Saya ingin membagikan sebuah cerita, dimana kehidupan saya yang Tuhan ubahkan. Saya akan memulai cerita saya dari masa SMP sampai saat ini dengan pekerjaan yang Tuhan percayakan, sebuah pekerjaan yang baik dan pekerjaan yang sangat saya cintai.
Puji Tuhan...
Saya lahir dari keluarga yang sederhana, Papa Mama dengan keadaan ekonomi biasa-biasa saja. Saya merasakan belum punya rumah, tidak punya uang jajan, dijadikan bahan ejekan kanan kiri. Hanya saja, saya diberikan otak yang kata orang cerdas. Saya bersyukur untuk hal itu.
Ketika SD, SMP, SMA saya tidak pernah turun dari peringkat 3 besar Paralel (umum). Rangking terjelek saya semasa study adalah rangking 3. It is not bad. It is good enough. Saya tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat sombong dan angkuh. Saya pikir, dengan mengandalkan kepintaran saya, semua orang bisa tunduk kepada saya.
Saya tidak pernah punya teman dekat semasa sekolah. Saya tidak membutuhkan teman dekat, tetapi teman yang butuh saya. Di masa-masa sekolah, saya tidak peduli kalau ucapan, sikap dan perilaku saya menyakiti hati orang lain. Bagi saya, kalau orang lain mau menjauh, silahkan. Mereka pasti butuh saya karena saya pandai. Hal itu berlangsung terus sampai kuliah dan masuk dunia kerja.
Someday, keadaan keluarga yang biasa saja, ucapan dan ejekan orang yang menyakitkan hati itu yang memaksa kita menjadi pribadi yang kuat. Dari mental sampai fisik. Ketika SMP saya sudah terbiasa mencari uang sendiri dan tidak meminta uang jajan ke orang tua, saya menjadi guru les untuk anak SD (sekali lagi karena saya mengandalkan kepintaran saya). Saya menggadaikan jam main dan senang-senang supaya saya bisa dapat uang jajan.
Oh, saya melupakan sesuatu. Ketika saya masih SD, papa saya sudah mengajarkan saya mandiri dalam hal financial. Ketika saya masih kelas 2 SD, saya sudah merasakan panas-panasan jualan balon terbang. Jadi papa saya yang menunggu saya di sepeda dan saya diminta keliling menjajakan balon. Saya menawarkan mainan ke anak-anak seusia saya :")
Merinding ah nulisnya... :")
Ketika duduk di bangku SMA saya menjadi tukang ojek. it is true :)
Sebelum bertebaran ojek online seperti sekarang, saya sudah pernah jadi tukang ojek. Customer saya itu adalah ibu-ibu yang akan berangkat kerja ke pabrik rokok. Mereka sudah masuk kerja jam 5 pagi. Kebayang kan saya harus bangun dan prepare jam berapa? Setelah mengantar saya lanjut ke Sekolah. Saya tidak pulang dulu karena hemat bensin, kalau saya pulang saya harus pakai bensin dua kali lipat.
Udah punya motor? berarti orang punya dong?
No no... Motor itu juga saya dapatkan dari hasil buruh disalah satu konveksi pabrik jaket. Saya menjadi kurir antar barang disiang (sepulang sekolah) sampai sore hari bahkan malam. Dan upahnya saya pakai untuk membayar kredit motor second yang saya pakai.
Dari kerja keras itu kebutuhan pribadi saya cukup. Bahkan lebih yang kemudian saya investasikan untuk membeli mesin jahit sendiri. Ketika saya duduk di kelas 3 SMA, saya sudah punya 16 mesin jahit. That's why aku nggak pernah mikir pacaran semasa SMA, karena kehidupan ini cukup keras bagiku. Dibalik itu semua juga ada pertolongan orang tua dan dukungan dari mereka. Mama saya menolong saya untuk mengkoordinir ibu-ibu setempat untuk bekerja ditempat saya.
Dari titik itu saya sudah tidak pernah khawatir dengan financial keluarga saya. Kami menjadi keluarga yang cukup, bahkan lebih. Papa memutuskan merantau ke Bali supaya saya bisa lanjut kuliah.
Masalah kerja keras sudah biasa saya lakukan dan saya tidak pernah mengeluh akan hal ini. Di kampus pun saya menjalankan bisnis saya, banyak organisasi yang memesan kaos di tempat saya bahkan kaos di kampus pun memesan ditempat saya. Agak bermain politik di kampus hehe.
Saya sudah berubah? Belum... saya belum berubah..
Saya masih sombong dan angkuh. Saya sudah tidak kurang, financial saya sudah cukup, saya punya otak yang cerdas, saya didekati dengan banyak laki-laki (meskipun tidak ada salah satu dari mereka yang menarik buat saya) yang membuat saya merasa di atas angin.
Sampai pada suatu moment, saya mengalami kekeringan rohani. Saya bergereja, saya jemaat yang aktif dan saya menjadi orang yang sangat sibuk pelayanan. Hampir setiap hari saya ke gereja. Tetapi, saya tidak mengalami pertumbuhan secara rohani. Saya hanya sie sibuk, kerohanian saya tidak bertumbuh yang ada malah meorosot.
Siapa peduli?
Orang-orang disekitar saya masih memandang saya menjadi pribadi yang hebat. Saya masih melanjutkan kegiatan kuliah, pelayanan yang menyibukan dan bisnis yang berjalan dengan baik. Saya masih bisa mengimbangi pergaulan teman-teman saya. it is enough?
Big No. I still need Jesus.
Satu hal yang perlu saya tekankan disini adalah satu kali Tuhan sudah nangkap kamu, sampai mati kamu akan terus ada dalam genggamanNya. Hanya butuh respon yang benar ketika kita menginginkan sebuah terobosan terjadi.
Suatu ketika Tuhan kembali tangkap saya menjadi satu pribadi yang baru. Saya mengalami berbagai proses. Kepandaian dan kecerdasan saya tidak berguna tanpa ada sikap hati yang benar.
Saya memutuskan untuk pelan-pelan manrik diri dari kesibukan yang sia-sia. Terjadi guncangan ya tentu saja, saya yang dulunya dinilai "rohani banget", dibilang "fika lagi sakit". Wait, sakit?
Dan ini bener terjadi, ketika saya pelan-pelan menarik diri supaya tidak menimbulkan rasa nggak enak saya dianggap sebagai pribadi yang lagi sakit -_-
Tuhan bener-bener ngajari saya bagaimana saya belajar untuk mau tunduk. Sebelumnya saya pribadi yang tidak mau dan tidak akan tunduk, jangan harap ada laki-laki yang bisa menundukan kemauan saya, kalau laki-laki itu mau sama aku, dia yang harus tunduk sama saya. Sampai segitunya dan itu bener.
Roh kudus memampukan saya untuk benar-benar menyangkal dan melepas "ke-aku'an ku". Selama roh kudus memproses kehidupanku, tiada hari tanpa nangis. Tunduk pada aturan atau paling tidak memiliki respon yang benar itu hal paling sulit yang pernah saya alami. Bukan saya yang mampu, tetapi Roh Kudus yang memampukan.
Tuhan pula yang mengajari saya untuk mau rendah hati. Yang sebelumnya saya tidak mau melakukan hal-hal remeh, tetapi sekarang kalau Tuhan yang suruh saya ngepel lantai, ngelap kaca atau apapun akan saya lakukan.
Prosesnya berapa lama?
Tiga sampai Empat tahunan. Lama sekali buat saya. jatuh bangun, naik turun, nangis, gulung-gulung, teriak-teriak, guling-guling, salto, tiarap, push up, smack down -____-
Jadi kalau saat ini saya punya keluarga yang baik, pekerjaan yang baik, teman yang baik, financial yang baik itu bukan hasil usaha saya. Itu hanya bonus dari respon yang benar kepada Tuhan.
Tenang saja, penyertaan Tuhan itu Ya dan Amen. Jadi gini, kalau Tuhan belum mendapatkan sepenuhnya dari dirimu, Tuhan akan terus kejar, sampai Tuhan mendapatkan sepenuhnya dari dirimu, sepenuhnya dari hatimu, segenap dari akal budimu.
Responi segera :)