Kamis, 31 Maret 2016

Teknik Informatika "Kesasar"

btw saya lupa sudah pernah bercerita atau belum tentang jurusan kuliah saya yang saat ini saya jalani. Saya ceritakan kembali dengan singkat aja, saya mengambil jurusan yang tidak pernah saya kenal sebelum saya memasuki jurusan tersebut (Jurusan Teknik Informatika). jadi saya harus banyak spend waktu lebih untuk mengejar ketertinggalan saya. Ya teman-teman saya sebagian besar udah tahu apa yang akan mereka lakukan di jurusannya. Intinya gak kayak saya yang buta dengan jurusan yang saya pilih. (buat yang seiman boleh baca di Yeremia 29:11). Berpegang pada ayat itu saya memantapkan langkah saya untuk tetap menjalani kuliah dijurusan yang saya nggak ngerti apa-apa. So, hasilnya setiap malam saya nangis dipangkuan mama setelah pulang dari kampus jam 10 malam karena saya memaksa diri saya untuk bisa. Puji Tuhan, mama saya adalah tipe orang tua yang selalu mendukung apapun yang saya kerjakan selama itu positif. Walaupun mama sendiri juga nggak tau nanti kalau anaknya lulus mau jadi apa dengan jurusan yang sedang diambil. Intinya saya berusaha semaksimal mungkin dan yakin kalau Tuhan melakukan segala sesuatu dihidup saya bukanlah sebuah hal yang kebetulan. Setahun setengah saya melakukan hal itu, pulang malam, belajar, belajar dan belajar.

Tahun kedua saya sudah bisa menguasai logika pemrograman dasar. Bahkan teman-teman saya ada yang menganggap saya ini "pro" (pro itu julukan untuk mahasiswa yang dianggap pinter). Anggapan itu membuat saya semakin tertekan. Angapan "pro" artinya saya harus spend waktu lebih banyak dari teman-teman saya buat belajar. Misalnya saya nggak spend waktu, teman-teman saya yang mengandalkan saya karena anggapan "pro" tadi akan kecewa. Bener nggak? Fatalnya ketika salah satu mata kuliah yang harus berkelompok untuk suatu project.

[Kebetulan saya juga dianggap sebagai ketua angkatan untuk angkatan saya, yang dijadikan patokan teman-teman saya dalam banyak hal, dan salah satu tugas ketua angkatan adalah mengkoordinasi angkatan supaya angkatan ini bisa kompak, saling membantu satu sama lain (susah susah gampang karena saya harus memimpin angkatan yang 90% isinya cowok). Salah satu usaha yang bisa diterapkan dibawah koordinasi saya adalah, ketika pembagian kelompok, mahasiswa yang pandai harus gabung dengan mahasiswa yang kurang bisa. So, bisa saling mengajari :)]

Dari kesepakatan itu, artinya saya yang dianggap "pro" harus lebih bisa dari anggota kelompok yang lain. Karena saya nggak boleh bergabung dengan mereka yang lebih pandai dari saya. Bahkan tuntutan paling beratnya, paling tidak kelompok saya harus bisa setara dengan mereka yang pinter dari awal. Kalimat yang sering terlontar "Woeee sing pro gak oleh dadi siji" (woee yang pinter nggak boleh jadi satu kelompok). Ya bagaimana lagi, toh itu aturan yang menginisiasi juga saya sendiri hehehe.

Paksaan-paksaan itu lah yang akhirnya membuat saya memaksa diri saya sendiri untuk bisa menguasai bidang saya. Saya berusaha mencintai apa yang saya lakukan, yang saya sendiri juga tidak mengingkari kalau kadang saya mengeluh tentang sulitnya jurusan saya ini.

[Tapi saya bersyukur karena Tuhan menganugrahkan saya otak yang bisa berpikir dan punya kekuatan di logika dan matematika. So, adaptasi yang saya butuhkan hanya butuh waktu kurang lebih satu tahun. Itupun dengan effort yang luar biasa. Dan sebenarnya belum pro-pro banget sih]

Tahun kedua saya kuliah, saya bisa menjadi Asisten Dosen. Berlanjut ditahun ketiga saya kuliah. Bahkan sekarang saya bisa magang di Kampus bagian IT (pekerjaan yang memang ini adalah jurusan saya). Awesome? yeahhhh.. So awesome.

Sometime saya flashback tentang tahun pertama saya masuk jurusan ini. Penuh air mata, kerja keras, belajar, belajar dan belajar. Kalau mengingat pertama kali saya masuk dan sekarang bisa seperti ini, terkadang saya berkaca-kaca dan terharu. Saya terharu dengan campur tangan Tuhan dikehidupan saya. Campur tangan Tuhan artinya kita berusaha dan Tuhan menolong :)

[anyway saya lupa bagian ayat mana yang mempertegas pertolongan Tuhan, yang pasti ada di Roma pasal 8. sekali lagi silahkan buat yang seiman, kalau keyakinan yang lain saya juga yakin ada ayat yang menjelaskan tentang pertolongan sang pencipta dalam kehidupan setiap hambanya]

Tapi jangan salah presepsi dengan "pertolongan Tuhan". Saya berpikir Tuhan itu kerja nya nggak menjatuhkan pertolongan dari atas langsung gebubraaakkkkkk jadiiii kayak main sulap. Tapi Tuhan menolong mereka yang sudah berusaha semaksimal mungkin. Do the best and God do the rest :)

Selamat berusaha. Cintai apa yang sedang dikerjakan :)

Rabu, 30 Maret 2016

Felling Sad!

Seperti judulnya, saya merasa sedih. Bukan sedih karena saya habis diputusin pacar, gagal move on, IPK jelek atau kehilangan duit. Penyebab sedihnya bukan semua itu. Tapi melihat orang lain habis jatuh dari motor. Who is he/she?
He is my awesome lecturer :(
Entah kenapa setiap saya melihat tangan beliau yang sedikit terbalut dengan perban putih dan cara jalan beliau yang terlihat sekali menahan sakit, ada rasa sedih dihati ini (jadi dosen saya habis jatuh dari motor). Saya bukan orang yang cukup dekat dengan beliau, tapi saya punya hubungan yang baik dengan beliau. Ya entah kenapa juga, beliau punya posisi istimewa dihati saya hehehehe. Istimewanya karena beliau adalah satu-satu nya dosen yang lucunya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Entah kenapa lagi setiap melihat beliau ada hal yang membuat saya suka (jangan berpikiran aneh-aneh ya, saya suka karena kecerdasannya aja). Semuanya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Bahkan saya pernah kepikiran hal yang nggak penting "saya pengen deh punya suami yang karakternya kayak dia" wkwkwkwkwkwk :p ketawa tiap hari kali dengan kelucuannya :)

[ehhh status saya pas nulis ini udah gak jomblo loh, sekedar ngasih tau aja kalau saya gak bakalan ngegebet dosen yang sudah beristri hahahaha. Tapi sayangnya pacar saya gak punya karakteristik kayak si bapak #loooh :p]

Ada hal aneh yang saya rasakan beberapa minggu setelah si bapak jatuh dari motor. Yaitu motor hitam dengan boncengan anak kecil yang plat nomer belakangnya AAQ itu gak ada di tempat parkiran biasanya (cobaaaa, plat nomer motornya aja hafal saking favoritnya). Ya karena biasanya si bapak parkir disana, disebelah motor saya, setiap saya "noleh" dan motor itu gak ada hemmmm something wrong :( maybe karena kebiasaan liat terus berminggu-minggu gak liat kali ya :)

Ini bukan tulisan gombal atau apa lah, cuma tulisan dari hati yang kadang kalau melihat beliau ngajar, terus ada perban ditangan dan cara jalannya menahan sakit gitu saya yang diajar jadi merasa "buseeeet nih dosen, kaki nya sakit masih semangat ngajar, gue harus lebih semangat nih yang diajar". Saya nggak berharap tulisan ini bakalan dibaca oleh beliau, tapi kalaupun dibaca ya gpp hehehehe. Karena saya menuliskan supaya dibaca public :) toh ini juga bukan sebuah post yang mengandung kontroversi :p

anyway, kekaguman saya ini bener-bener sebuah kekaguman yang nggak pernah saya ungkapkan secara lisan :p tapi bener-bener kagum pada sosok beliau.

Btw juga nih, setiap saya ngobrol dengan siapapun yang ada dikampus, 80% dari mereka membicarakan kelucuan dan kontribusi si bapak di kampus saya. Makin nambah-nambah lah kekaguman saya. Mulai dari kontribusi si bapak sebelum pergi ke negri yang jauh disana yang sempat membuatkan aplikasi untuk sistem finger print terus bisa otomatis data nya terekap dalam excel, memberikan pengajaran ttg OneNote dan yang pasti membicarakan kelucuan si bapak :p hehehehe

Ehh tapi sekarang perban ditanggan beliau udah di lepas tuh :) tapi bekas lukanya masih terlihat :(
Ahhh semoga saya bisa kembali melihat motor hitam dengan boncengan anak kecil didepan dan plat nomer belakangnya AAQ, parkir di sebelah motor saya lagi :p

Get Well Soon awesome Lecturer. Be my best lecturer (walaupun tak pernah terucap)

Kamis, 17 Maret 2016

Persiapan Akreditasi

Baru tahun ini secara langsung saya terlibat akreditasi di Universitas saya. Ribet dengan berbagai berkas yang harus disiapkan dan ditunjukkan kepada asesor (asesor adalah mereka yang akan memberikan penilaian kepada program studi disalah satu universitas). Belum lagi ada 3 program studi yang akan menjalani proses akreditasi dalam jangka waktu yang berdekatan. Kalau dibilang keberatan ya enggak juga, karena salah satu kontribusi saya kepada universitas dan "kerjaan" saya buat menyiapkan berkas akreditasi hehehehe.

Saya melihat dosen-dosen di Universitas saya kalangkabut dengan adanya akreditasi. Sampai yang fatal adalah beberapa mata kuliah harus ditiadakan karena proses akreditasi. Ya mahasiswa sih seneng-seneng aja karena kelasnya ditiadakan hehehehe.

Satu hal yang saya cermati dari proses akreditasi ini. Ya entah lah di luar benar dan salah, akreditasi ini merupakan kebijakan yang sudah lama diterapkan. Jadi saya yakin sudah dipertimbangkan matang-matang. Kenapa proses akreditasi hanya berlangsung dengan waktu yang sangat singkat? Hanya sekitar dua hari saja (ini yang terjadi di program studi saya). Artinya kegiatan belajar mengajar, lebih khususnya kualitas program studi di universitas hanya akan ditentukan dalam waktu dua hari saja. Apakah itu fair? ya entah lah. Mungkin anggapan saya kalau hal ini kurang fair juga salah, kalau salah silahkan tinggalkan komentar aja :)
Menurut saya, dalam waktu dua hari bukanlah penilaian yang akurat untuk menjudge sebuah program studi berkualitas atau tidak. Apalagi yang menilai bukanlah orang yang benar-benar mengenal bagaimana program studi tersebut secara baik. Kalau kepakaran saya tidak meragukan, karena yang ditunjuk sebagai asesor pasti mereka yang mempunyai kepakaran lebih.
Kenapa tidak dilakukan proses penilaian selama satu semester?
Dimulai dari mahasiswa melakukan proses KRS Online, validasi kepada dosen, proses perkuliahan yang sebenarnya, kualitas dosen dalam mengajar, kualitas staff yang melayani mahasiswa, kurikulum, ekstrakurikuler, fasilitas dan lain sebagainya.
Menurut saya akan lebih valid lagi hasilnya kalau penialaian dilakukan selama satu semester (selama asesor bersedia dan mendapatkan upah yang sesuai dengan kinerjanya)
Kalau asesor menilai dalam jangka waktu yang cukup lama, paling tidak untuk memberikan penilaian mengenai kualitas progra studi kan akan lebih baik lagi walaupun tidak akan ada penilaian yang sempurna.
Ya kalau dua hari mah memang yang ditunjukkan dan yang disediakan pasti yang baik-baik saja kan? :)
dan itu bukan menunjukkan hasil yang sebenarnya tentang kualitas program studi.

Ahhh apapun penilaian yang akan diberikan oleh asesor nantinya, paling tidak saya sudah memberikan kontribusi kepada program studi dan universitas. Nggak hanya bisa "nggedabrus" doank dibalakang hehehehe.

Hal yang lebih penting lagi sih sebenarnya, setelah akreditasi dan (jika) nilai akreditasinya naik, kualitas program studi juga ikut naik. Baik dari mahasiswa, dosen, kurikulum, cara mahasiswa belajar, cara dosen mengajar, fasilitas dan lain-lain. Ya semoga akan ada perubahan yang lebih baik lagi setelah akreditasi selesai. Supaya  mahasiswa yang terlibat (kayak saya) nggak sia-sia kontribusinya :) terlebih akan ada perubahan.

So, intinya jangan setelah akreditasi terus buyar hehehehe :)

ehhh hujannya udah reda. Ayok pulang :)

NB : kalau ada kata-kata atau kalimat yang salah dalam tatanan bahasa harap maklum ya, nulis nya dalam keadaan lelah habis seharian kerja dan kuliah. Sambil nunggu hujan reda dari pada nganggur hehehehe. Nanti kalau sempat di edit lagi lah postnya :)