Jumat, 16 Juni 2017

Addictive Relationship

"Bagaimana jika kita sudah terlanjur sayang?"
"Sebenernya saya tahu kok kalau dia gak baik buat saya, tapi gimana ya kak, saya sudah coba melupakan dia tapi pasti bakalan keingat lagi"
"Dia emang sering bikin repot saya sih kak, dia juga beberapa kali minta uang saya, tapi kan namanya manusia kita harus mengasihi sesama"
"Ya kata-katanya memang kasar, kadang dia juga sering ngilang-ngilang gak ada kabar dan kalau aku nanya kenapa pasti dia punya alasan yang nggak bisa aku tentang"
"sikapnya kadang baik, kadang juga bisa cuek sama aku kak. beberapa kali dia bikin aku nangis"

pernah mendapat curhatan seperti itu?
atau mungkin sedang mengalami hal tersebut?

Saya setuju, perasaan-perasaan seperti ini sangat sulit dihadapi terutama kaum wanita. Tidak jarang wanita yang mau bertahan dengan hubungan yang sudah jelas salah hanya karena satu alasan "sudah terlanjur sayang" dan keyakinan bahwa "suatu saat dia pasti berubah".

Pada dasarnya wanita itu memang sangat lemah di perasaan. Sedikit perhatian yang diberikan oleh cowok, apalagi kalau cowoknya ganteng dan pinter ngegombal hampir dipastikan wanita itu "baper". Saya juga wanita, saya pun pernah mengalaminya. Jujur memang, saya sering sekali baper. Namun, saya sadar kelemahan saya sebagai wanita. Saya sadar perasaan wanita memang sangat lemah. Ketika kita sudah sadar dengan kelemahan kita, maka jangan main-main di kelemahan kita. Begitu yang saya terapkan.

Pengalaman terakhir saya dengan seorang pria yang jelas tidak baik bagi saya saat itu. Sebut saja si X.
Kami sudah sangat dekat, bahkan sampai sekarang kesan banyak orang yang menilai "saya adalah kekasihnya si X" meskipun kami berdua tidak pernah berkomitmen apapun. Saya suka, ya saya akui saya suka. Bahkan kepada siapapun yang bertanya kepada saya, saya tidak pernah mengelak dengan perasaan saya, saya tahu kalau itu menyakitkan, jadi saya tidak melakukannya. Sampai sekarang pun, meskipun sama sekali saya tidak peduli lagi dengan kehidupan si X, masih saja ada orang-orang yang menganggap saya masih punya hubungan special dengan si X. Bahkan setelah saya sudah berkomitmen dengan tujuan yang jelas dengan orang lain.
Masa-masa kami dekat, seakan-akan memang kami ini nggak akan terpisahkan (saya dan si X). Kemana-mana kami berdua. Saya beberapa kali membantunya menyelesaikan tugasnya, dia beberapa kali membantu saya menyelesaikan tugas saya. Hampir setiap hari kami melakukan interaksi, baik sekedar chat atau keluar sampai larut malam.
Bisa dibilang saat itu saya "kecanduan si X". Kalau ada si X saya jadi semangat, kalau tidak ada si X saya jadi tidak semangat. Saat itu saya memberikan perhatian yang sangat besar kepadanya, karena saat itu kebutuhan saya melampiaskan emosi saya karena rasa kecanduan tadi.
Sampai pada satu titik, hubungan kami menjadi tidak baik-baik saja karena adanya pihak ketiga.
Pada dasarnya tidak ada satu wanita pun yang suka melihat lelakinya dekat dengan wanita lain meskipun alasan "hanya teman" termasuk juga saya. Saat itu saya memang tidak suka melihat dia dekat dengan wanita lain. Dia kan sudah sangat dekat dengan saya, kenapa harus ada sosok wanita lain? Pikir saya saat itu.
Banyak hal-hal kompleks yang terjadi, sampai saya juga tidak habis pikir kenapa kejadian itu harus terjadi. Sampai saya memutuskan semua hubungan dengan si X.
Sedih? ya tentu saja. Saya merasa kecewa beberapa hari saja. Ingat ya, beberapa hari saja.

Akhirnya saya mendapatkan satu pemahaman bahwa, sebenarnya yang saya rasakan saat itu bukanlah kasih sayang yang murni kasih sayang. Saya menyadari, saat itu saya hanya "addictive relationship" yang akhirnya membatasi saya melakukan apapun. Misalnya, saya tidak melakukan apapun kalau tidak ada dia, saya kehilangan semangat kalau tidak ada dia. Hal ini tidak baik bagi saya.

Percayalah kalau sebenarnya saat itu saya sudah bisa dikatakan "terlanjur sayang". tetapi Tuhan itu baik, yang tidak akan membiarkan anakNya berada pada posisi yang salah terus menerus, meskipun teguran yang diberikan saat itu sangat sakit. Ketika saya dengan pasti dan yakin untuk memutuskan segala hubungan dengan si X. Secara manusiawi saya berat hati, setiap hari yang saya sebut dalam doa "Bapa, kalau memang dia tidak baik buat saya, Bapa ambil perasaan suka kepada dia dari saya, Bapa lembutkan dan pulihkan kehidupan saya".

Saat ini saya bisa tertawa dan bahagia diatas tangisan yang dulu saya alami. Dengan mata kepala saya sendiri saya bisa melihat bahwa semakin hari ternyata dia bukanlah sosok yang baik bagi saya. Dan saya bisa membuat daftar yang membuat saya bersyukur sudah tidak lagi bersamanya.

1. dia tidak membuat saya semakin dekat dengan Tuhan, saya bukan orang yang religius sekali tetapi saya tetap percaya saya ini tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan.
2. dia membuat hubungan saya dan orang tua saya menjadi tidak baik. beberapa kali saya berbohong kepada orang tua saya hanya karena saya ingin bertemu atau sekedar jalan-jalan dengannya, dan ini jelas sangat tidak baik.
3. dia membuat saya tidak mencintai diri saya termasuk kesehatan saya. dia seorang perokok berat, bahkan dia pernah mengatakan "mending gak nikah daripada gak merokok". dulu saya masih toleransi meskipun didekat saya dia merokok dan saya terganggu dengan asap rokoknya, yang tidak baik buat kesehatan saya. papa saya perokok, tapi papa tidak pernah merokok didekat saya karena papa sayang ke saya dan mama. sudah hampir dipastikan dia tidak menyayangi saya
4. dia tidak memberikan kejelasan status kepada saya. bagi wanita status itu sangat penting, dengan tujuan dan komitmen yang jelas.
5. secara financial dia masih belum cukup mandiri. bukan matre, tetapi realistis. bagaimana bisa saya akan menjalani hubungan jika saya hidup dengan seseorang yang kebutuhan financialnya saja masih bergantung kepada orang lain?
6. dia tidak mempunyai tanggung jawab yang baik. dia adalah partner saya dalam berorganisasi dan saat ini dia meninggalkan semua tanggung jawabnya sebagai ketua :) saya bersyukur mengetahui sejak sekarang. bahkan dulu, saya sering melihat dia tidak bertanggung jawab dengan tugas kuliahnya sendiri, sering kali tugas kuliahnya dikerjakan oleh "cewek" yang menjadi pihak ketiga tadi hehehe.
7. dia sama sekali tidak mempunyai hati nurani, hal ini tidak layak saya jabarkan karena hal ini menyangkut kehidupan keluarganya
8. dia tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik
9. dia tidak jujur. sering kali saya curiga dengan hal-hal yang dia katakan dan seringkali kecurigaan saya ini benar. termasuk kecurigaan saya mengenai pihak ketiga tadi :)
10. dia masih kekanak-kanak an, dia tidak bisa memegang teguh apapun yang dia katakan, termasuk komitmen yang dia buat sendiri atau tanggung jawab yang dia sudah ambil sendiri. dia tidak berani menghadapi kesalahan yang dia perbuat sendiri.

Hal-hal tersebut membuat saya semakin membuka pikiran dan mata saya tentang dia. Sampai akhirnya Tuhan mempertemukan saya dengan seorang yang jauh lebih baik.
Tidak ada satupun dari daftar diatas tadi yang melekat pada kekasih saya saat ini.

1. Sudah jelas dia membawa saya lebih mencintai Tuhan, meskipun pelan-pelan dia berusaha meyakinkan saya untuk mengasihi dan mengampuni, sering kali saya bantah dan cekcok dengan saya, tetapi dengan kasih dia bisa mendukung saya untuk semakin bertumbuh didalam Tuhan.
2. dia menghormati kedua orang tua saya, demikian juga saya menghormati kedua orang tuanya dan kami sangat terbuka dengan hubungan yang sedang kami jalani.
3. dia mencintai dirinya dan mencintai saya sebagai bait yang kudus dan berkenan bagi Tuhan, termasuk menjaga kesehatan
4. kami mempunyai status, visi dan tujuan yang jelas tentang hubungan kami. tidak hanya berpikir bahwa ini sementara, kami tidak ingin sementara, meskipun kami tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, hanya kami yakin bahwa yang terjadi nantinya itu yang terbaik bagi kami :)
5. Mandiri dalam financial Baik saya ataupun dia. Kami sudah punya penghasilan yang cukup, bahkan berlimpah. Dia sudah mempunyai rumah, kendaraan, pekerjaan dan bisnis pribadi yang jelas :)
6. dia sangat bertanggung jawab, minimal bertanggung jawab dengan kehidupannya sendiri dan sama sekali tidak merepotkan saya sebagai pasangannya. Bahkan dia yang selalu berusaha membahagiakan saya :)
7. dia mempunyai hati yang sangat lembut, dia mencintai Tuhan lebih dari apapun dan saya bangga

Saya berpikir jika dulu saya berkeras hati pada perasaan "saya sudah terlanjur sayang kepada si X", dapat dipastikan hidup saya tidak akan seberkualitas sekarang. Bagi saya pribadi, tidak ada yang namanya terlanjur sayang, yang ada hanyalah kecanduan yang akhirnya mengikat diri kita sendiri.

Kamis, 08 Juni 2017

Sosmed yang Memberkati

Kemarin, 07 06 2017 saya bersama dengan rekan sekantor saya dan sekaligus rekan seperjuangan dari dulu jalan-jalan ke sebuah Mall di Kota Malang.
Rute kami yang pasti pertama kali adalah food court karena sepulang dari kantor dan mengajar, kami lapar, kemudian kami membeli beberapa film dan masuk ke sebuah toko Buku.

Dia mengajak saya untuk melihat-lihat buku yang berkategori religion. Ada sebuah buku yang menarik perhatian saya "Jempolmu Harimaumu".
Saya berniat membeli buku itu dan membacanya ketika saya sudah dirumah.

Bagian pertama dari buku itu berbicara tentang bagaimana keadaan saat ini, sosmed digunakan untuk menebarkan kebencian dan permusuhan.
From deepest of my heart, pernyataan itu seperti Tuhan sediakan untuk menegur diri saya sendiri.
Kalau dibilang saya ini hits, yah bisa jadi karena followers sosmed saya juga lumayan banyak hehehe :p

Sekitar 2 bulan yang lalu, i do it. Saya menggunakan sosmed dengan cara yang tidak bijaksana. Banyak kata-kata dan kalimat-kalimat yang saat ini saya sadari saat itu sama sekali tidak memberkati. So far, saya bersyukur karena setelah membaca buku tersebut saya bisa bercermin dan memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Btw, dibalik cerita kenapa sampai saya tidak bijaksana dalam bersosial media, saat itu saya terpancing dengan seseorang yang tidak penting.
Saya tidak ingin menceritakan dalam postingan kali ini karena saya rasa ceritanya tidak akan memberkati kok :)

So, bijaklah dalam bersosial media.
Termasuk saya sendiri juga masih belajar dan terus belajar untuk bersosial media dengan bijak :)