Sabtu, 15 Desember 2018

Sonja

Sonja, gadis yang baru saja menyelesaikan study S1 nya, kini dia mempunyai gelas sarjana pendidikan. Sonja mendapat posisi sebagai guru honorer disalah satu sekolah swasta di Semarang. Saat ini usia sonja baru genap 23 tahun 3 bulan. Sebagai guru honorer, Sonja seringkali mendapat cibiran keluarga besarnya. Bagaimana bisa seorang gadis dari seorang ayah pengusaha batu bara hanya menjadi seorang guru honorer?

Setahun berlalu kehidupan Sonja dengan masa abdi kepada pendidikan. Sonja lelah. Sonja memutuskan untuk tidak melanjutkan profesinya sebagai guru honorer. Masuklah Sonja dalam perusahaan elit, paras elok dan kemampuan mumpuni Sonja beradaptasi dengan lingkungan baru membuat Sonja dengan mudah mendapatkan jabatan General Manager, sebuah posisi yang tidak menyulitkan dia untuk makan pizza 3 kali sehari dan membeli sepatu mewah 2 kali seminggu.

Keluarganya mulai memandang Sonja sebagai anak yang sukses. General Manager di usia 25 tahun. Meskipun ketika malam, Sonja mengingat dan berharap dapat melihat tawa anak-anak setiap pagi. Apalah, saat ini hanya digit-digit angka yang dia lihat, entah sampai kapan angka-angka ini diharapkan terus meningkat setiap tahunnya.

Senin, 10 Desember 2018

Memuaskan Lidah dan Perut

Dua bulan lalu, saya bertemu dengan beberapa orang dari Tangerang. Kebetulan mereka adalah penikmat kuliner nusantara. Atau mungkin manca negara. Apalah sebutannya, mereka adalah orang2 yang suka mencoba makanan-makanan baru. Termasuk partner kerja saya adalah orang yang biasa memakan hal-hal yang bagi fika aneh dan bagi mereka itu biasa saja. Misalnya cumi, bebek, kelinci, kuda atau anjing.

Saat itu, ketika fika ditanya mengapa nggak mau coba makanan yang aneh-aneh? Jawabannya monoton, unsur kesehatan didalamnya. Meskipun toh sebenernya makan cumi juga sehat, makan bebek juga sehat selama masih pada taraf makan yang wajar. Entah mengapa jika fika pergi kerumah makan dan disitu banyak sekali pilihan menu makanan yang aneh-aneh, yang saya ajukan adalah tahu tempe, ayam atau sapi. Makanan-makanan itu yang memang seringkali dimasak mama dirumah.

Sama sekali tidak tertarik mencoba makan makanan yang buat fika itu aneh. Bebek pun, bagi kebanyakan orang biasa, bagi saya itu adalah makanan yang aneh. Kalau di kantor dan mau pesen makan jawaban fika selalu "terserah"++
"terserah, tapi bukan cumi, bukan bebek, bukan seafood, bukan yang ane-aneh" endingnya adalah pesen mie goreng :p

Sampai suatu ketika saya menemukan sebuah video yang judulnya adalah "binatang bukan benda". Isi dari video itu adalah bagaimana orang yang bekerja di penjagalan.
- Bagaimana seekor sapi yang hanya dipotong ekornya dan hanya akan dijadikan sup buntut
- Bagaimana sapi diangkat pakai crane kayak ngangkat balok dan rasanya itu pasti sakit
- Bagaimana ayam dijalankan dimesin penggilingan hidup-hidup
- Bagaimana sapi yang hanya diambil hidungnya buat dibikin rujak cingur
- Bagaimana ayam ditaruh dikandang yang sesak, bahkan berdiri aja gak bisa
- Bagaimana sirip ikan hiu yang diambil gitu aja hanya untuk dijadikan sop sirip ikan hiu yang harganya selangit tingkat 7
- Bagaimana seekor babi ditusuk dari anus sampai kepala
- Katak yang jantungnya masih berdetak disajikan dengan bagian tubuh lainnya yang dicincang
- Ikan hidup yang dimasukkan dalam minyak panas, kepala masih hidup, badan udah mateng

Kebayang nggak sih rasanya jadi mereka?

Dan masih banyak bagaimana-bagaimana yang lain. Kalau mengingat itu semua rasanya miris. Kita bisa kenyang dengan makan tahu dan tempe, plus sayur. Oh btw saya bukan vegetarian, mungkin semi vegetarian (istilah yang saya buat sendiri). Saya masih makan daging ayam atau sapi, selain itu rasanya sangat jarang. Sisanya adalah tahu tempe telur, repeat dengan macam-macam olahan.

Dan btw, tujuan dari olahan-olahan yang wow tadi selain mencari uang adalah memuaskan lidah dan perut. Bisa jadi, nggak lama fika akan jadi vegetarian haha. Tidak janji, hanya kemungkinan aja sih ya.

Hei guys, yuklah stop makan makanan yang beribet. Stop makan makanan dari hewan yang aneh-aneh. Yuklah, dimulai dari diri sendiri, tidak berkontribusi didalam keserakahan dunia, termasuk tidak memakan makanan dari hewan yang aneh-aneh atau membelinya. Mungkin saya akan dianggap norak banget nggak pernah makan makanan olahan daging A B C D. Dan saya pun akan bilang, norak banget sih hidup hanya dikuasai oleh keinginan memuaskan lidah dan perut plus pundi-pundi uang.

Stop bilang "hari ini mau makan apa ya?"
Ingat kalau diluar sana jangankan bingung mau makan dengan menu olahan daging apa, tapi bingungnya hanya karena bisa makan atau enggak.
Lihat apa yang ada didepanmu, nikmati dan syukuri, dengan begitu kita tidak akan memiliki pikiran untuk pergi ke laut mencari ikan hiu yang hanya akan diambil siripnya untuk sop sirip ikan hiu.

Meskipun tadi pagi saya tidak makan olahan bayam merah dan memilih makan roti aja hehe.