Selasa, 23 Juli 2019

Terbaik (Yudisium)

Saya baru saja menyelesaikan pengukuhan Yudisium Strata 1 beberapa jam yang lalu. Saya berada di posisi duduk paling depan dan bersama dengan rekan cowok. Dalam barisan paling depan, saya yakin kalau saya adalah orang yang paling cantik karena dalam deret itu hanya saya satu-satunya perempuan hehe. Saya memandangi satu per satu dosen dosen yang pernah membimbing saya dalam perkuliahan. Saya mengingat moment apa saja yang pernah saya alami bersama dengan beliau. Sangat banyak, salah satunya adalah Kepala Program Studi saya, merupakan satu-satunya dosen yang pernah mengajak saya berdoa diruangannya karena saat awal masuk kampus banyak pergumulan dalam studi (tidak selancar keliahatannya).

Sebelahnya lagi ada dosen saya yang lain, saya cukup kagum dengan pembawaannya yang tenang dan cukup unik. Kemudian saya menoleh ke samping kanan ada dosen pembimbing utama saya, melihat saya dan tersenyum, sebelumnya menyapa saya dan berkata "akhirnya kamu bisa selesai". Barisan kanan agak belakang ada dosen penguji saya, saya memandangnya dari kejauhan dan bersyukur karena bantuan beliau saya "diijinkan" lulus.

Undangan jam 8 pagi dan prosesi yudisium jam 10 pagi, saya sengaja mengamati sekeliling saya, mungkin hari-hari terakhir saya ada diruangan ini dan tidak lama lagi saya akan menjadi alumni, oh atau sebenernya saya sudah alumni?

Tiba waktunya pengukuhan yudisium. Nothing Special, kanan kiri saya bukan lagi kebanyakan teman satu angkatan saya. Kebanyakan mereka mahasiswa 2 tahun dibawah saya. Ya, saya memang lulus satu tahun lebih lama karena sibuk bekerja sampai tidak ada fokus untuk melanjutkan skripsi dan baru baru saja mengurus keperluan Yudisium, satu tahun setelah Sidang Kompre.

Saya dipanggil dan IPK saya memang masih bisa dikatakan baik. Saya maju ke depan dengan perasaan sedikit gugup. Saya berjabat tangan dengan Kepala Program Studi dan beliau mengatakan "Akhirnya kamu selesai ya". Saya hanya tersenyum dan tidak tahu harus merespon apalagi. Setelah semua peserta Yudisium dipanggil satu per satu, mulailah pembacaan lulusan-lulusan terbaik.

Tidak ada nama saya di jajaran lulusan terbaik hehe. Ya siapa juga yang akan menjadikan saya lulusan terbaik, lulus satu tahun lebih lama dan mengurus keperluan Yudisium dua tahun setelahnya. Saya fokus bekerja dan bekerja, banyak hal yang harus saya dahulukan ketimbang urusan Yudisium. Bukan saya meremehkan Yudisium, hanya ada prioritas lain yang sedang dikerjakan, seperti menulis di sela-sela kebosanan.

FYI, saya tidak menemukan dosen pembimbing 2 saya hadir. Mungkin beliau sedang ada agenda lain, padahal saya berharap bisa bertemu dan mengucapkan banyak terimakasih kepada beliau. Ada satu moment juga ketika saya kembali ke tempat duduk saya setelah menerima SKL, saya ditegur oleh Seorang Dosen Prodi lain "Fika, akhirnya kamu lulus". Dosen yang pernah mendebat saya sampai nangis didepan umum, dihadapan jajaran staff kampus dan mahasiswa, salah satu dosen yang menguatkan mental saya.

Selesai prosesi Yudisium dan makan-makan, saya bergegas ke kantor dan hanya mengambil beberapa foto bersama teman satu angkatan. Sesampai dikantor saya berganti pakaian kerja dan mulai kembali fokus bekerja, saya melihat map berisi Surat Keterangan Lulus, tanpa ada predikat terbaik. Manusiawi, saya sempat sedih dan kecewa ketika tidak ada nama saya dijajaran mahasiswa terbaik.

Bukan untuk menyombongkan diri saya, tetapi dari kecil saya selalu ada dijajaran anak yang selalu "dibanggakan". Dari SD - SMA, saya ada dijajaran siswa teladan dan berprestasi. Rangking terburuk saya ada diposisi 2 dan itupun sangat jarang saya ada di rangking 2. Semasa awal kuliah saya sempat menjadi kandidat Student Of The Year, menjadi ketua pelaksana event terbesar kampus dan lain sebagainya. Itu juga yang membuat saya mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan kebanyakan staff dan dosen kampus.

Saya tidak pernah ditolak dalam pergaulan. Teman-teman di sekolah, di kampus dan dimana saja bisa menerima saya dengan sangat baik. Mungkin karena saya saat itu mengandalkan kepintaran saya yang tidak seberapa ini hehe. Sampai pada masa memang saya sangat membatasi lingkaran pertemanan saya karena suatu hal.

Saya cukup stress kali ini ketika nama saya tidak ada dijajaran mahasiswa terbaik.

The value from the story.
Saya mencoba untuk menerima kenyataan bahwa kehidupan memang berputar, saya tidak harus selalu berada diatas. Ketika saya ada dibawah dan menjadi sosok yang biasa-biasa saja, saya harus bisa menerimanya. Padahal, ratusan mahasiswa yang lain senang-senang saja karena hanya bisa lulus. Mereka berfoto ria dan tertawa, sedangkan saya? Hahaha, lucu sekali sesuatu yang membuat saya agak tergoncang siang ini.

Berhati-hatilah dengan sikap hati ketika seringkali berada diatas, seseorang yang selalu berada di atas akan merasa cukup stress ketika satu kondisi tidak berada diposisi teratas. Hati-hatilah dengan pikiran bahwa "aku lebih baik dari mereka", bisa saja itu yang akan membunuh mood baikmu seharian.

Bersyukurnya saya karena saya bisa belajar menerima untuk tidak selalu menjadi yang terbaik saat ini, saat saya masih muda dan saat saya tidak terlalu jatuh, meskipun saya tidak ada di puncak lagi.

Pada intinya, saya bersyukur karena saya sudah bisa menyelesaikan study saya :)