Kemarin malam, saya berencana menjenguk ayah teman saya yang sedang sakit. Beliau dirawat dirumah sakit, tidak jauh dari rumah saya. Karena saya pulang kerja dan langsung mampir kerumah sakit, hampir sampai dilokasi saya kelupaan kalau saya tidak membawa apapun untuk dia. Saya putuskan untuk lanjut ke sebuah toko roti dan membawakan satu kardus roti. Ketika saya sampai di rumah sakit, saya di info supaya saya lewat belakang saja karena jam besuk sudah habis. Masih bisa jenguk kalau saya lewat pintu belakang.
Saya sempat salah beberapa tempat, dan saya putuskan buat telfon saja. Diarahkanlah saya via telfon sampai ketemu dengan dia. Saat itu, saya tidak ada janji dengan teman yang lain, kecuali dia. Saya berangkat sendiri karena teman saya ini adalah teman yang duduk sebangku dengan saya selama saya SMA. Sejak kelas 1 SMA. Dia cowok dan memang saya lebih suka berteman dengan cowok sejak kecil.
Pikiran saya awalnya, hanya saya yang akan datang menjenguk papa nya karena saya teman baiknya dari jaman SMA. Saya tidak pernah tau kalau ternyata ketika saya datang sudah banyak teman SMA lain yang ada di situ. Karena saya anak IPA yang suka main dengan anak IPS, bully untuk saya masih sama dari jaman SMA
"weee, arek IPA nyasar"
Ya karena nggak banyak anak IPA yang suka main dengan anak IPS, kecuali saya. Teman yang ada disitu memang semuanya anak IPS kecuali saya, tapi mereka masih ingat kalau pulang sekolah main kerumah anak IPA. Ya nggak mungkin belajar, pelajarannya saja sudah beda. Kecuali pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Saya duduk bersama gerombolan teman lama, agak keki karena saya lama juga nggak nongkrong bareng mereka. Awalnya saya memang agak kesulitan mencerna cara bercanda mereka. Ya setelah sekian tahun lulus SMA dan lingkungan berteman saya juga otomatis berubah, cara saya bercanda dan menyikapi joke juga berubah.
Setelah saya datang, rupanya masih banyak teman-teman SMA yang datang. Saya berpikir, apakah setiap hari selama dia merawat ayahnya di rumah sakit selalu ada teman yang datang?
Nggak lama teman akrab saya datang dan langsung menyapa saya, karena kami memang sudah klik dari jaman SMA.
"kamu dari rumah?"
"iya, tiba-tiba di ajak"
Teman yang lain chat saya via whatsapp, memberi info kalau dia nggak bisa datang hari itu karena urusan study. Dia akan datang hari sabtu dan menginap di Rumah sakit.
What's the value from the story?
Saya berteman dengan teman saya ini sudah lama. Hanya karena kami sebangku ketika kelas 1 SMA dan dia adalah teman pertama saya di SMA (karena saya anak pindahan). Tapi saya bisa tetap berteman baik bertahun-tahun berikutnya. Ketika masuk dipenjurusan, kami sudah beda jurusan, dia masuk jurusan IPS dan saya masuk jurusan IPA. Kami hanya sebangku selama satu tahun saja. Tapi jejak hidup satu tahun dari dia bisa membawa saya yang capek pulang kerja meluangkan waktu untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit. Saya tidak pernah kenal ayahnya, saya hanya berteman baik dengan teman saya.
Ketika melihat teman lain yang sudah ada di sana sebelum saya datang dan yang masih berdatangan lagi, saya pikir dia adalah teman yang meninggalkan jejak hidup yang baik. Mereka adalah teman yang kurang lebih 9 tahun nggak bareng-bareng setiap hari, tapi masih datang menjenguk.
Teman saya ini adalah teman yang sangat sederhana. Jauh dari tempat tongkrongan mewah, kadang hanya ngopi dipinggir jalan. Tetapi dia juga tidak keberatan menolong teman yang lainnya.
Pelajaran penting adalah menjadi pribadi yang baik dan sederhana lebih penting dari kamu punya banyak uang. Mungkin kamu akan senang ketika kamu punya banyak uang, tapi uangmu tidak akan menjamin orang sekitarmu akan mencintai kamu. Ketika kamu punya banyak uang, temanmu akan sangat banyak, tetapi bagaimana ketika kamu dalam posisi down? Apakah teman mu masih ada?
Ketika kamu punya banyak uang, kamu dapat membeli apapun yang kamu mau, kamu bisa mendapatkan perempuan manapun yang cantik yang kamu inginkan, kamu dapat menggait laki-laki ganteng yang kamu inginkan. Tetapi ketika uang itu nggak ada lagi (semua yang ada dibawah kolong langit ada masanya), atau uangmu tidak bisa mengantar kamu kerumah sakit ketika kamu sakit, uangmu tidak bisa menemani makan malam bersama dengan orang yang mencintai kamu, uangmu tidak bisa bercanda dan tertawa lepas dengan joke receh. Siapakah yang akan menemani kamu? Jika bukan orang-orang yang mencintai kamu karena jejak hidupmu yang baik.