Sabtu, 14 April 2018

Sekolah Tidak Penting?

Beberapa video, artikel dan media-media yang digunakan belakangan ini mengkritisi tentang pentingnya sekolah dan pendidikan tinggi. Apakah menjamin kesuksesan atau tidak? Bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang salah atau apalah-apalah. Pertama, mengkritisi sesuatu atau berpandangan salah benar tentang sebuah hal adalah hal yang tidak bisa disalahkan. Termasuk mengkritisi sistem pendidikan juga tidak salah. Sah-sah saja, artinya orang tersebut sadar dengan apa yang sedang dilakukan.

Masalahnya begini, pendidikan adalah sebuah kesempatan. Saya pribadi beranggapan bagaimanapun juga pendidikan adalah hal sangat penting. duduk diperguruan tinggi itu adalah hal istimewa buat saya, kenapa? karena tidak semua orang diberikan anugrah bisa kuliah. Ada yang sampai SD, SMP atau SMA mungkin juga ada yang tidak kuliah. So, apakah saya merasa lebih sukses dari mereka?

Jadi begini, apa indikator orang dikatakan sukses dan tidak sukses?
1. Uang banyak sukses?
2. Punya perusahaan sukses?
3. Keluarga bahagia sukses?
4. Rumah bagus, mobil mewah atau apa?

Jadi sukses itu apa dulu? sampai kita bisa tahu, lebih sukses mana yang pendidikan tinggi sama yang nggak pendidikan tinggi?
Saya pun tidak mengklaim diri saya lebih sukses dari yang lain, karena standard sukses rasanya hanya dibentuk oleh orang-orang yang secara nggak sadar kita terima begitu saja.

Bagaimana dengan orang yang biasa-biasa saja, sederhana tetapi dia mau berbagi dan hidupnya jadi berkat buat sekitar?
Atau
Pengusaha kaya raya punya banyak uang tapi tidak peduli sesama malah hidupnya jadi batu sandungan?

So, bagaimana definisi sukses menurut anda? Sampai anda bisa judge orang sukses dan tidak sukses.

Kalau sukses diukur dari rumah mewah, berarti saya belum sukses karena saya belum punya rumah mewah.
Kalau sukses diukur dari uang banyak, berati saya belum sukses karena saya belum punya uang banyak.
Kalau sukses diukur dari mobil mewah, berarti saya belum sukses karena saya belum punya mobil mewah.
Agree?

Analoginya begini sih.
Murid nggak mau ya dibilang bodoh hanya karena standard nilai?
Saya juga nggak mau dibilang nggak sukses hanya karena standard tidak punya rumah mewah, tidak punya banyak uang dan lain sebagainya hehe

Murid jaman sekarang bisa protes ya kalau dibilang bodoh dengan acuan nilai matematika, ipa, bahasa dan lain sebagainya?
Eh tapi bilang seenaknya guru gak bisa ngajar hanya karena satu perkara haha. Bisa nggak pertanyaannya diubah jadi
"guru sukses ngajar dalam hal apa dulu?"
sama kayak permintaan murid
"murid pinter dalam hal apa dulu?"

Bukan salah sih mengkritisi, yang salah itu kalau mendewakan satu sudut pandang sebagai kebenaran yang hakiki hehe.
Coba lihatnya juga dari sudut pandang yang lain.
Susah memang kalau memperdebatkan sistem mana yang paling baik, siapa yang paling sukses atau siapa yang paling benar.

Kalau saya begini saja, diluar pandangan sekolah dan pendidikan penting atau tidak penting, selama saya punya kesempatan belajar dan mendapatkan kesempatan mengeyam pendidikan tinggi saya akan gunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Minggu, 08 April 2018

Tanpa Kepastian

"jadi Mbak sudah selama itu menunggu tanpa kepastian?"
"hidupku pasti, karena aku dijamin oleh Tuhan, bukan oleh manusia"
"hmm oke"

Girls, gimana perasaan kalian kalau sedang menjalin sebuah hubungan "tanpa status" hanya berdasarkan pada iman dan keyakinan? setia menjaga hati buat seseorang yang belum tentu akan menjadi pasangan kita?
kalau aku sih No, hehe. Bukan karena gengsi atau apa-apa ya, tetapi saya nggak sanggup.

Beberapa bulan yang lalu, saya bertemu dengan seorang perempuan. Sebenarnya saya tidak terlalu peduli siapa dia, yang saya tahu dia sudah punya "pacar" saat itu, ya karena dengan mata kepala saya sendiri saya melihat bahwa dia pergi bersama dengan seorang laki-laki. Beberapa minggu kemudian (setelah pertemuan pertama) saya kembali berkontak dengan dia. Ya, bagi yang mengenal saya pasti akan bertanya "tumben?", saya juga nggak tau kenapa saya bisa membuka diri saja untuk dia. Btw, diawal perkenalan saya sudah lupa siapa namanya, saya cuma salaman kemudian dia ngucapin namanya siapa yaudahlah lewat gitu aja hehe.

Ternyata, pikiran saya menganggap bahwa dia sudah berpacaran itu salah. Rupanya dia hanya menjalin sebuah komitmen tanpa status "pacaran". Kok bisa? saya juga nggak tau kenapa dia bisa menjalani hubungan semacam itu. Kalau dibandingkan dengan saya, dia memiliki prinsip hidup yang jauh berbeda dengan prinsip hidup saya. Ya kalau saya sih, sebulan dicuekin cowok ya ngapain bertahan? hehe.

Kemudian saya tanya-tanya lagi lebih jauh mengenai hubungannya. Ya benar memang dia wanita yang sangat kuat. Intinya begini, dia menyukai seorang laki-laki, saya tahu laki-laki ini baik dan juga memberikan respon yang baik pula, tetapi tidak memberikan status "pacar". Si Mbak tetap berdoa dan yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik, meskipun saat ini si Mbak tidak melihat tanda-tanda yang baik. she life by faith!

Jujur sih, saya kagum. Masih ada gitu ya jaman sekarang wanita seperti dia. Memperjuangkan seseorang tanpa kepastian dari manusia.

Overall, it's OK.

God has prepared the best something for her.

Apa pendapatmu guys?
saya setuju dengan apa yang dia lakukan, tapi saya tidak akan menjalani apa yang dia jalani saat ini hehe