa dekat kayaknya dimanapun dia berada tidak bisa memposisikan diri.

Ada pula pertimbangan-pertimbangan lain yang membuat saya harus "jaga jarak" dengan anak-anak tertentu, yang pertama pastinya berkaitan dengan attitude atau sikap. Kalau sang anak "kurang sopan" dalam menjalin komunikasi dan keakaban pasti saya akan jaga jarak. Kalau si anak akrab layaknya ibu dan anak, bercanda sesuai dengan porsi dan mengasihi dengan tulus pasti hati saya akan terasa dan mampu membedakan mana anak-anak yang tulus dan mana anak-anak yang "ada maunya".
Overall, saya tetap mengasihi mereka dengan porsi yang dibutuhkan.

Diluar faktor internal kedekatan saya dengan anak, ada pula faktor eksternal. Ada banyak anak yang tahu saya, tetapi sangat sedikit anak yang mendekat. Anak-anak yang hanya bertemu saya ketika pagi dan dikelas saya pasti tingkat kedekatannya akan berbeda dengan anak yang pagi, istirahat pertama, istirahat kedua sampai pulang sekolah masih datang ke meja dan bergurau.

Ada beberapa anak yang memang dia datang, bukan saya yang memanggil, bukan saya yang mengajak dia bercanda diwaktu istirahat, tetapi karena dia yang punya inisiatif datang dan menyapa.

Komunikasi di luar pun juga mempengaruhi tingkat kedekatan saya dengan anak. Saya tidak pernah merahasiakan nomor hape dari anak-anak saya. Setiap anak yang meminta nomor hape pasti saya berikan. Ada anak-anak yang komunikasi setiap ada kesempatan dan ada anak-anak yang komunikasi kalau memang ada butuhnya aja, misalnya tanya PR, tanya ulangan dan tanya besok pulang jam berapa atau ada pelajaran nggak?

Dari keseluruhan anak yang saya kenal hanya ada 2 anak yang mejalin komunikasi intens dengan saya, ada nggak ada keperluan dia selalu sapa. Otomatis saya akan sangat dekat dengan kedua anak ini. Bahasan kami bisa tentang programming, olimpiade, kangen kangen an, pamer makanan dll. Ya hanya 2 anak ini yang mau membuka diri.

Disisi lain, ada anak-anak yang menganggap saya "pilih kasih", saya tidak membenarkan diri saya atas semua sikap dan tindakan saya, bagaimanapun juga saya manusia yang mungkin masih bisa melakukan kesalahan. Tetapi karena keterbatasan saya menjangkau semua anak dan keterbatasan saya sebagai manusia saya tidak bisa melayani semua anak dengan sama rata.
Lagi pula, anak-anak yang dekat dengan saya memang anak-anak yang mau mendekat ke saya. Sedangkan yang lain hanya memandang saya dari kejauhan dan ketika saya dekat sama anak lain menilai saya tidak adil, kadang lucu juga.
Ya saya tidak bisa menghentikan apapun penilaian orang atau anak ke saya, prinsipnya apapun penilaian mereka terhadap saya, saya sudah melakukan yang terbaik dan saya tetap mengasihi mereka.

Kemudian saya merefleksikan apa yang terjadi dengan lebih dalam tentang relasi kita dengan Tuhan, ada banyak yang percaya Tuhan tetapi tidak mendekat kepada Tuhan. Datang kepada Tuhan kalau ada butuhnya saja, apakah salah kalau pada akhirnya Tuhan memberikan dan menunjukan mujizat-mujizatnya kepada anak-anakNya yang setiap saat datang dan menyapa Nya?
Apakah Tuhan tidak adil?
Tapi tetap Tuhan tidak terbatas, yang perlu kita lakukan hanya mau mendekat dan menyapa, ada atau tidak ada keperluan sekalipun.

Manusia saja begitu, apalagi Tuhan?

Yang saya mau hanya, sini loh mendekat kalau memang mau dekat. Jangan hanya memandang dari kejauhan kemudian menilai orang lain "tidak adil".

God Bless :)

0 komentar:

Posting Komentar