Senin, 22 Januari 2018

Aku Berhenti, terimakasih :)

Ada beberapa orang dan nama yang menjadi sumber inspirasiku untuk menulis. Terutama di blog pribadi ini. Mungkin juga suatu saat aku juga akan menuliskan kisah dengan seseorang yang lain. Tapi malam ini, aku belum beranjak dari satu nama.

Masih ingat tentang posting sebelumnya yang berjudul "Tahun Baru" dan "Kesabaran, Kebaikan dan Ketekunan"? Ya, tepat sekali. Saya masih berkisah dengan nama dan orang yang sama.

Aku tidak bisa mengelak bahwa sampai saat ini saya melabeli dia sebagai sosok yang sangat baik.

Beberapa pekan terakhir ini, namanya selalu ada dalam pokok doaku. Oke, kenapa? Karena aku mengasihi dia, aku rasa dia cukup membaca tulisanku sebelumnya, aku tidak ingin memberi tahu dia lagi bahwa malam ini aku kembali menulis untuk dia.

dia masih orang yang aku pikirkan, pagi dan malam hari. Toh meskipun diluar dia juga banyak hal lain yang saya pikirkan. sekali lagi, dia tetap terpikirkan.

Pertama-tama ku kenalkan pribadi ku dulu, aku tipe orang melankolis dan dipadukan dengan phlegmathis. Sehingga pahamlah jika apa yang ku rasakan dan ku tuliskan terkesan sedikit "lebay". Plus tipe manusia yang introvert, so aku merasa lebih lega ketika aku menuliskan semua yang ku rasa.

Lanjut ke ceritanya ya,
Sekitar satu minggu yang lalu (mungkin) saya memberanikan diri buat minta nomer kontak kakaknya. pengalaman ini adalah pengalaman pertamaku "berani" minta nomer seorang cowok ke teman. Singkat cerita aku mendapatkan dan menunggu 3 hari sambil memberanikan diri buat chat duluan. aku tidak pernah berani melakukan ini. (ini cowok kakaknya loh ya, jangan salah fokus)

Sampailah pesanku ke kakaknya. dengan harap-harap cemas dan tengak-tinguk hape dan bergumam dalam hati "Tuhan apapun balasannya, mau di cuekin, mau di baikin ini resiko Tuhan, ya saya mau menerima resikonya. Tuhan tapi saya tetap berharap di balas chat nya dengan baik ya Tuhan"

kurang lebih 15 menit berlalu, chat nya di balas dengan ramah. Ugh, rasanya lega juga ya. padahal awalnya udah keringat dingin dan gemetaran hehe.

hal pertama yang ingin ku sampaikan ke kakaknya adalah aku ingin memberikan hadiah ulang tahun kepada dia. bersyukurnya, kakaknya rupanya adalah orang yang cukup ramah (penilaian saat ini). ngobrol-ngobrol, akhirnya kakaknya setuju membantu. sudah selesai urusan bersama kakaknya.

Oh iya, kemudian aku ingat ada Ibu. jangan sampai saya membuat ibu marah. jangan-jangan kalau nanti aku kesana ibu jadi marah
"ngapain ini anak ku dikasih beginian? nggak penting"
untuk memastikan pikiran itu salah, aku menghubungi kakaknya lagi dan memastikan kalau Ibu akan baik-baik saja. tidak akan khawatir seperti sebelumnya. ketika aku pulang malam. padahal sudah ijin dengan baik dan benar -____- dalam hati saya "sudahlah Bu, saya baik-baik saja, saya pulang malam tidak akan kena marah, karena jelas saya sama siapa, kemana, ngapain dan pasti pulang malam". Eh tunggu, ibu ini nggak khawatir sama aku kok, aku GR banget wkwkwk. Ibu khawatir sama anaknya yang ngantar anak orang larut malam, lah nanti kalau dijalan ada apa-apa gimana? aku aja khawatir, apalagi Ibunya. Betulkan?
(semoga akan ada inspirasi sehingga ku bisa tuliskan di judul berikutnya tentang si ibu)

setelah menghubungi kakaknya lagi, aku mendapat kepastian bahwa Ibu tidak akan marah dan rupanya sudah tahu dengan rencanaku. Puji Tuhan.
artinya, aku tidak akan membatalkan rencana tersebut. karena ini menyangkut Ibu. minimal Ibu sudah tau.

Kemudian masalahnya dimana? Kok berhenti?
ini hanya masalah respon kok. aku yang terlalu melankolis atau mungkin juga apa yang ku pikirkan benar. Iya, dia menjauhiku.
Tenang saja, aku bahagia kok karena dia bukan sumber kebahagiaanku. sumbernya Tuhan aja.

aku berhenti mengharapkan dia sebagai seseorang yang mungkin lebih dari teman atau mungkin seseorang yang bisa memegang komitmen bersamaku
aku berhenti memikirkan dia
aku berhenti menunggu saat bisa berkomunikasi dengan dia.
aku berhenti memberikan perhatian
aku berhenti berharap tentang dia
dan akhirnya
aku berhenti berjuang
tapi untuk doa tidak akan berhenti, sebagai hamba Tuhan yang tidak sanggup melakukan apapun.

bagiku, aku sedang menunggu akhir.
iya, bagiku 1 minggu lagi adalah akhir dari kisah dia. mungkin tulisan berikutnya sudah bukan tentang dia lagi.

berhenti dan terimakasih :)

0 komentar:

Posting Komentar